Belajar Ikhlas dari Ucapan Selamat yang Sepi Balasan

Ucapan selamat adalah ungkapan yang digunakan untuk menyampaikan rasa bahagia, bangga, atau turut bersuka cita atas pencapaian, peristiwa, atau momen istimewa yang dialami oleh seseorang. Ucapan ini biasanya disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, dan bertujuan untuk menunjukkan empati positif serta mempererat hubungan antar individu.

Memberikan ucapan selamat buat aku pribadi sebenarnya untuk memberi apresiasi dan merasakan turut berbahagia dengan apa yang sedang dialami atau dirasakan. Misalnya apa ya? Yang biasa aku sampaikan, biasanya Ucapan Selamat untuk hari ulang tahun dan hari raya keagamaan. Sekali waktu, ada juga memberi Ucapan Selamat kepada teman yang naik jabatan atau promosi jabatan. Masa masih muda dulu, biasanya juga berupa Ucapan Selamat Menempuh Hidup Baru atau Selamat atas Kelahiran ananda tersayang. Tapi di masa sekarang, Ucapan Selamat lebih banyak ditujukan pada teman yang mulai memasuki masa purna bakti atau berbahagia karena pernikahan anak dan peristiwa lain, yang tentu sedikit banyak terpengaruh karena usia.

Membuat tulisan ini, sebenarnya bisa dari dua sudut pandang, yang pertama sudut pandang sebagai pemberi ucapan dan sudut pandang lain sebagai penerima ucapan.

Sebagai pemberi ucapan, seperti yang aku sampaikan diatas, itu biasanya karena ingin tetap menjalin silaturahmi, turut mendoakan dan yang pasti turut berbahagia. Lalu sebagai pemberi ucapan, pernahkah aku menerima tanggapan berupa tidak ada tanggapan alias tidak ada balasan? Tentu pernah. Aku pernah mengalami Ucapan Selamat Tahun Baruku tidak dibalas sampai pergantian tahun baru berikutnya. Sementara diantara dua tahun tersebut, aku juga mengirimkan Ucapan Selamat Hari Raya, yang sama juga tidak dibalas. Bukan hanya tidak dibalas tapi tidak dibaca, walau dua centang (tanda dalam pesan WA). Apakah aku sedih dan kecewa? Ya di awal-awal, aku merasa sedih, mengapa tidak ada respon. Tapi kemudian aku berusaha refleksi diri, mungkin aku memang bukan siapa-siapa, tak mungkin nama dan nomorku disimpan, aku ini ga penting. Rasa kecewa dan sedih itu beralih menjadi membuat aku sadar diri. Berjalannya waktu, aku mencoba menyadari dan menerima bahwa mungkin beliau memang sibuk. Kadang kita terlalu cepat mengukur manusia hanya dari respons di layar kecil bernama telpon genggam. Padahal kehidupan nyata jauh lebih luas dari itu.

Kembalikan semua itu pada niatan kita semula. Tetaplah berbuat baik, tanpa harus bergantung pada respon orang lain. Karena kebaikan itu tentang kita — bukan tentang orang lain. Jadi kalau ucapan selamat kamu tidak dibalas, santai saja. Tidak perlu baper. Tidak usah sakit hati. Tetap ucapkan lagi di tahun depan. Tetap kirim doa baik. Karena itulah cara kita menjaga diri tetap manusia.

Lalu, bagaimana jika dari sudut pandang penerima ucapan selamat? Sebagai seorang yang menerima ucapan selamat, aku selalu berusaha untuk membalas ucapan itu. Misal untuk ucapan Selamat Hari Ulang Tahun yang aku terima, pada hari H, biasanya aku merespon dengan memberi emoticon tanda hati atau jempol. Baru di saat senggang, aku akan membalas satu per satu dengan jawaban yang lebih panjang. Buatku, setiap ucapan selamat itu adalah doa, doa kebaikan yang disampaikan untuk kita. Walau ada yang bilang, ah itu kan hanya copy paste. Tidak masalah buatku. Keberanian untuk mengirimkan ucapan selamat adalah hal yang luar biasa, yang perlu dihargai dan ditanggapi. Kerap aku juga menerima ucapan selamat tanpa aku kenal dari siapa melalui media sosial atau belum tersimpan di telpon genggamku, pertama aku pasti akan mengucapkan terima kasih dan selanjutnya aku akan menanyakan identitas pengirim, yang ternyata ini bisa menyambungkan kembali silaturahmi yang pertama terputus.

Apakah itu aku lakukan karena aku kurang pekerjaan atau punya banyak waktu luang? Hanya Tuhan yang tahu soal itu.

Jadi, jangan bersedih atau berpikir yang tidak-tidak, yang bahkan membuat hati dan pikiran kita semakin terluka. Kembalikan semua itu pada niatan kita semula. Tetaplah berbuat baik, tanpa harus bergantung pada respon orang lain. Karena kebaikan itu tentang kita — bukan tentang orang lain. Jadi kalau ucapan selamat Tahun Baru, selamat Ulang Tahun, atau selamat Hari Raya kamu tidak dibalas, santai saja. Berpikir positif saja, itu sudah dibaca dan tentu sudah di-Aamiin-kan. Tidak perlu baper. Tidak usah sakit hati. Tetap ucapkan lagi di tahun depan. Tetap kirim doa baik. Membalas ucapan selamat mungkin tidak membuat kita lebih kaya, lebih pintar, atau lebih terkenal — tapi itu membuat kita tetap menjadi manusia.

Ikhlas nggak selalu datang dari hal besar. Kadang justru dari hal sederhana seperti ini. Dari ucapan selamat yang sepi balasan.Dari kebaikan kecil yang tidak dipuji. Dari perhatian tulus yang tidak selalu diingat. Tapi justru di situlah kita sedang belajar. Bahwa yang paling penting bukan respon orang, tapi versi terbaik dari diri kita sendiri. Jadi, yuk tetap mengucapkan selamat — kapan pun, kepada siapa pun. Karena dunia butuh lebih banyak orang yang ringan berbahagia atas kabar baik orang lain.

Tanpa syarat. Tanpa drama.Tanpa baper.