Aroma kopi memang selalu semerbak memenuhi rumah kami di sore hari. Aku suka kopi hitam dan dia suka capucino.
“Sayang, di mana kopiku?”
“Di atas partitur dekat piano…”
Dia berjalan mencari cangkir kopinya, dan bertanya dengan lembut, seperti biasa,
“Lho…. kenapa kamu letakkan di sini? Kalau tumpah ke partiturku bagaimana?”
“Supaya aroma dan sedap rasa kopi ini, bisa langsung bertransformasi di atas tuts piano, untuk menginterpretasikan rasa rinduku yang njelimet ini….”
“Hm kamu ini…. sini duduk yang anteng, akan kumainkan lagu untukmu,”
ia menarik kursi piano, duduk di atasnya, dan membuka penutup piano, jari-jarinya mulai menari di atas tuts piano setelah dalam sekejap menyeruput setengah cangkir capucino rasa rindu, yang masih hangat itu
Aku duduk manis di sebelahnya, menikmati Lagu Cinta yang ia mainkan untukku, sambil menikmati kopi hitamku. Kurang apa lagi? Sempurna, bersamamu.