Pulau Tidung, sebuah pulau kecil yang menjadi satu kelurahan, merupakan bagian dari Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pulau ini terbagi dua wilayah, yaitu Tidung Besar dan Tidung Kecil yang terhubungkan dengan sebuah jembatan yang menjadi ikon pulau ini yaitu Jembatan Cinta berwarna merah muda atau pink. Wilayah seluas 109 hektar dengan penduduk kurang lebih 10 ribu jiwa, beberapa tahun terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang pesat di sektor pariwisata. Lalu mengapa Pulau Tidung yang baru berkembang ini terpilih menjadi tempat penyelenggaraan Reuni Perak AIS 28 ? Begini ceritanya …..
Keputusan menetapkan Pulau Tidung sebagai tempat reuni adalah berdasarkan keputusan hasil suara terbanyak diantara teman-teman seangkatan. Lalu dengan berbagai masukan dan pertimbangan, mbak Santi Kurniawati dari Santika Travel, berusaha keras untuk mengakomodir semua keinginan teman-teman, mulai dari kamar mandi yang ada di dalam, kloset duduk, kamar ber AC, naik speedboat dan bukan kapal penumpang, makan 3 kali dan 2 kali snack sampai masalah sprei yang mesti diganti dan kamar yang harus dibersihkan terlebih dahulu dan lain-lain, sehingga akhirnya kami mendapatkan paket menginap 3 hari 2 malam, yang tidak bisa dibilang murah dengan paket-paket yang ditawarkan EO yang lain, namun dengan harga Rp 775.000,- per pax untuk rombongan yang berjumlah 50 orang, kami mendapat fasilitas memadai sesuai keinginan. Paket yang diberikan mbak Santi ini, mengantarkan rombongan alumni AIS28 ini ke Penginapan Tidung Nirwana, sebuah penginapan dua lantai dengan 12 kamar ber AC, televisi dan kamar mandi didalam.
Bagaimana cara menuju Pulau Tidung, ada 2 cara yaitu melalui Dermaga Angke dengan kapal penumpang yang menempuh waktu 3 jam dan biaya yang lebih murah, dan melalui Dermaga VI Marina Ancol dengan speed boat yang menempuh waktu 1 jam dan tentu biaya yang lebih mahal sebesar Rp 350.000,- per orang pulang pergi.
Setelah perahu bersandar di dermaga Pulau Tidung, rombongan dijemput pasukan bentor atau becak motor, yang membawa kami menuju tempat kami menginap, dengan biaya Rp 15.000,- per kendaraan, yang muat mengangkut 3 orang.
Lalu alat transportasi apa yang bisa digunakan didalam Pulau Tidung ? Ada sepeda yang siap menemani dan mengantarkan kita kemana saja dan disiapkan pihak penginapan selama kita menginap, atau bagi yang tidak bisa bersepeda macam saya, ada fasilitas bentor yang mudah ditemui di sepanjang jalan dekat penginapan, dengan biaya Rp 15.000,- sekali jalan, cukup mahal memang, tapi sekali angkut bisa 3 orang menumpang.
Satu yang menjadi catatan kami dan perlu menjadi perbaikan di masa yang akan datang adalah kurangnya variasi makanan dan kualitas makanan disana. Kami memaklumi mengingat kondisi Tidung yang berada di Pulau dan kurangnya akses transportasi serta kurangnya pengetahuan mengolah bahan makanan dengan baik. Saran bagi keluarga yang membawa anak balita agar membawa persediaan makanan tambahan kesukaan anak-anak jika ingin berkunjung kesana.
Bagi teman yang akan berkunjung ke Tidung, dapat menghubungi mbak Santi Kurniawati disini, untuk negosiasi harga, pemilihan akomodasi yang dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan kita. Selamat berlibur 🙂
Waaah, 50 orang saja 700ribuan ya, mba. Andai itu sudah include. 😀 Maunya yang murmer.
@mak Idah Ceris…..maaak, harga itu fleksibel tapi itu sdh murah karena utk menyeberang dgn speed boat saja sdh Rp 350.000,- pp. Kalau mau harga Rp 300 ribuan per pax juga bisa, lewat Dermaga Muara Angke dan tempat menginapnya pasti berbeda (tanpa AC atau dengan kipas angin dan kloset jongkok). Dikontak aja mak ke mbak Santi itu, bisa dikompromikan soal harga, jangan kuatir….yang penting bisa enjoy bersama keluarga
Pingback: Tidung Olala !!! : Honey Bee