Pagi ini bercampur aduk perasaanku. Di satu sisi, sejak semalam, aku berdiam diri untuk menghayati apa yang diimani kerabat dan saudara Muslim mengenai Hari Raya Idul Adha. Idul Adha diperingati pada tanggal 10 Dzulhijjah kalender Islam, yang tahun ini 1442 H dan jatuh pada tanggal 20 Juli 2021.
Peringatan Idul Adha tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu. Perbedaannya, tahun ini berada di rentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sehingga jika masyarakat sungguh patuh pada himbauan Pemerintah, maka kegiatan pemotongan hewan kurban ditiadakan di tempat ibadah atau dalam kerumunan.
Di masa kini, peristiwa ini dimaknai dan diperingati sebagai bentuk kerelaan dan keikhlasan untuk melepaskan sesuatu yang kita sayangi dan miliki. Itu bisa apa saja. Kita adalah Ïbrahim”itu dan yang kita miliki dan sayangi adalah Ïsmail”. Apa yang bisa kita miliki dan sayangi, bisa saja pasangan, orangtua atau keluarga. Bisa juga berupa harta benda atau jabatan. Semua itu tidak ada yang abadi. Sejatinya, semua milik Allah.
Bagi Saudara dan Teman yang merayakan, kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 H. Mohon maaf lahir batin. Berkurban adalah bentuk tanda kasih manusia pada Allah dan sesama.
Kiranya damai dan sukacita, berkah dan rahmat NYA melimpah atas kita. Menguatkan tubuh dan hati yang sakit, terluka dan rapuh di masa pandemi ini. Aamiin.
Seperti biasa, mengikuti tradisi keluarga, aku juga memesan ketupat lebaran. Tombo kangen ngumpul bersama keluarga Bapak Ibu. Namun karena hanya bertiga, aku tidak memesan banyak menu. Hanya ketupat, sayur labu dan rendang. Kebetulan sudah ada sop daging juga. Kami menikmati dengan penuh rasa syukur, sambil memohon kasih tangan Tuhan untuk melalukan pandemi ini dari muka bumi.
Di sisi yang lain, di hari yang baik ini, kala aku sedang mengirim pesan dan membalas postingan teman di FB, aku mendapat kabar dukacita, kalau salah seorang sahabat bloggerku, mbak Dina Begum, berpulang. Padahal bulan Juni 2021 lalu, kami masih saling membalas pesan. Aku mengenalnya pada tahun 2013 kala sama-sama menjadi Finalis Srikandi Blogger 2013. Setelah itu kami banyak bertemu melalui media sosial. Mbak Dina adalah seorang penerjemah ratusan buku. Orang yang ramah, unik dan tentu manis. Selamat jalan Mbak Dina, aku mengenangmu sebagai sosok yang baik. Kiranya keluarga diberi kuat, sabar dan ikhlas. Terlalu cepat sesungguhnya. Namun semua adalah rahasia Ilahi. Semoga kita semua diberi hati dan tubuh yang siap menghadapi ini semua. Amin
Ikut berdukacita mba. Walopun aku ga kenal dengan mba Dina ini, tapi tadi baca kabarnya juga dari KEB. Sedih sih, Krn bulan Juli 2021 ini bener2 stiap hari selalu baca ttg temen/kluarga yg berpulang :(.
Semoga pandemi ini Cepet berakhir. Tetep sehat bersama kluarga ya mba 🙂
Terima kasih mbak sudah mampir ke blogku. Terima kasih juga atas perhatiannya untuk mbak Dina. Salam sehat ya mbak