Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae, tingginya dapat mencapai 1 hingga 2 meter. Tanaman bertumbuh tegak, bercabang dengan buah yang berwarna hijau saat muda dan menjadi merah saat tua ini, banyak tumbuh di daerah dataran tinggi, walaupun dapat juga tumbuh di dataran rendah untuk beberapa jenis tanaman kopi tertentu.
Karena banyak tumbuh di daerah berhawa dingin, awal mulanya biji kopi dinikmati orang untuk diseduh bersama air panas untuk menghangatkan badan. Buah kopi yang telah dijemur dan kering, dikupas dan dikeluarkan biji kopinya untuk dijemur kembali, lalu biji kopi tersebut disangrai, digoreng diatas kuali tanpa minyak hingga berwarna kecoklatan (ground roasted coffee) dan menyebarkan wangi aroma kopi. Selanjutnya biji kopi tersebut akan ditumbuk atau digiling sesuai selera untuk kemudian dinikmati setelah diseduh dengan air panas.
Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan dengan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis relatif tinggi di pasaran dunia, Indonesia masuk dalam urutan nomer 3 penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Ada banyak jenis yang dikenal di dunia, juga di Indonesia, namun yang paling sering dikonsumsi adalah Arabika (Coffea arabica Linn), Kopi Robusta (Coffea canephora Piere ex Froehner), Kopi Liberika (Coffea liberica Bull ex Hien) dan Kopi Ekselsa (Coffea exelsa A. Chev).
Budaya Minum Kopi Bangsa Indonesia
Tradisi minum kopi sampai di Jawa sejak tahun 1616 dibawa Admiral Pieter Van den Broeke (Belanda) yang mendapat tugas untuk berdagang dengan bangsa Arab di Laut Merah. Sebagai bangsa yang terkenal dengan keragamannya, jenis kopi yang tersebar di Tanah Air ini juga beraneka ragam, mulai dari Aceh Gayo Arabika, Ulee Kareng (Robusta), Sumatra Mandhailing, Lintong, Sidikalang, Java Ijen, Java Raung, Kintamani, Bajawa Flores, Robusta Lampung, Toraja, hingga Kopi Papua yang dihasilkan petani di Wamena. Belum lagi kopi yang dihasilkan di setiap wilayah Indonesia yang juga mempunyai kekhasannya tersendiri .
Gaya hidup Minum Kopi sudah dikenal juga sejak dulu, di beberapa daerah, hampir selalu ada kedai kopi yang dikelola secara tradisional, mempertahankan ciri khasnya sampai sekarang. Sama seperti sekarang, kedai kopi atau gerai kopi yang ada difungsikan sebagai tempat ngobrol dan bertukar pikiran dengan sesama teman, sambil membaca koran.
Kedai kopi tradisional yang biasanya hanya menyajikan kopi tubruk (bubuk kopi diberi gula dan diseduh dengan air panas) dan aneka gorengan, banyak terdapat di pelosok negeri ini, diantaranya seperti yang aku tuliskan disini, saat aku bepergian melewati Sei Pinyuh (Kalimantan Barat) atau juga di Panatapan Parapat (Sumatera Utara). Dan juga banyak terdapat di wilayah Pecinan di pelosok negeri ini, seperti di daerah Glodok, Siantar dan Singkawang.
Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan, gerai kopi dengan franchise internasional pun kini banyak bermunculan di perkotaan, dari bahan dasar yang sama tapi dilakukan kreasi baru dalam penyajiannya seperti Kopi hitam, Espresso, Latte, Caffee au Lait, Caffee Macchiato, Cappucino, Dry Cappucino, Frappe, Kopi Instan, Kopi Irlandia, Kopi Mocca, Melya dan Oleng (Kopi Thailand)
Kopi Vietnam yang Legendaris
Vietnam, sebagai penghasil kopi terbesar nomer dua di dunia dan nomer satu di Asia, memiliki sebuah merk dagang (brand) yang terkenal untuk komoditas kopinya, yaitu Trung Nguyen, yang juga sudah memiliki banyak gerai kopi di dunia. Mengapa Trung Nguyen bisa menjadi ikon dari Vietnam karena Trung Nguyen memberikan kopi kelas wahidnya untuk konsumen. Trung Nguyen mampu bertahan karena terus mempertahankan mutu dan citarasa nya sehingga mempunyai pangsa pasar yang tetap bahkan bertambah luas, dengan harga 0.5 kilogram bubuk kopi Trung Nguyen (dapat menghasilkan kurang lebih 30-40 cangkir kopi) memasang harga Rp 500.000,- atau jika dijual dalam bentuk olahan minuman di gerai kopi nya seharga Rp 25.000,- per gelas, dan para pecinta kopi merasa worth it mengeluarkan uang sebesar itu untuk dapat menikmati kopi, yang tidak hanya nikmat di lidah tapi juga menghasilkan aroma dengan sensasi luar biasa, yang tentu saja mampu menggetarkan dan merangsang kerja otak.
Hampir di setiap kedai kopi yang ada di Vietnam, olahan kopi disajikan dengan alat bernama Vietnam Coffee Drip, yang konon kabarnya mampu membuat bubuk kopi yang diseduh air panas, menghasilkan sensasi yang luar biasa untuk dinikmati. Saking penasaran, aku juga mencoba membeli dan mempraktekan membuat kopi dengan alat ini, jadi caranya bubuk kopi dimasukkan kedalam drip, yang berupa gelas aluminium dengan bagian dasar berlubang halus seperti saringan, tuangkan air panas kedalam gelas atau cangkir yang telah berisi bubuk kopi, selanjutnya air kopi akan menetes perlahan kedalam cangkir dibawahnya. Proses ini memang memerlukan kesabaran karena air kopi akan turun perlahan-lahan, namun penantian ini akan sebanding dengan hasil yang akan kita nikmati.
Di Vietnam, selain Trung Nguyen, ada beberapa produsen kopi yang berasal dari perusahaan swasta atau badan usaha milik negara, seperti Hung Phat, Tam Chau, Viet Pacific atau yang lebih dikenal sebagai Vietcoffee, dan Vinacafe (Perusahaan Kopi Nasional Vietnam) dan juga Highlands Coffee. Vietnam adalah produsen kopi nomor dua terbesar setelah Brasil, dengan besaran 14,3 persen pasar kopi dunia. Meskipun demikian, kualitas biji biasanya mempersempit keterpasaran produk. Kopi robusta menyumbang 97 persen produk, dengan 1,17 juta ton terekspor pada tahun 2009, atau senilai 1,7 miliar dolar Amerika Serikat. Produksi kopi arabika diharapkan naik setelah perluasan lahan tanam. Kopi jenis lain yang tumbuh di Vietnam adalah kopi liberika dan catimor.
SINERGI Dua Negara ASEAN untuk Merebut Pangsa Pasar Kopi Dunia
Bersinergi adalah menggabungkan dua hal berbeda menjadi satu kekuatan besar, apakah mungkin Indonesia dan Vietnam sebagai penghasil komoditas kopi terbesar bersinergi dan merebut pangsa pasar dunia ? Mungkin saja, mengapa tidak ? Lalu bagaimana caranya ?
Baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama (bersinergi) tentu saja mungkin untuk merebut pangsa pasar dunia, walaupun Vietnam bisa dianggap sebagai pesaing (competitor) tapi Vietnam juga bisa dianggap sebagai teman untuk bersinergi.
Beberapa hal yang perlu dilakukan agar komoditas kopi ini mampu merebut pangsa pasar dunia adalah :
- melakukan pengembangan produk, dengan kemajuan di segala bidang, seperti teknologi, komoditas kopi tidak hanya menjadi olahan makanan dan minuman tapi juga sabun beras kopi yang digunakan untuk lulur dan masker kecantikan
- menciptakan pola sinergi mulai dari Pemerintah, Industriawan dan Lembaga Pendidikan untuk melakukan kerjasama menuju pengembangan produk ini, bahkan juga keterlibatan Pimpinan Negara melalui Menteri Perdagangan kedua negara (Indonesia dan Vietnam)
- menciptakan brand image produk kopi dua negara untuk diluncurkan di dunia internasional, misal IndoViet Coffee, dengan tagline ~ IndoViet Coffee, brewing until you drop, dengan melibatkan produsen-produsen kopi dua negara, membuat perencanaan produksi dan diversifikasi produk serta penetapan pengolahan pabrik dan limbahnya dengan terinci
- kerjasama yang berkualitas dengan media cetak untuk mempromosikan produk baru kedua negara ini
- perlu komitmen dan usaha untuk mendukung industri baru ini dari penyiapan bahan baku (biji kopi), pengolahan menjadi bubuk kopi atau produk lain yang direncanakan untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut
Untuk mengembangkan berbagai aspek tersebut diperlukan kerjasama beberapa pihak seperti disampaikan diatas agar dihasilkan harga yang kompetititf, efisiensi produksi dan delivery order yang tepat dan cepat, dengan strategi 1) pengembangan produk 2)updating teknologi 3)pengembangan kemampuan SDM 4)inovasi produk dengan penerapan teknologi 5)Political Will 6)menetapkan brand image dan 7)melakukan promosi terus menerus
Sinergi dua negara dengan komitmen tinggi akan mampu mengatasi setiap kendala yang mungkin dihadapi, mulai dari persiapan bahan baku, produksi, pemasaran dan infrastruktur secara bersama-sama dengan dukungan dari kemampuan modal dan sumberdayamanusia kedua negara, sehingga mampu merebut pangsa pasar komoditas kopi di dunia dengan dukungan seluruh negara anggota di ASEAN, melalui Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 tentunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan #10daysforASEAN bersama @aseanblogger hari ke-5
Sumber : Pribadi, Yahoo dan Google
Wooowww…keren tulisanmu Makkk..:)
@ mak lies…terimakasih sudah mampir, iya ini sdg belajar lagi, buka2 buku lagi, browsing, searching spy bs cerita ke anak cucu 😀