Mendorong Anak Untuk Menulis

Aku memang suka menulis, walau masih asal menulis tapi aku merasakan banyak manfaat dari menulis, mulai dari catatan kecil sejak aku di sekolah dasar, buku harian (diary) di masa remaja dan akhirnya blog di masa sekarang. Harapanku, tentu mereka dapat setidaknya mempunyai minat yang sama, sehingga mereka juga dapat merasakan manfaat yang sama seperti yang aku rasakan.

Namun itu semua tidaklah mudah, apalagi di era sekarang, dimana anak-anak lebih menyukai mengirim pesan-pesan pendek dengan gadget melalui social media, update status dalam kalimat terbatas, bahkan disingkat-singkat sehingga sering terjadi salah interpretasi bagi orang lain.

Aku hanya mencoba mendorong mereka untuk menulis, dengan cara banyak membaca. Minimal dengan membaca, kita akan kaya pengalaman. Aku tidak memaksakan mereka untuk memiliki blog walau mereka tahu bahwa melalui blog, akan mudah bagi kita untuk sharing apa yang kita alami pada orang lain. Sulung sudah mulai membuat catatan-catatan singkat sejak ia duduk di SMP dalam buku notes, sedangkan Tengah lebih suka menulis melalui gadgetnya, yang menjadi masalah jika gadgetnya mengalami kerusakan, maka hilanglah semua data yang ada di sana tanpa bisa ditelusuri, kecuali jika sudah sempat di posting di media sosial.

20170208_072941

Tulisan Bungsu mengenai Sahabatnya. Foto adalah foto sahabat yang diceritakan dalam tulisan di atas

Semalam, aku terkejut dan terharu ketika si bungsu menunjukkan Tugas Pelajaran Agama, di mana dalam pelajaran tersebut, ia diminta untuk menuliskan mengenai Sahabat. Yang pertama, bukan hanya karena nilai 100 yang muncul dalam lembar kertas tersebut, namun juga isi tulisan yang dibuatnya, sungguh membuat terharu, bagaimana Bungsu menyampaikan bahwa sahabat yang saat ini melanjutkan sekolah di SMP yang berbeda dengan Bungsu, sama-sama merasakan kesedihan di hari perpisahan SD yang merupakan hari terakhir mereka berada di SD waktu itu. Kedua, kronologis tulisan itu begitu lembut mengalir, dari awal sampai dengan akhir. Ketiga, tugas itu dikerjakan sendiri pada hari Minggu malam, bukan di sekolah dan aku pun tidak tahu karena biasanya tugas sekolah sudah harus selesai di hari Sabtu. Mungkin tugas ini dikerjakan mendadak saat aku tertidur 🙁 yang berarti ia mengerjakan sendiri tanpa bantuan.

Aku tidak pernah memaksa anak-anakku untuk bisa menulis, tapi dengan dorongan yang tepat bisa membuat seorang anak mengungkapkan apa yang dirasakan, mengulang kembali ingatan masa lalu, melepaskan kesedihan dan kerinduan pada orang lain. Sejak di SD, Bungsu memang sering mendapat tugas menulis buku harian yang kadang dilakukannya dengan enggan, sebagai orang tua, aku selalu memeriksa hasil tugasnya setiap hari dan biasanya aku akan meminta Bungsu untuk memperjelas apa yang menjadi pendapatnya atau apa yang ia tuliskan. Rupanya dorongan seperti itu bisa membuat anak meningkatkan perbendaharaan kata, mengeksplorasi lingkungan dan daya pikirnya.

Itu saja yang ingin aku tuliskan hari ini, bahwa bukan nilai 100 yang membuat aku bangga, tapi dorongan orang tua setiap hari mampu membuat anak-anak menjadi “kaya”, ia mampu membuat tulisan yang sangat menyentuh perasaan (aku sebagai Ibu nya, tentunya) 🙂

Beberapa pesan untuk orang tua yaitu jangan paksa anak untuk (belajar) menulis, belajarlah bersama mereka  menulis untuk meningkatkan perbendaharaan katanya, jangan mengintip tulisan anak sampai ia minta untuk diperiksa dan pujilah selalu apa yang ia tuliskan.

Love you Bungsu


6 thoughts on “Mendorong Anak Untuk Menulis

  1. Benar sekali Mbak. Anak juga bisa membuat tulisan yang mengharukan, yang membuat kita yang membaca jadi terhanyut. Anak saya sekarang masih angat-angat mau nulis, kadang dia suka dia ambil laptop untuk menulis apa yang ada di kepalanya. Buku diarynya juga ada. Ya masih ala kadarnya ya, tapi buat setiap ibu semua proses anak itu membanggakan…. 🙂

  2. Hai mbak Zizy Damanik, salam kenal, tersanjung mbak Zizy mampir ke blog aku.

    Ya mbak, betul banget, setiap proses adalah perkembangan dan kemajuan buat anak. Bagus banget sudah punya diary bahkan nulis di laptop 🙂

  3. agak susah sih emang kalo buat anak pertama, selalu dicoba aja, ntar akan nemu tips tepat buat anaknya, soalnya setiap anak caranya beda beda hehe

Comments are closed.