Bertepatan dengan ulang tahun MIZAN yang ke-30, yang mengambil tema “Risalah Cinta Semesta”, Mizan mengundang Karen Armstrong ke hadapan publik Indonesia. Kata-kata dan pesan Karen Armstrong yang sebelumnya hanya bisa disimak melalui tulisan, kini dapat disaksikan secara langsung, dan mengikuti sendiri kuliah umum serta menyerap ilmu, dari pakar keagamaan di dunia ini.
Untuk menyebarkan pesan kasih sayang itu juga, MIZAN mengadakan lomba resensi buku Karen Armstrong, Compassion: 12 Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih.
Judul : Compassion, 12 Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih
Pengarang : Karen Armstrong
Penerjemah : Yuliani Liputo
Penerbit : Mizan
Harga : Rp 39.000,-
Tebal Buku : 247 Halaman
Penulis, Karen Armstrong, adalah seorang profesor dan sejarawan yang piawai menguraikan pelik sejarah agama, melalui buku ini, ia keluar dari posisinya sebagai sejarawan dan tampil sebagai seorang guru spiritual pribadi. Ia memaparkan visinya mengenai sebuah dunia yang lebih baik didasarkan apa yang telah diketahui sebagai inti ajaran semua agama, yang ia sebut sebagai Kaidah Emas
Kaidah Emas, meminta kita untuk melihat kedalam hati kita sendiri, menemukan apa yang membuat kita tersakiti, dan kemudian menolak, (dalam keadaan apapun), untuk menimbulkan rasa sakit itu pada orang lain ……………. (hal 15)
Pada bulan Februari 2008, Penulis memperoleh penghargaan dari Technology, Entertainment and Design (TED), sebuah organisasi nirlaba swasta yang setiap tahun, memberikan penghargaan pada orang yang telah membuat perbedaan dan membuat dampak yang lebih besar. Dalam acara Penyerahan Penghargaan itu, Penulis menyebutkan satu harapan agar TED membantunya menyebarkan Charter for Compassion (Piagam Belas Kasih) yang bertujuan mengembalikan belas kasih sebagai inti kehidupan religius dan moral. Buku ini dituliskan sebagai pengembangan dari piagam tersebut.
Penulis memberikan panduan 12 langkah yang dapat kita ikuti agar mampu menjalani hidup yang lebih berbelas kasih setiap hari dan menjadi sumber kekuatan diri, berikut ini :
- Langkah Pertama : Belajar tentang Belas Kasih – hal 33
- Langkah Kedua : Lihatlah Dunia Anda Sendiri – hal 73
- Langkah Ketiga : Belas Kasih pada Diri Sendiri – hal 83
- Langkah Keempat : Empati – hal 101
- Langkah Kelima : Perhatian Penuh – hal 116
- Langkah Keenam : Tindakan – hal 121
- Langkah Ketujuh : Betapa Sedikitnya yang Kita Ketahui – hal 128
- Langkah Kedelapan : Bagaimana Seharusnya Kita Berbicara Kepada Sesama – hal 144
- Langkah Kesembilan : Kepedulian untuk Semua – hal 156
- Langkah Kesepuluh : Pengetahuan – hal 169
- Langkah Kesebelas : Pengakuan – hal 177
- Langkah Keduabelas : Cintailah Musuhmu – hal 191
Langkah Kesatu : Belajar tentang Belas Kasih, Penulis menyampaikan bahwa membaca dan belajar tentang belas kasih akan menjadi bagian penting dari proses itu dan harus menjadi kebiasaan seumur hidup. Mempelajari belas kasih, diawali dengan belajar tentang susunan saraf otak dan persyaratan tradisi, yang jika diikuti dengan perubahan perilaku dan belajar untuk berpikir serta bertindak terhadap orang lain sesuai dengan Kaidah Emas, barulah akan terjadi kemajuan. Beberapa aliran dan ajaran untuk melatih Belas Kasih dipaparkan dalam Bab ini, konsep mitologi, konsep 4F : feeding, fighting, fleeing and reproduction, konsep Bangsa Arya di India, bentuk meditasi khusus yang dikembangkan Sidarta Gautama, Guru Bijak Cina pada potensi implikasi sosial dan politik, agama Kristen, Yudaisme Rabbinik, Yahudi dan Islam. Dengan banyaknya mempelajari ruang bagi tradisi lain dalam pikiran, Penulis berpendapat kita akan dapat menghargai persamaan yang ada diantara banyak umat manusia, apapun budaya dan kepercayaannya (hal 72).
Langkah Kedua : Lihatlah Dunia Anda Sendiri, Penulis menyampaikan bahwa penting untuk memulai dengan mempertimbangkan ide beberapa tokoh besar masa lalu, agar tidak merasa bahwa agama memerangkap mereka pada masa lalu tetapi mereka siap untuk melakukan perubahan mendasar dengan tradisi yang telah mereka warisi. Pembaca diajak untuk membawa diri secara mental ke puncak gunung tinggi, tempat kita bisa berdiri tegak dan melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Latihan ini dapat dimulai dari dari keluarga di rumah, dimana setiap orang berlatih untuk mengesampingkan kebutuhan diri sendiri untuk mengakomodir kebutuhan anggota keluarga yang lain. Di akhir bab ini, tanyakan pada diri sendiri, apa kontribusi tertentu yang bisa diberikan dan pada bidang apa perlu memusatkan upaya diri dimanapun kita berada, jangan kewalahan dengan besarnya tugas ke depan karena ada kemungkinan untuk mengubah sikap. Jadikan itu optimisme kita karena setiap orang yang akan ditemui di jalan bisa menjadi sebuah kekuatan untuk kebaikan di dunia.
Langkah Ketiga : Belas Kasih pada Diri Sendiri, Penulis menyampaikan agar kita mengasihi diri kita sendiri karena Kaidah Emas membutuhkan pengetahuan diri dan perasaan kita sendiri digunakan sebagai panduan perilaku kita terhadap orang lain. Setiap orang sedikit banyak memiliki naluri primitif dan tugas kita adalah melatih pikiran sehingga naluri itu tidak membebani potensi kita untuk kebaikan. Tak ada guna menghukum diri kita sendiri karena rasa cemburu, marah dan terhina. Itu hanya menimbulkan kebencian diri. Dalam langkah ini, mulailah berlatih untuk melakukan Meditasi Budha tentang Empat Pikiran Cinta yang Tak Terkira, sebagai bentuk disiplin untuk mengambil kendali lebih besar atas pikiran dan menyalurkan impuls destruktif kita secara kreatif. Jika kita dapat merasakan belas kasih yang tulus untuk diri sendiri, kita akan mampu mengulurkannya pada orang lain.
Langkah Keempat : Empati, Penulis menyampaikan bahwa penderitaan yang terjadi berhubungan dengan kita, yang membuat jatuh simpati dan gerak batin berbelas kasih dan empati naluriah yang menyelamatkan kita. Nalar adalah alat yang ambigu karena seperti telah kita lihat sepanjang sejarah, nalar dapat digunakan untuk mencari alasan yang tepat secara logis bagi tindakan yang melanggar kemanusiaan kita. Jika tidak diimbangi belas kasih dan empati, nalar dapat menggiring manusia kedalam kehampaan moral. Imajinasi diperlukan untuk dapat memahami kehidupan berbelas kasih, yang kadang digambarkan dalam bentuk drama, film dan novel dalam kehidupan orang lain dan membuat pembaca mampu mengidentifikasi empatik dengan orang yang memiliki pengalaman berbeda satu sama lain. Kadang penderitaan yang kita alami juga dapat membantu kita untuk memahami ketidakbahagiaan orang lain. Penulis memberikan langkah yang dapat digunakan untuk melatih empati pembaca melalui meditasi, yang tentunya lebih sulit dilakukan dari tahap sebelumnya, saat pembaca mencoba untuk mengarahkan pikiran tentang persahabatan, belas kasih, kegembiraan dan pikiran yang merata pada orang yang tidak disukai.
Langkah Kelima : Perhatian Penuh, Penulis menyampaikan bahwa Sikap Penuh Perhatian adalah bentuk meditasi yang kita lakukan sembari menjalani kehidupan sehari-hari dan dirancang untuk memberi kita kontrol lebih besar atas pikiran kita (hal 117). Dengan perhatian penuh, kita akan dapat menyadari ada banyaknya penderitaan dalam diri sendiri, setelah itu kita akan memiliki motivasi untuk berubah. Sikap ini harus terjalin secara alami dan menjadi kebiasaan dalam tindakan, sehingga mendatangkan manfaat, jika dikombinasikan dengan langkah berikutnya.
Langkah Keenam : Tindakan, dalam langkah keenam ini, Penulis menyampaikan tulisan dari Penyair William Wirdsworth (1770-1850) yang menyatakan bahwa ada titik-titik waktu dalam eksistensi kita, yang maksudnya adalah bahwa kita semua dapat membuat ‘titik waktu’ bagi orang lain dan banyak diantaranya berupa perbuatan baik yang kecil yang dapat mengubah kehidupan melalui sebuah tindakan. Kita memiliki kemampuan melalui tindakan disiplin dan berulang untuk membangun kebiasaan baru dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Ada tiga tahap yang dapat dicoba untuk dilakukan agar dapat berperilaku sesuai dengan Kaidah Emas, yang walau prosesnya lambat, bertahap dan tak terlihat, namun mereka yang mampu melakukan akan mengalami tingkat eksistensi yang lebih dalam dan lebih penuh. Bagaimana caranya, dapat pembaca simak dalam buku ini di halaman 125. Siapapun dapat mencapai keadaan ini jika melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Langkah Ketujuh : Betapa Sedikitnya yang Kita Ketahui, Penulis menyampaikan bahwa karena kita jarang “meluangkan tempat untuk yang lain” dalam interaksi sosial dan sering memaksakan pengalaman dan keyakinan sendiri tentang orang dan peristiwa, maka Penulis mengajak pembaca untuk “memperluas” perspektif dalam cara yang berdisiplin dan empatik ini. Penulis memberikan beberapa langkah yang dapat disimak Pembaca pada halaman 140, yang tujuannya ada tiga yaitu : 1) untuk mengenali dan menghargai yang tidak diketahui dan tak bisa diketahui 2) untuk menjadi peka terhadap pernyataan yang terlalu yakin tentang kepastian daam diri sendiri dan orang lain dan 3) untuk membuat diri kita sadar akan misteri numinus setiap manusia yang kita jumpai setiap hari
Langkah Kedelapan : Bagaimana Seharusnya Kita Berbicara kepada Sesama ? Dialog adalah kata kunci yang digunakan pada zaman ini, jika ada dialog maka perdamaian dapat tercipta. Dalam langkah kedelapan ini, pembaca diminta mencoba memperhatikan cara kita berbicara kepada orang lain, apakah saat berdebat cenderung terhanyut pada kepintaran pribadi dan menjatuhkan orang lain, dan beberapa hal penting lainnya, yang selanjutnya tanyakan dengan jujur pada diri sendiri apakah telah siap untuk merubah pikiran? Saat kita mengembangkan pikiran penuh kasih, kita harus merasakan peningkatan rasa tanggungjawab atas penderitaan orang lain dan membentuk tekad untuk melakukan apapun yang bisa untuk membebaskan dari penderitaan (hal 153).
Langkah Kesembilan : Kepedulian untuk Semua. Penulis menyatakan bahwa sejauh ini kita telah membatasi perhatian pada komunitas terdekat saja dan ini tidaklah cukup. Kita diharapkan juga menjangkau pada orang asing dan tak dikenal, bahkan musuh. Semuanya ini untuk mulai memperluas cakrawala demi meluangkan tempat bagi orang lain. Memahami tradisi nasional, budaya dan agama yang berbeda adalah keharusan. Penulis menggabungkan langkah kesembilan ini antara latihan Budha baru kedalam latihan sikap kesadaran penuh, untuk menghargai betapa tergantungnya kita pada orang yang belum pernah ditemui sekalipun.
Langkah Kesepuluh : Pengetahuan, Penulis menyampaikan bahwa kita berkewajiban demi kepentingan bangsa sendiri dan yang lain untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman lebih luas dan lebih inklusif tentang tetangga kita. Kita perlu memiliki pengetahuan dan mendiskusikan apa yang menjadi keyakinan kita selama ini dan memperoleh reaksi dari hal ini. Beberapa langkah dilakukan untuk mulai mengenali kompleksitas pemahaman negara atau tradisi lain, demi meningkatkan pengetahuan untuk menuju pada langkah berikutnya.
Langkah Kesebelas : Pengakuan, Penulis mengawali langkah kesebelas ini dengan pengalaman hidup seorang Christina Nobel, yang semula hidup dengan penderitaan menjadi seorang yang mampu meringankan kesusahan orang lain dan membuat hidup orang lain menjadi hidup yang berarti. Kaidah Emas mengharuskan kita menggunakan penderitaan kita untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain (hal 181).
Langkah Kedua Belas : Cintailah Musuhmu. Penulis menyampaikan ajaran dari berbagai tokoh. Kita dapat menghentikan lingkaran setan serangan dan serangan balasan yang kini membelenggu dunia hanya jika kita belajar untuk menghargai kebijaksanaan menahan diri terhadap musuh. Kita perlu menciptakan suatu dunia demokrasi yang didalamnya suara semua orang didengarkan dan aspirasi semua orang ditanggapi serius. Akhirnya “cinta” dan kepedulian untuk semua orang semacam ini akan melayani kepentingan terbaik kita dengan lebih baik daripada kebijakan picik dan mementingkan diri sendiri.
Usaha untuk menjadi manusia yang berbelas kasih, harus melakukan keduabelas langkah diatas terus menerus selama sisa hidup, belajar lebih banyak tentang kasih sayang, melihat dunia dengan cara baru dan berjuang melawan kebencian diri dan keputusasaan. Dan buku ini mengajarkan secara gamblang bagaimana mempraktekkan keduabelas langkah tersebut dalam tahap-tahap yang harus dilakukan walau memerlukan proses yang lambat dan lama secara bertahap. Setelah selesai membaca, tidak ada lagi yang bisa dikatakan selain melakukan apa yang telah kita tahu dan disinilah pekerjaan yang kita akan mulai lakukan demi mencapai perbedaan untuk perubahan menuju manusia yang mampu berbelas kasih.
Jika seisi dunia mempunyai waktu untuk membaca buku ini dan mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka dunia pasti akan penuh dengan kedamaian di muka bumi ini. Selamat Membaca 🙂
ulang tahun Mizan kayaknya byk menggelar lomba 🙂
Gitu ya mak ? aku hanya ikut yang ini aja, trims dah mampir ya 🙂