Hujan dan Aku

Menurut Wikipedia, hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan split. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udar

Secara sederhana, seperti yang aku pelajari waktu duduk di sekolah dasar, hujan adalah titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu berat karena kandungan airnya sudah sangat banyak, sehingga akan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan (presipitasi).

Namun mengapa turunnya curah hujan kadang, hampir selalu membawa suasana dan perasaan aku menjadi sendu, dingin dan galau, walau hujan merupakan rahmat dan kurnia dari Tuhan yang dinantikan banyak orang, terutama orang yang berada dalam masa kemarau yang panjang.

Turunnya hujan di masa kecil berarti tentu tidak boleh keluar rumah karena bermain hujan dapat membuat sakit, didalam rumah menjadi gelap jika lampu tidak dinyalakan. Hujan dan gelap membuat aku rindu pada ayah yang sedang bekerja di kantor atau bersama ibu, aku akan berlarian mengangkat jemuran pakaian di atas rumah dan setelah itu udara dan hawa yang dingin membawa aku masuk ke kamar untuk tidur bersama ibu dan menemani adik yang takut mendengar suara petir.

Lalu bagaimana dengan arti hujan di masa sekarang, turunnya hujan pasti membuat aku memikirkan orang-orang lain yang aku sayangi, dimana mereka berada saat hujan turun begitu derasnya, hujankah disana, banjirkah ? Apakah kamu baik-baik saja ? Sudahkah kamu tiba di rumah dengan selamat ?

Kadang aku juga sempat memikirkan apa yang terjadi dengan kubur bapak dengan derasnya curah hujan ini. Hujan membuat aku teringat pada mereka semua pada saat yang bersamaan. Tak kuasa menggunakan jaringan telpon karena takut petir, namun di era teknologi saat ini, bersyukur sudah ada peralatan canggih untuk dapat mengetahui keadaan orang-orang yang aku kasihi, dan dapat berbagi informasi melalui sosial media yang ada.

Kedatangan hujan, membuat udara menjadi dingin karena turunnya temperatur, angin berhembus mulai dari yang pelan sampai kencang. Dinginnya udara ini kadang membuat mood aku juga berubah. Seorang ahli endokrinologi, Jeremy Tomlinson di Universitas Birmingham mengatakan, selama musim hujan yang dingin, tubuh memproduksi hormon melatonin yang umumnya dipicu suasana mendung dan gelap. Hormon ini yang membuat aku merasa mengantuk, lesu, bosan dan mungkin juga ‘galau’ ? Banyak orang membunuh rasa ini dengan menyeduh secangkir kopi, teh atau susu coklat panas, bahkan kadang seporsi mie panas tidak cukup 🙂 Kadang juga terjadi sebaliknya, beberapa orang masuk ke gym atau cafe untuk menghangatkan tubuh mereka, tapi itu bukan aku….

Karena hujan kadang membatasi aktifitas aku di luar rumah, maka banyak orang memanfaatkan saat hujan untuk produktif didalam, seperti melukis, menulis atau merangkum puisi, yang tentu tidak jauh dari romantisme hujan itu sendiri. Namun, apapun arti dan manfaat hujan bagi aku, selain syukur kepada Tuhan, hujan memang selalu mampu membuat aku merindukan orang yang aku sayangi dan semoga itu tidak selalu membuat perasaan aku menjadi galau 🙁

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam A Story of Cantigi’s First Giveaway

 


2 thoughts on “Hujan dan Aku

  1. @susanti – hehe kok maaf 🙂 ga apa2 kok, kalau di PC dan laptop saya baik2 saja, saya juga sdh tua, font nya masih terbaca di saya. Btw maksudnya font nya kan?

Comments are closed.