Sore itu, selepas gerimis yang turun membasahi kota Makasar, kami tiba sekitar pukul 15.20 Wita di tepi Pantai Losari. Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota, walau tidak seindah tepian pantai di Pangandaran atau Ancol, namun pantai ini banyak dikunjungi karena banyak orang dapat menikmati indahnya matahari terbenam disana. Sepanjang pantai, banyak pedagang kaki lima, yang menjual ikan bakar dan pisang epe, yang dapat dinikmati sampai malam hari.
Wisatawan dari luar kota, banyak pergi ke pantai ini, karena ingin berfoto di depan ikon kota Makasar ini, tepatnya di Pantai Losari ini. Sayangnya ikon Pantai Losari ini, terhalang sebuah panggung besar yang akan digunakan untuk pagelaran musik malam itu, sehingga aku dan teman-teman berusaha mengambil foto dengan space yang ada.
Karena gerimis, dan baru turun hujan, indahnya matahari terbenam tidak dapat aku nikmati sore itu, karena keterbatasan waktu, kami harus kembali untuk bersiap menghadiri resepsi Zarlina dan Donny di hotel SAHID, jadi kami duduk-duduk sambil memesan pisang epe.
Pisang Epe adalah pisang kepok setengah matang, yang dibakar atau dipanggang, lalu dipipihkan, dimakan bersama air gula merah dan ditaburi parutan keju atau coklat sesuai selera.
Deretan gerobak penjual pisang Epe di Pantai Losari
Pisang dibakar diatas bara api
Baru dipipihkan dengan alat penjepit
dan sepiring pisang epe dengan air gula merah dan taburan meises atau keju seharga Rp 9.000,- (terimakasih buat yang sudah menraktir kami), siap disajikan. Buat aku yang tidak terlalu suka makanan yang manis, air gula ini cukup membuat ngilu di gigi dan tenggorokan.
Legitnya pisang epe ini paling pas jika dinikmati beramai-ramai bersama teman, sambil menikmati matahari yang terbenam di ujung barat sana 🙂
Selamat menikmati
Foto : pribadi, SAT