Bulan April sejatinya selalu menjadi bulan yang spesial buat aku secara pribadi. Sedangkan Bulan Oktober adalah bulan spesial buat kami sekeluarga. Sesungguhnya semua hari dan bulan, diciptakan baik adanya. Tapi mungkin karena pada bulan itu banyak hari jadi anggota keluarga, maka kedua bulan itu menjadi bulan yang spesial. Seluruh anggota keluarga akan berkumpul untuk mensyukuri hari-hari spesial di bulan itu.
Namun bulan April 2020 ini menjadi bulan yang bukan hanya spesial buatku, tapi sungguh menjadi bulan yang penuh arti. Tiada ada satu hari pun yang tak memberikan makna buatku. Bulan April tahun ini dimulai dengan sapa pagiku karena suka citaku memasuki bulan April, yang menjadi kelanjutan bulan Maret. Bulan Maret yang mana sejak pertengahan bulan, virus Covid 19 mulai merebak di Indonesia dan menjadi pandemi dalam waktu singkat.
April menjadi harapan bahwa pandemic akan berakhir dan kehidupan akan kembali normal. Tapi rupanya belum. Kita semua (di hari ke-46, 1 Mei 2020, kasus positif penderita sudah mencapai jumlah 10 ribuan orang) diminta untuk bersabar, dengan terus berkomitmen melakukan hal-hal positif.
Kemarin sore, menjelang waktu berbuka, di WAG Kantor beredar video motivasi dari Ary Ginanjar. Beliau menyampaikan bahwa di masa bekerja dari rumah itu, kita harus melakukan tiga komitmen, yaitu komitmen intelektual, komitmen emosional dan komitmen spiritual. Betul, ketiga komitmen yang kemudian mempengaruhi perilaku keseharian kita selama berada di rumah saja.
Selama bulan April, jujur aku banyak merenung dan berpikir. Walau aku (sok) sibuk karena punya empat orang yang memberi tugas (Ka Balai, Ka Program, Ka Subbag TU dan Manajer Unit SDM), aku juga mesti memperhatikan kebutuhan anggota keluarga di rumah. Bukan hanya kebutuhan jasmani tapi juga kebutuhan emosional dan pendampingan anakku yang masih sekolah. Yang biasanya dia didampingi guru di jam belajar, menjadi belajar di rumah, tentu aku mesti siap untuk ditanya-tanyakan.
Kebutuhan emosional lebih menguras waktu, pikiran, perasaan dan energi tentunya. Bagaimana kita bias tetap menghibur anak atau orang lain, sementara kita sendiri juga sedang berada dalam titik jenuh yang sama. Selain bersyukur dengan grup teman dan keluarga, yang saling menguatkan dengan sapa pagi, semangat hari, kiriman sticker lucu atau video yang menyemangati (di antara berita Covid baik yang positif sembuh atau pun meninggal), ada waktu untuk refleksi dan merenung.
Di kala kehidupan normal, sering kita menghindari pertemuan atau kunjungan untuk menjaga silaturahmi, seperti reuni teman atau arisan, sehingga rasanya di masa ini menyadari betul bahwa hal-hal itu sangat berharga. Sebaliknya dengan ikatan dalam keluarga, yang biasanya diabaikan dan terabaikan, menjadi lebih dekat dan banyak berbicara dari hati ke hati, terutama dengan anak-anak.
Bulan April ini, saat kepulangannya yang selama 3 minggu ini (datang 30 Maret 2020 dengan kejutan karena nebeng teman dan kembali juga sudah dalam masa pembatasan arus mudik dengan mobil travel pada 24 April 2020), aku banyak berbincang dengan kakak tengah, LAAS. Pembicaraan yang sungguh mendalam, di antara tangis air mata dan gelak tawa. Bagaimana ia mengeritik habis-habisan pola asuhku di masa lalu, bagaimana kebodohanku dalam kehidupan pernikahanku (yang menurut dia, bukan sebagai panutan) dan juga kebenciannya selama setahun ini (aku tidak mengira karena kukira kami baik-baik saja) pada apa yang aku lakukan. Bersyukur akhirnya, semua menjadi jelas dan kami berdamai di bulan April 2020. Aku sungguh tak mengira itu menjadi kepahitan dan kekesalan yang mendalam dari kakak tengah. Pembicaraan yang dari hati ini akhirnya menata kembali hubungan kami.
Dengan teman-teman dan keluarga, juga semakin kuat walau hanya secara virtual. Semoga semakin tulus dan memperkaya kesehatan batiniah.
Aku juga semakin banyak waktu bertanya pada diriku sendiri, apa yang sesungguhnya jiwaku ini inginkan dalam hidup. Istilah banyak orang, self love. Selama ini, tubuh, pikiran dan perasaan hanya digunakan tanpa jiwa ini ditanya apakah mau melakukan dan menjalankan ini semua. Teman baik mengingatkanku, saat memberi ucapan pada hari ulang tahunku (tepatnya ucapan ulang tahunku di hari ulang tahunnya) agar “Jangan lupa bahagia.” Betul, jangan siksa diri ini terlalu keras berpikir, terlalu Lelah raga dan terlalu makan hati, tapi lepaskanlah itu semua, agar bahagia lahir batin, jiwa raga.
Terima kasih April dengan begitu banyak yang bisa dikenang di bulan April ini, untuk melangkah memasuki bulan Mei 2020. Salam sehat, salam kuat, hari-hari akan masih panjang menjelang. 😉