Pada tangggal 26 Juli 2013 yang lalu, dalam rangkaian kegiatan Festival Wanita Wirausaha Mandiri, Femina mengadakan acara WRITING CLINIC: Travel Writing untuk menambah wawasan bagi para wanita yang senang traveling dan ingin cerita perjalanan nya menjadi inspirasi untuk banyak orang? Femina mengajak mengikuti Writing Clinic Travel Writing bersama Ficky Yusrini, feature editor Majalah Femina dan Agustinus Wibowo, seorang travel writer atau penulis yang terkenal dengan buku-bukunya antara lain : Kisah Perjalanan Asia Tengah “Garis Batas” dan “Selimut Debu” Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan.
Writing Clinic ini diadakan di Lotte Shopping Avenue Kuningan, Jakarta, dari yang semula direncanakan berlangsung dari pukul 14.00 sd 16.00, jadi berakhir hingga pukul 18.00 karena banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta kepada nara sumber.
Agustinus Wibowo menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan sebuah perjalanan, tidak harus didefinisikan sebagai sebuah destinasi atau tempat tertentu, yang harus ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang atau menempuh jarak berkilometer. Menceritakan sebuah perjalanan dapat berupa penyampaian kata-kata melalui apa yang kita alami setelah berangkat dari rumah dan mencapai tempat tujuan saat ini.
Dalam Writing Clinic ini, banyak hal yang disampaikan Agustinus dalam presentasinya, yang akan aku tuliskan lebih detil dalam postingan berikutnya, diantaranya bahwa mengapa tulisan perjalanan mesti disampaikan dalam bentuk tulisan, karakteristik yang bagaimanan dari sebuah tulisan perjalanan, apa alat bantu yang digunakan dalam membuat tulisan dalam perjalanan (Agustinus selalu membuat catatan harian dalam perjalanannya), hal apa saja yang penting dalam sebuah tulisan perjalanan.
Agustinus juga menyampaikan bahwa sesungguhnya sumber cerita atau tulisan itu ada dimana-mana, semua bisa ditulis, asalkan kita mau melakukan observasi. Melakukan riset baik sebelum, selama atau setelah membuat tulisan tersebut. Demikian juga dengan menuliskan obyek yang sama dengan sudut pandang yang baru yang berbeda.
Perjalanan bukan hanya mengenai destinasi atau tempat tujuan, tetapi juga tentang manusia, sehingga mesti ada 1) keterbukaan 2) harus berimbang 3) emosi dan 4) kejujuran dan 5) kejutan dalam bercerita.
Setelah video perjalanan Agustinus Wibowo ditayangkan, presentasi dilanjutkan dengan bagaimana cara membuat sebuah tulisan perjalanan, bagaimana struktur tulisan yang baik, bagaimana menyusun pembukaan, isi yang terdiri dari adegan, dialog dan narasi, perhatikan juga plot, ritme dan bagaimana mengakhiri tulisan dengan penutup.
Presentasi ini ditutup dengan pesan agar dalam tulisan perjalanan perlu menyampaikan ide, respect the culture dan menjaga eksotisme – do travel more, do write more and do read more.
Dalam Writing Clinic ini, peserta juga diberi kesempatan berlatih untuk menarasikan suatu tempat dalam 1 paragraf dan dalam waktu hanya 10 menit saja. Dari peserta yang berpartisipasi, dipilih 2 penulis terbaik saat itu yang memperoleh hadiah dua buah buku karangan Agustinus Wibowo.
Selain Travel Writing, sore itu juga diumumkan pemenang lomba penulisan rubrik Gado-gado yang diadakan Femina beberapa waktu yang lalu.
Hari sudah melewati waktu magrib, para peserta berpisah untuk pulang dengan sejuta bekal untuk menulis dengan lebih baik dari apa yang sudah dipelajari bersama dalam kegiatan ini. Terimakasih untuk para narasumber dan juga terimakasih pada Majalah Femina atas undangannya.
“Jauh lebih mudah melakukan perjalanan daripada menuliskannya” – David Livingstone (Misionary Traveller di Afrika Selatan)
ketemuan sama MBak Lies juga ya mbak disana 🙂
@lidya – ktemuan lgs sih engga, tp mbak lies ada disana, kan jd pemenang 🙂