Hiruk Pikuk Pasar Mardika Ambon

Aku suka pergi ke pasar. Mengapa ? Karena di pasar sangat ramai, ya iyalah….tapi bukan itu saja, melainkan karena di pasar banyak hal bisa aku lihat dan aku amati. Pasar, seperti umumnya tempat umum yang lain (Rumah Sakit, Sekolah dan Tempat Ibadah), aku yang dulu terbiasa “dititipkan” Ibu di sebuah toko sementara Ibu pergi blusukan kedalam pasar, bisa mengamati aneka ekspresi, aneka wajah, banyak percakapan atau dialog antara penjual dan pembeli, antara pembeli dengan pembantu rumah tangganya atau antara ibu dan anak dan juga tingkah dan perilaku tiap-tiap orang di dalam pasar, bahkan termasuk juga pemberi jasa yang lain, seperti kuli angkut barang dan pengemudi ojek.

Kerinduan akan suasana pasar, terlampiaskan juga akhirnya saat aku berada di Ambon. Pasar terdekat yang kami datangi adalah Pasar Mardika, hanya dengan Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah) sekali jalan, dari jalan raya Kudamati depan RSUD, aku sudah bisa sampai kedalam Pasar Mardika dengan kendaraan angkutan umum yang full music.

penjual ikan asar dan ikan segar p2 p3 p4Aku memang tidak sampai blusukan kedalam pasar karena begitu sampai di Pasar, sepanjang jalan pasar itu sudah dipenuhi dengan aneka ragam apa yang kami perlukan. Disana ada aneka macam sayur segar, rempah-rempah, sagu manta, sagu kering, ikan segar, ikan asar, sayur pepaya dan bunga pepaya, juga buah-buahan. Bahan untuk membuat sambal colo-colo pun lengkap, dengan cabe dan lemon cinanya.

p5 p6 p7 p8 p9 p10Hiruk pikuk sangat terasa sejak pagi hari aku datang pertama ke pasar, bahkan sampai siang saat aku berkunjung yang kedua ke Pasar Mardika. Pedagang yang berjualan di sepanjang jalan ini sangat menjaga kebersihan dan tertib dengan pengawasan penjaga keamanan setempat.

Suasana pasar dan keramaiannya selalu mesti aku datangi kemanapun aku berada, mengobati rinduku saat pergi ke pasar bersama Ibu 🙂