Arti Persahabatan, Cerita Seru Bareng Sahabat

Awalnya, kami hanya ibu-ibu yang berat hati melepas kepergian anak-anak kami ke luar kota, hanya bersama rombongan Paduan Suara saja. Anakku sendiri waktu itu belum genap berusia 10 tahun, jadi masuklah aku bergabung bersama para ibu yang punya perasaan sama. Kami yang sebelumnya tidak terlalu akrab satu sama lain, akhirnya berembug bersama, mencari tiket dengan biaya sendiri semurah mungkin dan mengatur bagaimana akomodasi kami karena Panitia tidak menyediakan buat kami.

Dan akhirnya kami berangkat bersama anak-anak kami dalam pesawat yang sama pada 8 Juli 2006. Hari sudah larut malam ketika pesawat kami mendarat di Bandara Polonia, setelah memastikan rombongan anak-anak kami yang masuk dalam kelompok Paduan Suara Anak dari Propinsi Banten (PSAB) sudah memasuki bis yang menjemput mereka dan membawa mereka ke tempat karantina, giliran kami, para ibu masuk ke kendaraan yang sudah disediakan teman kami menuju hotel kami menginap.


Tiba di Bandara Polonia, Juli 2006, dari kiri ke kanan : Ruth, Ratna, Menik, Erna, Adjeng (aku), Saartje, Ida

Kami, delapan orang ibu berada dalam satu mobil, sudah terbayang kan bagaimana ramainya isi kendaraan kami ? Walau lelah, tapi kami sangat bersuka cita karena selain menemani anak kami mengikuti Pesta Paduan Suara Gerejawi, kami juga dapat berlibur bersama-sama. Buat aku, inilah awal pertemananku lebih dekat dengan mereka, teman-teman sekaligus sahabat baikku ini.

Sebagai kelompok kaum ibu, apalagi yang kami lakukan kala bersama, selain ngobrol, curhat, bercanda dan guyon mengenai apa saja, ya tentu saja makan dan belanja. Karena perjalanan pertama kami ini ke kota Medan, ya tentu kami berwisata kuliner di seputar Medan, seperti makan durian di pinggir jalan dan juga belanja manisan buah di pasar, sama dengan yang kami lakukan di tempat yang lain, saat mendampingi anak-anak, kami mencari waktu beberapa saat untuk mencari cinderamata atau oleh-oleh ketika mereka istirahat atau sedang berlatih.


Durian Ucok, Medan, Juli 2006 : Nita, Ratna, Ida, Ruth


Belanja Manisan Buah, Pajak di Medan, Juli 2006 :
Ratna, Ruth, Sira, Menik, Adjeng (aku) dan Ida


Wisata Kuliner di Jalan Selat Panjang, Medan, Juli 2006 : Sira, Ruth, Adjeng (aku) dan Menik


Belanja di Pasar Kendari, 2012 : Ruth


Mencari oleh-oleh di Pusat Kerajinan Kendari : Ratna, Ruth dan bu Magda

Kehadiran kami didalam kelompok PSAB ini, harapannya kami dapat memberi dukungan pada anak-anak kami dan kelompok ini. Awalnya, dalam perjalanan ke Medan ini, kami hanya membantu tim official dari Panitia yang dibentuk, karena jumlah official yang mengurus anak hanya dua orang ibu, jadi kami juga ikut membantu anak-anak saat mereka akan tampil, menyisir dan merapikan rambut mereka dan juga baju jubah mereka, minimal kami menyiapkan delapan anak kami yang turut bernyanyi ini.

Perjalanan kami bersama yang kedua, tahun 2009, formasi telah berubah, disebabkan karena beberapa ibu ada yang anaknya masih ikut dalam kelompok PSAB dan ada yang juga sudah tidak, tapi ada salah satu teman yang anaknya sudah tidak ikut tapi bersedia dan setia mendampingi anak-anak PSAB karena kecintaannya pada anak-anak dalam kelompok ini, yaitu tante Ruth.

Perjalanan kami kali ini ke Samarinda, Kalimantan Selatan. Walau formasi berubah, tapi kami tetap kompak, sama dengan kelompok sebelumnya, dan sama dengan kebanyakan kelompok kaum ibu, kami bisa sangat “ramai” dan seru mendampingi anak-anak PSAB ini.


Sarapan Pagi : Menik, Ruth, Linda, Adjeng, Aster, Saartje dan Sira


Bersama Ibu Youke Singal, Samarinda, 2009 :
Aster, Menik, bu Youke, Sira, Saartje, Adjeng (aku) dan Ruth


Kehebohan kami, menjelang kembali ke Banten bersama PSAB,
Samarinda, 2009

Pada tahun 2010, setelah kemenangan PSAB di Samarinda, Kalimantan Selatan, PSAB memberanikan diri dengan mengusung nama kelompok Voice of Banten untuk ikut berkompetisi di Festival Paduan Suara Institut Teknologi Bandung, dari dana yang hanya nol, kami, para Ibu dan anak-anak serta orangtua anak, bahu membahu mewujudkan keberangkatan anak-anak untuk dapat mengikuti ajang bergengsi ini dan Puji Tuhan, Voice of Banten memperoleh penghargaan dengan nilai Emas (Gold).


Voice of Banten Group Photo : Adjeng (aku), Saartje dan Ratna


Menunggu Pengumuman Lomba di ITB, Bandung 2010 :
Mahdi (Official ITB), Linda, Ratna, Adjeng (aku) dan Saartje

Anak-anak semakin beranjak remaja, beberapa sudah meninggalkan kelompok PSAB, tahun 2012, masih dengan pelatih yang setia, tante Saar Sahusilawane, kami diberangkatkan lagi bersama anak-anak ke Kendari, Sulawesi Tenggara, dimana beberapa dari kami masuk dalam kepanitiaan dari tim Propinsi Banten.

Tujuan utama kami bersama-sama adalah bisa mendukung anak-anak dan mendampingi mereka dalam berlatih dan berlomba. Menyiapkan mereka untuk tampil dengan baik, walau soal menang dan kalah bukan yang terpenting buat kami, tapi menemani mereka dalam setiap latihan itulah bentuk sayang kami pada anak-anak di PSAB ini.

Kami melakukan bersama-sama, mulai dari mencari kain untuk baju seragam mereka, memanggil penjahit dan menyiapkan sepatu sampai aksesoris mereka saat tampil


Memilih bahan kain langsung di Rumah Produksi Batik Banten, Serang
buat anak PSAB : Ruth, Dewi, Ratna


Teluk Kendari, 2012, bersama sebagian anak-anak PSAB (Adjeng dan Ruth)


Pendopo Gubernuran Banten, sebagian anak PSAB sebelum berangkat (Saartje dan Ratna)

Saat PSAB berada di Kendari, aku juga banyak dibantu seorang sahabat, yang juga sayang dan concern pada anak-anak, yaitu Eva Rina, yang selalu membantu aku di saat PSAB akan tampil mengikuti lomba atau pelayanan lain.

Pesta Paduan Suara Gerejawi ini diadakan setiap 3 tahun sekali, namun pertemanan kami tidak hanya dibatasi waktu tersebut. Walau aku secara pribadi dan juga teman-teman yang lain tidak sangat akrab pada semua teman ini, tapi kami semua saling mendukung satu sama lain. Masing-masing kami mempunyai hati dan telinga yang siap mendengar dan berbagi mengenai apa saja. Kami bisa bertawa bersama-sama dan juga menangis bersama-sama kala kedukaan dan sakit penyakit melanda salah seorang dari kami, kami juga bisa saling mendukung dan berdoa untuk masalah-masalah yang kami hadapi dalam keluarga.

Pertemanan kami tidak selalu dipenuhi dengan gelak tawa saat kami bertemu, dalam kedukaan misalnya, kata-kata dan doa penghiburan akan kami sampaikan dan buat aku, itulah arti dari persahabatan yang sesungguhnya. Perhatian yang disampaikan melalui pesan singkat juga dapat menguatkan hati kala dirundung masalah.

Anak-anak kami yang berteman sejak tahun 2006 juga sama dengan kami masih bersahabat dengan baik hingga saat ini dan bernyanyi bersama.


Beberapa anak kami masih bernyanyi bersama dalam PSA Ecclesia, Minggu, 28 Juli 2013

Walau tak bertemu, kami bisa saling mengirimkan pesan atau menelpon, jika ada hal yang ingin kami sampaikan pada salah seorang dari kami. Kadang walau tak lengkap seluruhnya, karena kesibukan kami masing-masing, mengurus anak, keluarga dan pekerjaan, sekali waktu kami dapat bertemu beberapa orang.


Bertemu lagi, setelah lama tak jalan bersama, Living World, Alam Sutera, Juli 2013 (Ratna, Ruth, Menik, Erna dan Adjeng)

Semoga pertemanan dan persahabatan yang telah berjalan ini boleh terus dilanggengkan dan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kami, apa yang kami lakukan bisa terbukti nyata dalam bentuk kesetiaan kami menyayangi anak-anak Paduan Suara ini seperti anak-anak kami sendiri, seperti pepatah yang disampaikan Pujangga dunia terkenal berikut ini,

“Words are easy, like the wind;
Faithful friends are hard to find.”

– William Shakespeare