Setelah kami memutuskan memilih Jalan Braga sebagai wilayah liburan kami sekeluarga kali ini, aku kemudian searching hotel yang ada di sekitar Braga. Setelah mengetahui ada hotel Ibis disana dan membaca review dari beberapa orang yang pernah menginap, aku mencoba menghubungi teman yang bekerja di Ibis Gading Serpong. Teman disana memberitahuku PIC di Hotel Ibis Braga, oh ya jangan salah, di Bandung ada dua buah hotel Ibis, yang pertama Hotel Ibis Style Braga dan yang kedua adalah Hotel Ibis Trans Studio Bandung.
Tidak banyak referensi persisnya yang menggambarkan dan juga foto-foto mengenai situasi di Hotel Ibis Style Braga ini. Jadi memang lebih enak langsung berkomunikasi dengan pihak hotel. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan reservasi dua kamar yang berdekatan untuk dua malam karena jumlah kami 5 (lima) orang. Lalu pihak Hotel memberitahukan bahwa mereka punya tipe kamar Family Room, yang terdiri dari satu tempat tidur besar dan dua single bed di ruang yang berbeda, dengan TV di masing-masing ruang (yang sebenarnya tidak terlalu penting buat kami) serta sebuah kamar mandi di dalam kamar. Kami memilih tipe Family Room karena kami bisa satu kamar dengan anak-anak.
Namun sebagai catatan, Family Room yang berkapasitas 4 orang ini hanya menyediakan makan pagi dan handuk besar untuk dua orang saja. Jadi bagi keluarga yang tentunya lebih dari dua orang karena menyewa Family Room harap membawa persediaan handuk sendiri.
Hotel berlantai 12 ini memang baru dibuka pada tahun 2014, semuanya masih tampak bersih dan tertata rapi. Lobby tampak luas, dengan tersedia ruang duduk tamu, bar kecil dan ruang untuk melakukan akses internet, walau semua ruang terkoneksi dengan jaringan WiFi juga. Petugas mulai dari keamanan, di front office sampai office boy, semua tampak ramah dan menjalankan tugasnya dengan baik.
Kamar kami berada di lantai 7, tepatnya di kamar 702, depan pintu lift. Kamar menghadap ke Jalan Asia Afrika, tepatnya persis menghadap ke Hotel Savoy Homann, Hotel tua yang mengalami renovasi beberapa kali sejak berdirinya pada tahun 1871. Jendela yang besar dan luas membuat ku dapat dengan lega memandang keluar jendela, mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam.
Kamar mandinya semi transparan walau tidak terlihat dari luar dan tidak mempunyai pengunci pintu.
Ruang makan untuk sarapan pagi tersedia di lantai 2, sebuah ruangan yang luas dan masih tertata dan terawat baik. Menu makan pagi standar seperti bubur ayam, nasi dan aneka lauk, roti,donat, telur bisa berupa omelet atau telur mata sapi, jus dan minuman hangat seperti kopi hitam, susu, teh dan lainnya, serta buah-buahan. Walau merupakan menu standard tapi boleh dikata semua makanan yang disajikan punya “rasa” yang enak.
Buat aku pribadi dan keluarga, hotel ini nyaman, tenang dan menyenangkan. Kami bisa beristirahat dengan tenang selama berada disana. Sayangnya tidak ada fasilitas olahraga dan kolam renang. Lokasinya juga dekat dengan banyak tempat. Kami hanya berjalan kaki menyusuri Braga, Asia Afrika, Cikapundung dan juga banyak makanan di sepanjang Asia Afrika yang tidak jauh dari hotel kami. Selamat mencoba dan berlibur bersama keluarga 🙂
padahal kalau bawa anak-anak fasilitas kolam renang yang paling di cari ya
iya mak Lidya, karena itu sebelum berangkat dan memilih hotel, kami sudah diskusi dulu mengenai situasi hotelnya dan tujuan perjalanan kali ini, ya memang makan dan makan serta ganti suasana