Hari ini, Minggu, 20 September 2020. Minggu ini memasuki minggu ke-4 aku akan kembali bekerja dari rumah (WFH) setelah sebelumnya sempat full bekerja dari awal Juni 2020. Lalu berlaku WFO 75%, WFO 50% dan akhirnya menjadi WFO 25% di awal bulan ini, dengan kriteria WFO yang semakin ketat. Sebagai pegawai yang sudah berusia di atas 50 tahun, sudah pasti aku akan masuk dalam daftar WFH kelompok pertama. Suka atau tidak suka, itu yang berlaku. Dan sebagai anak buah yang juga mentaati Pemerintah dan keamanan kesehatan diri sendiri beserta keluarga, aku memilih (kembali) patuh.
Awal September 2020, kuawali dengan kiriman pagi dari penyanyi legendaris, Vina Panduwinata, yang sudah pasti berjudul “September Ceria” Liriknya diawali dengan,
Di ujung kemarau panjang
Yang gersang dan menyakitkan
Kau datang menghantar berjuta kesejukan
ah siapa yang tidak langsung merasa nyes adem mendengar syair dalam lagu ini. Syair yang tak pernah lekang oleh jaman, bukan. Apalagi di suasana demam pandemi, yang kerap membuat badan gembreges panas dingin ini. Terlebih dikirimkan oleh teman, yang baik hati, seolah memberi semangat di penghujung musim kemarau ini.
Lalu, apakah menurut kamu dan aku, masihkah tetap September ini ceria dan memberi keceriaan, di tengah segala kegalauan dan kegelisahan hati, baik dengan pergumulan masalah diri sendiri dan keluarga?
Diri sendiri. Menjalani hari-hari ini secara pribadi. Bukan hal yang mudah buat siapapun. Juga tak terkecuali buat aku pribadi. Banyak yang ingin dilakukan dan diperbuat. Tapi terkendala pada keterbatasan. Ya keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan sumber dana, tentunya. PKJ 241 Tak Kutahu Kan Hari Esok menjadi penguatku dalam menghadapi hari-hari ini. Tekanan dari banyak pihak, menjadi beban tersendiri. Dan untuk itu, jangan tanggung beban itu sendiri, pasrah berserah pada Tuhan adalah yang bisa dilakukan.
Demikian juga dengan PKJ 164 Jalan Hidup Tak Selalu..Reff :.. habis hujan tampak pelangi? Lagu ini menguatkan iman percaya kita bahwa akan ada pelangi selepas hujan. Dan pelangi akan muncul biasanya selepas hujan yang lebat. Bukan hujan yang hanya berupa gerimis atau rintik saja.
Siapa lagi yang biasa diajak bertukar pikiran dan berbicara selain Tuhan, karena hari-hari ini semua orang berbeban kan? Suami sudah ada persoalannya sendiri, Anak-anak juga dengan beban studi dan hidup mereka. Teman juga demikian, masing-masing sudah ada beban diri, pekerjaan juga keluarga. Doa bersama juga menjadi salah satu cara mendekat untuk meminta pertolongan dan campur tangan Tuhan. Jawaban? Jawaban sesuai dengan kepekaan hati setiap kita. Itu gunanya untuk selalu “dengar-dengaran” dengan Tuhan, menurut salah seorang sahabat masa kuliahku.
Buku-buku(ku). Aku bersyukur aku masih diberi kesempatan berproses dengan naskah dan tulisanku. Beberapa buku antologiku selesai cetak dan masuk dalam tahap Pre Order, di antaranya Jiwa Merdeka, Unforgetable Birth Moment dan Pulih. Ketiga buku ini berproses di masa pandemi dan akhirnya terbit. Puji Tuhan di bulan September.
Di samping hal itu, tentu ada juga hal yang mengecewakan kualami. Naskah novelku yang berjudul Keagungan Manah, Menepis Denting Nurani, tidak lolos dalam seleksi bergengsi Gramedia Writing Project 2020. Naskah yang kuupload sejak bulan Juli 2020 sampai dengan Agustus 2020, dengan berbagai kendala di website gwp, copas yang tidak asal copas, copas yang berulang kali berantakan, ada batas halaman tiap bab, kulalui di beberapa malam selama proses itu, toh belum membawa aku lolos di tahap ini. Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Aku membenahi ulang draft novel, menyesuaikan dengan format penerbit mayor yang lain. Mungkin peluangku ada di tempat lain. Siapa tahu, jika Tuhan berkenan. Aku berusaha lagi demi memperjuangkan naskah untuk buku solo ke-9 ku ini.
Buku Solo ke-10 yang berisi Kumpulan tulisan dan foto tentang Kopi, berjudul Halusinasi Kopi, juga sedang dalam proses. Sengaja mengambil jalur indie agar punya sedikit kebebasan berkreasi menerbitkan buku ini, sesuai dengan yang aku inginkan. Saat ini sudah masuk dalam tahap pemilihan desain cover dan layout ke-55 tulisan di dalamnya plus foto-foto tentunya. Oh ya aku juga sedang menunggu kata pengantar, yang kuharap bisa menjadi pembuka buku mungilku ini, dari seorang penulis kondang. Beliau sudah bersedia dan mari kita tunggu segera kabar baiknya.
Naskah dalam beberapa buku antologi juga sedang berproses, masuk dalam tahap editing, ada yang layout dan seterusnya. Aku ikuti saja setiap prosesnya dengan terus berkarya. Kemarin, aku baru saja mensubmit naskahku dalam buku antologiku yang ke-45 yang bertema Kopi dan Teori Hidup.
Keluarga. Buat kami, bulan ini adalah bulan yang cukup berat. Kakak pertama harus membuat beberapa keputusan penting terkait studi dan pekerjaan paruh waktunya. Ini akan aku ceritakan kemudian ya. Yang pasti, pada minggu ke-2 dan ke-3 bulan September ini, kakak pertama menghadapi Ujian Semester. Sebelum rencana pulang ke Indonesia bulan depan. Buat kakak kedua, yang sedang menyelesaikan skripsinya, memerlukan data yang mesti diolah untuk penyelesaiannya. Selain masalah studi anak-anak, ada beberapa hal yang diurus dan diselesaikan suami bersama abang tertua di Medan, untuk keluarga besar kami. Puji Tuhan, itu sudah dapat diselesaikan dengan baik. Proses yang berjalan cukup panjang, sejak awal pandemi mulai.
Pekerjaan. Seperti yang kusampaikan di awal. Bulan September yang sudah akan memasuki minggu ke-4 ini, aku bekerja dari rumah. Masih mengerjakan pekerjaan rutin dengan berbagai peran. Yang mungkin tak dianggap oleh sebagian orang. Karena bukan pekerjaan yang spektakuler, alias hanya pekerjaan administrasi dan tak mendatangkan pendapatan berjuta-juta buat satker. Namun aku melakukan yang terbaik yang aku mampu. Ada beberapa peran yang aku lakukan, yaitu sebagai staf di Unit SDM, Program Manager di STKK Layanan, Auditor Internal dan Ketua Tim Reformasi Birokrasi.
Untuk kegiatan Reformasi Birokrasi di bulan September ini, ada dua kegiatan yang harus kami selesaikan yaitu 1) memasukkan eviden LKE RB Kedeputian ke folder KM Biro SDMO 2) persiapan penilaian PZI, yang terdiri dari Survei PZI dan Video PZI.
Sebatas peran, aku berusaha mengerjakannya semaksimal dan sebaik mungkin. Mungkin itu tak dianggap sebagai sesuatu yang berarti buat atasan. Tapi setidaknya aku adalah salah seorang yang masih punya semangat untuk mengerjakan perubahan agar organisasi menjadi lebih baik. Salah seorang dari yang tak banyak itu.
akankah, ini tetap menjadi,
September ceria milik kita bersama
tentu, karena kebahagiaan itu sudah ada dalam diri kita, apa pun yang terjadi. Dengan mensyukuri bahwa dalam kondisi saat ini, kita masih ada dalam pemeliharaan Tuhan semata.
anak pertamanya pulang habis ya mba ? kapan mba ?
pulang habis, maksudnya mbak? belum jadi pulang tahun ini karena pandemi – tunggu semua mereda ya, semoga pandemi cepat berlalu. Amin….
iya mba, pulang habis mksd saya adalah pulang ke indonesia dan tidak kembali lagi ke jerman, meneruskan studi atau pekerjaan di indonesia. iya semoga pandemi ini cepat berlalu.amin
saat ini, anak saya masih studi dan menyambi bekerja sesuai jam waktu yang diizinkan, sejak dia berada di Jerman
ohh gitu ya mba, jadi kapan anak pertama nya selesai study di jerman?
mohon doanya ya, semoga bisa cepat selesai studi, ini malah mau mengambil bidang yang lain sesuai pekerjaannya
Iya mbak saya doakan semoga lancar studinya untuk anak pertamanya. Kebetulan anak saya yang pertama juga mau kuliah di jerman ambil perhotelan (Ausbildung), mungkin bisa nanti anak saya menghubungi anak mbak untuk bertukar informasi. Trims mbak
Selamat pagi bu Maike, saya sudah mengirim surel ke alamat email bu. Dengan senang hati, akan saling bantu jika bisa. Bisa dicek emailnya bu. Salam