11.08.2024
Dies Natalis ke-66 Akademi Ilmu Statistik/Sekolah Tinggi Ilmu Statistik/Politeknik Statistika STIS, kuucapkan Selamat pada Almamaterku, Bangga menjadi bagian dalam perjalanannya, Semoga semakin berkibar dan menyala mencetak Sarjana Statistika untuk masa depan bangsa Indonesia.
STIS, dulu bernama Akademi Ilmu Statistik (AIS) didirikan pada 11 Agustus 1958, merupakan sebuah sekolah kedinasan dibawah naungan Biro Pusat Statistik (sekarang disebut Badan Pusat Statistik).
Saat lulus SMA pada tahun 1986, selain mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, aku mencoba mencari beasiswa ke Luar Negeri juga, dulu namanya Overseas Fellowship Program (OFP) yang dikoordinir Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Selain itu atas saran orangtuaku, aku mendaftar dan mengikuti test masuk di AIS. Puji syukur, selain diterima di Universitas Padjajaran Fakultas Ekonomi Pembangunan, aku juga diterima di AIS ini.
Buat aku yang suka berhitung dan matematika, pada awalnya sekolah ini tidak semenakutkan yang kubayangkan dan pikiranku waktu itu hanya tentang statistika seperti yang kupelajari di SMA. Jadi ketika disarankan untuk ikut test, ya aku ikut saja, apa salahnya mencoba, toh yang diujikan “hanya” berhitung dan matematika. Tapi ternyata bayangan itu berbeda setelah aku masuk, diterima dan mengikuti perkuliahan dengan mata kuliah yang mempunyai nama-nama menakjubkan seperti Inferensia Statistics, Mathematical Statistics, Linear Programming, Parametric Non Parametric Statistic, Experimental Design dan banyak lagi.
Pada tingkat I (Semester 1 dan Semester 2) diberlakukan Sistem Drop Out. Mahasiswa yang tidak memenuhi syarat penilaian untuk naik tingkat, akan di DO setelah semester ke-2 ini. Untuk itu setelah kami menjalani masa persiapan mahasiswa baru, kami diharapkan untuk langsung gas pol, mengikuti perkuliahan dan beradaptasi, yang tentu tidak mudah bagi teman-teman yang berasal dari daerah atau berstatus Tugas Belajar, yang kemungkinan sebagian sudah berumahtangga dan harus hidup LDR untuk kuliah demi kenaikan jenjang pendidikan di Jakarta.
Banyak suka duka yang aku jalani selama mengikuti perkuliahan di kampus tercinta ini, Sukanya karena kami sama-sama berjuang, Yang mampu, dalam arti punya pemahaman lebih, hampir selalu bersedia membantu yang kurang. Kami sering membuat kelompok-kelompok kecil untuk belajar bersama, di bidang-bidang mata kuliah yang kami jeblok. Tujuan kami semua sama, masuk bersama dan lulus bersama.
Oh ya, setiap bulannya, kami mendapat uang Ikatan Dinas sebesar Rp 35.000,- sebulan. Sebagai pembanding harga di zaman itu (1986) ongkos naik bis kota Mayasari Bakti Jurusan Blok M ke Kampung Melayu adalah Rp 100,- dan beli makan di warteg dengan nasi ayam dan sayur, masih di harga Rp 1.000,- sampai Rp 1.500,- Jumlah yang lumayan untuk menambah ongkos dan makan siang kami di kantin atau warteg dekat kampus.
Angkatan kami, adalah angkatan ke-28 di AIS, hanya terdiri dari dua kelas, kelas A dan kelas B. Dari setiap kelas, ada dua jenis status mahasiswa kedinasan, yaitu yang berasal dari Tugas Belajar (sudah PNS) dan dari Ikatan Dinas (lulusan SMA). Perbedaan status ini tidak membuat kami jadi berbeda, tapi justru kami saling tolong menolong. Sebagian dari teman status Tugas Belajar, jelas sudah lama meninggalkan bangku SMA dan mereka lebih banyak melakukan pekerjaan di lapangan sebelumnya. Belajar bersama mereka, jelas melatih kesabaran kami yang dari status Ikatan Dinas -ID, namun juga justru makin memperkuat pondasi kami memahami materi dengan mengulang-ulang hal yang sama.
Saat teman yang lain sedang mengajar, kami ikut mendengarkan dan semakin jadi paham. Tapi jangan salah, kami punya teman dari status TB yang luar biasa pintar dan ulet, kadang pengulangan materi yang diberikan, melebihi yang diajarkan dosen, haha. Beliau bernama Pak Soesiono (almarhum). Untuk membuat kami paham, kadang beliau menguji kami. Ujiannya membuat kami “menyerah”. Yang diajarkan dosen saja sudah membuat isi kepala kami berasap, eh ini masih ditambah lagi.
Duka yang kami hadapi adalah jika kami tidak bisa memahami materi kuliah, walau ini tidak sering, karena kuncinya hanya satu, tidak malu bertanya dan ulet berlatih. Kami punya banyak kakak kelas yang siap membantu kami, karena mereka juga punya prinsip yang sama, ingin semua angkatan lulus.
Pernah aku menangis di Semester III karena pertama kalinya seumur hidupku, aku mendapat nilai 27 dan itu aku terima dari mata kuliah Statistik Matematika (Stat Mat) dengan nama dosen pengajar, Bapak Wynandin, dosen cool yang ga banyak bicara, cara mengajar yang penuh simpatik tapi mematikan saat memberi nilai. Salah kami juga mungkin, terlalu terpesona pada beliau, haha. Saat menerima lembaran hasil ujian itu, aku schok, sempat aku meremas-remas kertas itu dan tidak berani menengok kiri kanan. Tapi entah apakah aku harus bersyukur atau bersedih karena ternyata, kalau tidak salah, tidak ada seorangpun yang mendapat nilai diatas 50. Dan sebagian dari kami, tampak bahagia…OMG
Selain jadwal kuliah yang padat dan juga tugas yang amat banyak, aku membalancing kan hidupku di kampus, dengan mengikuti kegiatan di Senat Mahasiswa, Paduan Suara dan Persekutuan Doa. Selain itu, ada juga kegiatan Olah Raga dan Pecinta Alam. Sekali aku ikut kegiatan naik gunung ke Pangrango (Gunung Gede). Selain itu kegiatan kepanitiaan lain yang tidak kalah serunya, yaitu Penerimaan Mahasiswa Baru.
Seperti kegiatan kemahasiswaan di kampus lainnya, kami juga ada kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Saat itu angkatanku melaksanakan KKN di Desa Citali, Sumedang, Jawa Barat. Kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan tinggal di rumah penduduk. Kelompok KKN ku saat itu ada Babah Syahruni, Bambang Tri Budi, Muktamar Amal, Dhiko Wiweko dan sahabatku, Iwien Marciana Setijawati. Kami melakukan survei dengan membawa kuesioner, ke rumah penduduk, sore kami melakukan verifikasi data di rumah dan selanjutnya pengolahan dilakukan setelah kami selesai KKN.
Beberapa dosen favoritku masa itu, ntah karena kebaikan atau kekillerannya, ada Bapak Idaman, Bu Kartini, Bapak Syamsuar, Bapak Pask Suartha, Bapak Jopie Bambang, Bu Gita Oktavia, Bapak Sridodo, Bapak Tumpal Sitorus, Bapak WP Riwu, Bu Lusi, Bapak Bagus Sumargo, Bapak Didik Kusbianto, dan masih ada beberapa nama lagi yang maaf sedang berusaha kuingat-ingat.
Seperti umumnya mahasiswa di Akhir Masa Kuliah, selain KKN, kami juga ada membuat Skripsi Kelompok. Anggota kelompokku ada Bapak Rodin, Mas Sumarlan, Mbak Rumini dan Jafar Nawawi. Kami berempat membuat tulisan yang berjudul Aspek Perundang-Undangan tentang Kepegawaian dalam Penyajian Data PNS, dibawah bimbingan, Bapak Sahat Manalu, S.E, lulusan AIS yang saat itu dipekerjakan di Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Puji syukur pada Tuhan, angkatan kami, angkatan 28 lulus pada bulan September 1989 dan diwisuda pada bulan Oktober 1989 bertempat di Balai Sarbini, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.
Semua pengetahuan, pengalaman dan kehidupan kampus yang kami terima, tidak seluruhnya dapat kami terapkan di tempat kerja, namun semua itu menjadi bekal buat kami memasuki hari-hari kerja setelah kami dinyatakan resmi lulus dan menjadi pegawai Biro Pusat Statistik. Terima kasih untuk anugerah ini.
Sekali lagi Selamat Ulang Tahun, Dies Natalis ke-66 untuk AIS/STIS/Polstat STIS dengan sejenak mengheningkan cipta untuk para dosen dan teman yang sudah lebih dahulu pergi meninggalkan kami.
#badanpusatstatistik #akademiilmustatistik #diesnatalis66