Serumpun Dalam Keragaman Itu Indah

Berawal dari Ahli Sejarah yang menyatakan bahwa relief Candi Borobudur di Indonesia mempunyai kemiripan dengan Candi Angkor Wat yang berada di Kamboja, timbul sebuah pertanyaan apakah ini menandakan bahwa negara-negara yang tergabung dalam ASEAN merupakan bangsa serumpun, mari kita tengok penelurusan lebih lanjut mengenai hal ini.

Berkelanjutan dari tulisan pada hari pertama, dalam Perhimpunan Bangsa di Asia Tenggara (PERBARA) atau yang dalam bahasa Inggris disingkat menjadi ASEAN, kepanjangan dari Association of South East Asian Nations, telah tergabung sebanyak 10 (sepuluh) negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Filipina, Brunei Darusalam dan yang terakhir (akan) bergabung adalah Timor Leste.

Letak Geografis
Kesebelas negara diatas memiliki banyak kesamaan geografis karena memang letaknya yang berdekatan, dimana
• Letak geografis Asia Tenggara adalah di sebelah timur India dan di sebelah selatan Cina.
• Pada jazirah itu membentang pegunungan yang saling menyambung dari arah utara sampai ke selatan di Indonesia.
• Lembah sungainya di sebelah utara sempit, namun makin ke selatan, makin lebar, dan di dekat pantai berubah menjadi dataran rendah. Lembah sungai itu antara lain Sungai Mekong, Salween dan Irawadi
• Hawanya panas dan banyak turun hujan, akibatnya tumbuh rimba yang subur dan menghasilkan kayu, terutama di Thailang dan Myanmar
Oleh karena itu, kondisi sosial, ekonomi dan budayanya banyak memiliki kesamaan. Dari segi ekonomi, sebagian besar penduduk di Asia Tenggara bermata pencaharian sebagai petani, yang menanam tanaman tropis. Dari segi kebudayaan, walau sangat beraneka ragam antara lain bermacam-macam tarian, musik, pakaian, seni pahat, seni patung dan adat istiadat, juga keragaman bahasa dan kulinernya, namun ada kemiripan satu sama lain.

Rumpun Bahasa Melayu Austronesia diantara Rumpun Indochina dan Rumpun Melayu

Sejak jaman dahulu, sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi, kawasan Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun Melayu Austronesia. Rumpun Melayu Austronesia tersebut berasal dari sekitar teluk Tonkin dan lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dan bahasa Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan bangsa-bangsa yang ada di Asia Tenggara. Kemudian sekitar abad pertama Masehi, masuklah pengaruh dari luar yaitu kebudayaan Hindu dan Budha, sementara itu wilayah Vietnam, Laos dan Kamboja banyak dipengaruhi kebudayaan Cina.

Seiring dengan perjalanan waktu, di Indonesia juga lahir dua buah kerajaan besar yang mempengaruhi Asia Tenggara, yaitu kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Mulai abad ke-16 bangsa Barat seperti Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda, mulai berdatangan dengan tujuan mula-mula untuk berdagang, namun perkembangan selanjutnya mereka menjajah dan menguasai negara-negara di Asia Tenggara menjadi negara jajahan kecuali Thailand.

Bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara berasal dari dua rumpun ras yang berdekatan yaitu Rumpun Indochina dan Rumpun Melayu. Kawasan Asia Tenggara mempunyai cara pertukaran kebudayaan yang beragam melalui hubungan perdagangan dan hubungan politik. Pengaruh masuknya agama dan kebudayaan bangsa lain, memberikan pengaruh yang cukup signifikan diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun kemiripan kebudayaan Indonesia dengan negara tetangga masih tampak, antara lain tari tradisional di Jawa mirip dengan di Thailand. Candi-candi yang ada di Indonesia pun mirip dengan di Kamboja. Bahasa Indonesia tidak banyak berbeda dengan bahasa Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand bagian selatan. Bahasa Tagalog Filipina juga memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia.

Asal-usul Nenek Moyang
Berdasarkan sejarah, kita mengetahui nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan atau Hindia Belakang. Bangsa Indonesia sebagian besar (khususnya di belahan barat) adalah bangsa Austronesia. Mereka serumpun dengan suku bangsa yang ada di Laos, Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Kamboja.

Rumpun bangsa ini berasal dari Provinsi Yunan di China bagian Selatan dan terdesak oleh rumpun bangsa Mongol akibat perang. Dan mereka akhirnya “mengungsi” ke dataran Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Dengan kata lain, bangsa Indonesia pada dasarnya memang serumpun dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara lainnya, termasuk dengan Malaysia. Rumpun itu sering disebut juga rumpun Melayu.

Berbeda dengan itu, suku-suku yang tinggal di bagian Timur Indonesia tidak berasal dari Yunan atau Hindia Belakang. Mereka adalah pecahan dari ras Melanesia berkulit hitam, yang disebut juga Ras Pasifik. Suku-suku di Papua, Timor, dan Alor, sebagai contoh, mempunyai kemiripan dengan subrumpun Melanesia yang lain seperti Aborigin (Australia) dan Maori (Selandia Baru) dan juga dengan suku bangsa di Pasifik seperti Fiji, Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru.

Dengan melihat asal usul nenek moyang kita, betul bahwa Bangsa Indonesia berasal dari rumpun atau ras yang sama dengan bangsa lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, yang tentu saja ada bagian tertentu dari sifat dan karakter bangsa, budaya dan adat istiadat yang memiliki kemiripan satu sama lain.

Banjir Besar Membentuk Rute Migrasi
Stephen Oppenheimer dalam bukunya “Eden in the East” menuliskan bahwa sebelum banjir dahsyat terjadi, Asia Tenggara merupakan pulau besar yang membentuk sebuah benua berukuran dua kali India pada puncak Zaman Es sekitar 20.000 sampai 18.000 tahun lalu. Meliputi Indo-China, Malaysia, dan Indonesia, Laut Cina Selatan dan Teluk Thailand dan Laut Jawa yang dulunya kering, imembentuk bagian-bagian yang menghubungkan benua tersebut. Secara geologis, benua yang setengah tenggelam ini disebut paparan Sunda.

Banjir besar secara berturut-turut terjadi pada 14.000, 11.500, dan 8.000 tahun lalu, telah menaikkan air laut setinggi 120 meter. Daerah dataran rendah Asia Tenggara tenggelam seluas India. Yang tertinggal hanya pulau-pulau pegunungan yang terpencar-pencar. Daratan yang dulu membentang di antara Korea, Jepang, China, dan Taiwan, kini disebut Laut Kuning dan Laut China Timur. Pelabuhan-pelabuhan masa kini di sepanjang garis pantai selatan China, seperti Hong Kong, pada Zaman Es adalah daratan yang pan jangnya ratusan mil.

Ketika kenaikan air laut mencapai puncaknya pada 8.000 tahun lalu, rangkaian migrasi terakhir dari penduduk Asia Tenggara dimulai. Dengan rute-rute migrasi : ke selalan meuju Australia. Ke timur menuju Pasifik. Ke barat masuk ke Samudra Hindia.Dan ke utara masuk ke Daratan Asia.

Keturunan masa kini dari para pengungsi timur di Pasifik, mendiami banyak pulau Melanesia, Polinesia, dan Micronesia, menuturkan bahasa dari rumpun Austronesia, yang juga digunakan oleh penduduk Asia Tenggara. Dalam perjalanan, mereka membawa binatang domestik dan tanaman-makanan dalam kano-kano laut yang besar. Beberapa di antara mereka yang lari ke barat membawa tumbuhan beras (padi) ke India. Mereka yang berasal dari Asia Tenggara utara lari ke Indo-China dan Asia, membangun budaya-budaya rumit di China Barat Daya, Burma (Mynnmor), dan Tibet. Mereka menuturkan bahasa dari rumpun bahasa besar Asia Tenggara lainnya: Austro-Asiatik, Tibeto-Burman, dan Tai-Kadai.

Di atas itu semua, penyebaran awal akibat banjir besar itu telah membangun jalur-jalur komunikasi dan perdagangan ke seluruh Eurasia dan Pasifik Selatan yang kemudian memastikan arus yang cepat dan berkelanjutan berisi pemikiran, pengetahuan, dan keahlian, dan menyebarkan suku bangsa di Asia Tenggara ke berbagai belahan dunia akhirnya.

Angkor Wat dan Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur.

Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.

Angkor Wat, adalah sebuah kuil atau candi yang terletak di kota Angkor, Kamboja, dan dianggap sebagai salah satu dari keajaiban dunia. Ia dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryavarman II memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor Wat adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama dalam kompleks bangunan Angkor Wat.

Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi candi Buddha Theravada, hal ini berlangsung hingga kini.

Kesamaan kedua Candi, warisan dua bangsa berbeda di Asia Tenggara, yang fenomenal dan legendaris ini menunjukkan bahwa hubungan bangsa Indonesia dan Kamboja ternyata mulai terjalin sejak sebelum masa Raja Jayawarman II di Kamboja, yaitu sebelum abad ke-9. Demikian menurut kalangan cendekia dan pemerhati sejarah dalam seminar mengenai penelitan Candi Borobudur dan Angkor Wat di kota Siem Reap, 5-6 Desember 2009, seperti yang juga diungkapkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kamboja saat itu.

Berdasarkan peninggalan arkeologi serta catatan beberapa prasasti, interaksi dan hubungan antara masyarakat Kamboja dan penduduk Jawa bahkan telah terjadi pada abad ke-6. Interaksi ini terjalin melalui kegiatan perdagangan yang melibatkan kerajaan di Kamboja dan Indonesia pada masa itu. Bahkan, dari beberapa model relief yang terdapat di Candi Angkor Wat, ternyata banyak ditemukan kesamaannya dengan yang terdapat di Candi Borobudur dan Prambanan, yang menggambarkan interaksi kedua bangsa ini sejak ratusan tahun yang lalu.

Kesimpulannya, menurut pendapat saya, berdasarkan letak geografis, rumpun bahasa, rumpun bangsa, asal usul nenek moyang,arus migrasi yang terbentuk dan kemiripan dua buah candi dari dua bangsa yang terpisah letak dan jarak ini membuktikan bahwa bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan tergabung dalam ASEAN memang berasal dari rumpun yang sama, walau dalam kenyataan kesehariannya juga terjadi perbedaan, namun karena kita sesungguhnya “bersaudara” maka mari melangkah bersama dalam satu visi dan satu identitas ASEAN menuju satu komunitas ASEAN 2015 yang memiliki 3 pilar utama, yaitu Keamanan, Ekonomi dan Sosial Budaya, dengan kesadaran penuh untuk hidup berdampingan karena serumpun dalam keragaman itu indah.

Tulisan ke-2 dalam #10DaysforASEAN bersama ASEAN Blogger


4 thoughts on “Serumpun Dalam Keragaman Itu Indah

  1. @sang nanang … terimakasih sdh mampir ke blog saya dan koreksinya sudah diperbaiki, betul, belum mjd anggota sjk pengusulannya thn 2011 dan msh dlm pengkajian utk mjd anggota ke-11

  2. Pingback: Sensasi Suka Duka #10daysforASEAN : Honey Bee

Comments are closed.