Suara Perempuan Berbagi Wawasan dan Opini tentang Kesehatan, yang disingkat SuPer WomAN adalah kegiatan yang dicanangkan World Vision dengan mitranya Wahana Visi Indonesia, sejak awal Mei 2013. Kegiatan ini aku awali dengan menerima bahan-bahan sosialisasi dari Teresia Prahesti, yang kemudian bahan tersebut aku pilah sesuai dengan tempat, waktu dan cara yang akan aku lakukan. Ada beberapa cara yang aku lakukan untuk membagi wawasan ini, yang pertama melalui media on line, yaitu berbagi dengan teman-teman melalui blog, media sosial Face Book dan juga twitter.
Karena melalui media online kurang cukup respon yang interaktif mungkin teman atau pembaca hanya membaca informasi dan cukup hanya “tahu” saja atau karena mereka mungkin sudah tidak punya anak di usia balita, aku kurang tahu persis. Jadi ketika memasuki bulan Juni 2013, aku mulai dengan orang-orang yang ada di sekitarku, kebetulan aku tinggal di perumahan yang masih banyak balita dengan pengasuh atau orangtua mereka di pagi hari.
Kebetulan Materi yang menjadi minatku dalam kegiatan ini adalah Promosi Pemberian Makanan Bayi dan Anak dan Kesehatan Bayi dan Balita, jadi dengan berbekal pengalaman pribadi memiliki tiga orang anak, sesungguhnya penyampaian informasi ini menjadi lebih mudah.
Di wilayah perkotaan, yang sebagian besar penduduknya sudah cukup berpendidikan dan status sosial kelas menengah keatas, mereka mempunyai cukup akses informasi tentang pemberian makanan dan kesehatan pada balita, sehingga wawasan mereka mengenai hal ini sudah cukup baik. Mereka juga secara rutin memeriksakan kesehatan anak-anaknya dan imunisasi sesuai jadwal.
Namun tidak seluruh perkotaan mempunyai status sosial yang baik, di belakang perumahan tempat aku tinggal, ada perkampungan dimana tinggal kelompok menengah ke bawah, yang kadang juga kurang mendapat informasi tapi kadang memberi penolakan saat diberikan informasi, jadi perlu pendekatan yang baik.
Pemberian ASI pada umumnya diberikan secara ekskusif (sampai usia 6 bulan) oleh kebanyakan ibu di daerah kampung atau berstatus ekonomi menengah kebawah daripada ibu di daerah perkotaan karena ketidakmampuan membelikan susu formula. Namun sayangnya pemberian ASI sampai usia 6 bulan atau lebih ini tidak didukung dengan asupan gizi yang baik bagi sang ibu.
Sedangkan pemberian susu formula pada bayi di perkotaan karena kebanyakan kaum ibu nya kembali bekerja setelah masa cuti.
Pendekatan yang dilakukan dengan cara menghubungi orang yang punya teman banyak di lingkungannya, mendatangi rumah dimana banyak ibu berkumpul dan berdiskusi mengenai bagaimana cara mereka memberi makan dan membuat makan bagi anak balita terutama anak batitanya, simak berikut ini ya
T :Bu, anaknya lagi disuapin apa nih?
J :Biasa mbak, nasi lembek sama pisang
T :dicampur bu? Berapa kali sehari ?
J :Iya dicampur aja, kalau ada susu diencerin sama susu. Biasanya 2 kali sehari
T :Selain itu dikasi apa bu anaknya?
J :Ya ASI aja
T :Sampai umur berapa bu, anaknya diberi makan seperti ini
J :Ya sampai nanti numbuh gigi, kalau sudah keluar giginya ya makan nasi aja sama2 kita
T :Ga dikasi ikan bu atau tahu tempe?
J :Ikan mahal, tahu tempe ya sekali-kali
Lalu biasanya dari awal percakapan, berlanjut menjadi pembicaraan bagaimana mengolah makanan dengan bahan murah (tahu dan tempe) dengan variasi sayuran hijau untuk diberikan kepada anak balita mengenai berbagai rasa dan memperoleh asupan yang baik buat pertumbuhan dan perkembangan anak batita mereka, seperti tim tahu dengan bayam, tim tempe dengan wortel, bubur nasi dengan jagung, tim tomat dan kentang, atau bubur ubi merah. Juga mengolah makanan murah untuk pendamping ASI atau selingan diantara waktu makan anak-anak batita.
Namun diantara kerumunan ibu muda ini, kadang ada sikap-sikap menolak seperti celetukan yang mengatakan bahwa sekarang apa-apa mahal, mereka hanya memberi makanan seadanya saja pada anak-anak, tidak mampu membeli bahan yang lain. Dan aku menganjurkan pada mereka untuk menanam tomat didalam pot karena pot mudah tumbuh dan juga mengusahakan menanam pepaya jika memungkinkan karena pepaya juga kaya akan vitamin dan membantu melancarkan pencernaan pada anak-anak.
Beberapa ibu yang mementingkan kepraktisan juga enggan mengolah makanan bayi dengan cara tradisional, mereka lebih menggunakan bubur siap saji, yang hanya dicampur dengan air panas matang, diaduk sebentar dan siap disajikan untuk bayi mereka, dan sudah tersedia aneka rasa.
Dalam periode SuperWoman ini, aku sempat pulang kampung ke Samosir karena ada acara adat keluarga besar. Disana banyak tamu yang hadir termasuk orang-orang kampung di sekitar tempat acara, dan diantara padatnya acara, sekali-kali sambil menghilangkan lelah, aku menyapa ibu-ibu yang sedang menggendong anak batita dan menanyakan, apakah anaknya sudah makan, karena acara berlangsung dari pagi sampai malam. Dan aku juga menanyakan makanan apa yang dimakan karena yang aku tahu, makanan yang disajikan dalam acara ini, ada sup wortel kentang dan juga rendang daging yang agak pedas aku rasa.
Sepanjang pengamatanku, aku melihat anak bayi, batita apalagi balita di Pulau Samosir ini umumnya mempunyai gizi yang cukup baik karena sejak kecil, sejak mereka lahir dan pulang ke rumah, ada adat keluarga yang disebut Mamoholi, yang berupa acara menyambut kedatangan bayi yang baru lahir. Dalam acara itu, keluarga atau tamu yang datang biasanya membawakan nasi, lauk pauk berupa daging ayam atau ikan dan sayur untuk menambah ASI (daun bangun-bangun), selain itu juga bahan makanan seperti beras dan ayam hidup, agar kesehatan ibu dan bayi terjamin pada awal kelahirannya.
Banyak anak bayi, batita dan balita di kampung ini yang tumbuh sehat karena pola makan yang baik, namun menurut ku juga terlalu banyak makan daging karena setiap kali ada pesta atau acara adat, biasanya kaum ibu membawa anak-anaknya atau membawa pulang kelebihan makanan yang ada. Untuk itu tetap ibu mesti mengatur pola makan anaknya dengan menyeimbangkan sayur dan buah yang masuk kedalam tubuh mereka.
Selain itu, untuk kebersihan mandi, orang di kampung ini sebagian besar memanfaat sumber air yang melimpah dari Danau Toba, kadang digunakan pula untuk mencuci dan mengambil air untuk dimasak. Pesanku pada orang yang sempat aku temui ya untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah disana.
Apa yang aku lakukan menyuarakan kegiatan ini memang belum maksimal karena aku tidak banyak bertemu langsung dengan orang-orang yang tidak punya akses kesehatan dan informasi kesehatan. Orang-orang yang aku temui memang terdiri dari dua kelompok, pertama orang sekitar tempat tinggalku dan kedua, orang yang kutemui selama di kampung, yang sudah cukup mengetahui mengenai kesehatan dan mudah menuju akses kesehatan.
Semoga dalam kegiatan berikutnya, aku dapat melakukan lagi dengan lebih baik.
Salam SuperWoman
Gambar : Google
Allhamdulillah saya bisa membayar kekecewaan saya pada anak kedua mbak. setelah anak pertama cuma bisa memberi asi selama 1.5thn untuk anak kedua full asi 2 thn
@ lidya – aku malah engga bisa mbak selama itu, mbak hebat, tapi memang sebenernya yang paling bagus ya ASI, buat perlindungan bayi