Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Bapak Ibu tercinta. Ah terasa sesak di dada menuliskan ini di blog. Padahal tadi pagi update status di FB biasa-biasa aja, selain rasa suka cita. Selamat HUT Pernikahan ke-55 (25 Februari 1965) ya Bapak Ibu.
Hari ini HUT Pernikahan yang ke-7, yang mungkin Bapak Ibu rayakan bersama di surga ya. Hm bagaimana ya suasana di sana? Ah fantasiku mulai melayang-layang di udara.
Ini bisa jadi lanjutan dari postingan status FB ku sebelumnya. Bagaimana aku belajar mengenai kehidupan dalam perbedaan yang dipersatukan. Bukan hanya dari mereka berdua tapi juga dari keluarga besar kami.
Mereka berdua, Bapak Ibuku, hanya ditakdirkan bersama sampai usia pernikahan mereka yang ke-33 (6 September 1998, ketika Bapak berpulang lebih dahulu).
Perjuangan cinta mereka yang luar biasa (sebelum akhirnya mereka menikah), menjadi kekuatan bagi mereka untuk bertahan dalam setiap gelombang kehidupan. Berapa tahun ya mereka berpacaran? Mungkin sekitar 5 tahun. Karena sesungguhnya rumah Ibu berhadapan dengan rumah Eyang dari Bapak. Dan Bapak berteman baik dengan kakak dari Ibuku (PakDe Dipoyono. Perjuangan mereka, dimulai dari awal Bapak bekerja dan berjuang di Ibu Kota. Tangis, air mata, perjuangan menahan rindu, sementara harus melanjutkan studi demi cita-cita karena perbedaan jarak dan perbedaan lain, membuat cinta mereka semakin kuat.
Surat-surat dan buku harian mereka masih tersimpan rapi. Bapak, termasuk orang yang rajin menuliskan itu.Masa itu mereka hanya berkomunikasi dengan surat dan telegram. Bapak kuliah di Jakarta (Universitas Indonesia) dan Ibu masih sekolah di Malang.
Hubungan mereka punya landasan yang kuat untuk terus bertahan. Gelombang pasang surut pasti ada dalam kehidupan mereka sebelum dan sesudah menikah.
Dan itu membuat kami semakin mengerti apa artinya hidup dengan cinta dan kasih sayang. Mereka adalah salah satu panutan kami, hidup dalam perbedaan dan banyak hambatan.
Masih adakah cinta yang terus berjuang dan dipertahankan di masa sekarang?
Selamat merayakan HUT Pernikahan di surga, bersama nyanyian merdu dan malaikat berjubah putih dengan alunan orkestra, yang Bapak Ibu sukai. Dari kami, yang merindukan Bapak Ibu, Eyang kami.