Sabtu, 12 Februari 2011, niat banget mau pergi nonton karena sudah lama tidak nonton film yang beneran (baca : bukan film kartun). Kebetulan si bungsu sedang menginap di rumah sepupunya, jadi bisalah nonton yang bukan film kartun atau film anak-anak. Cari koran, cari referensi, tanya sana-sini. Akhirnya kita (aku) memilih akan menonton film Shaolin. Tapi karena namanya juga hari libur, sudah tau mau berangkat nonton, ga anak, ga suami, santai aja, ga siap-siap, akhirnya jam nonton yang sore, jadi mundur yang malam. Itupun setelah tidak menemukan tayangan film ini di Blitz Megaplex Teras Kota BSD, suami masih mau meluncur ke Serpong XXI di Sumarecon Serpong. Tiba disana pukul 19 an, kita sudah dapat tiket nonton di barisan K, barisan A sampai J sudah terisi penuh, padahal film baru akan ditayangakan pukul 21.15, nah betul kan pasti film ini bagus dan betul juga ternyata full-penuh pada saat penayangan.
Kenapa niat banget nonton film ini ? Ya karena aku suka film Mandarin, apalagi Mandarin Kuno begini. Sejak kecil dulu, walau masih dalam batas waras, ga sampai yang nonton yang berjilid-jilid, aku sudah suka menonton penampilan Jackie Chan dan Jet Lee. Yang kedua, cerita kuno macam Shaolin ini pasti sarat dengan falsafah hidup, walau disampaikan melalui ajaran agama Budha. Aku pribadi tidak pernah mempermasalahkan sebuah ajaran yang baik berasal dari agama apa, karena kuyakini semua agama mengajarkan segala sesuatu yang baik. Perbedaan hanya pada tata cara ibadah tiap agama dan kepada siapa yang kita menyembah atau berdoa.
Film ini mengambil setting di Cina sekitar tahun 1920-an, ketika perang berkecamuk. Seorang jenderal yang sangat ambisius, Hou Jie (Andy Lau), tanpa ampun membunuh musuh-musuhnya untuk memenangkan peperangan dan merebut wilayah musuh. Dia bahkan sampai hati masuk ke kuil Shaolin membunuh musuhnya di sana.
Suatu hari, Hou Jie dikhianati anak buahnya sendiri, Tjao Man (Nicholas Tse), yang sangat dipercayainya. Tjao Man, yang sudah dianggap kerabat dan adik sendiri oleh Hou Jie, juga ingin membunuh Hou Jie. Kekejaman Hou Jie rupanya mendarah daging pada Tjao Man. Tjao juga berambisi untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan, maka ia berkhianat kepada Hou pada suatu penyergapan. Penyergapan yang dimaksudkan Hou Jie untuk membunuh seorang Jenderal yang ingin menguasai tanah rampasan Hou Jie, malah dibocorkan Tjao. Dalam penyergapan yang dirancangkan sendiri oleh Hou Jie ini akhirnya menghancurkan hidupnya, menewaskan anaknya dan memisahkan dirinya dari istrinya.
Hou Jie yang kehilangan segalanya menemukan hidup baru di kuil Shaolin ini. Dengan bantuan dari jurumasak kuil Shaolin (Jackie Chan) menemukan kembali semangat hidupnya. Ia bertobat dan mengabdikan dirinya menjadi bhiksu. Dia ikut berlatih kungfu dan menemukan kebijakan baru dalam hidupnya dan menyesali segala perbuatannya di masa lalu yang sangat kejam.
Namun ketamakan dan kekejaman Tjao tidak hanya berhenti disitu, selain menyiksa rakyatnya demi mendapatkan keuntungan dari bangsa asing, Tjao juga menuntut kematian dari Hou Jie. Pertempuran terjadi, kuil hancur, korban begitu banyak tewas dan Hou Jie juga mati demi menolong Tjao dari kejatuhan tiang penyangga didalam kuil.
Akting Andy Lau juga begitu memukau. Sebagai aktor senior, ia mampu menyajikan kualitas peran yang natural dari karakter seorang Jenderal yang bengis hingga menjadi Rahib Shaolin yang tenang dan santun. Gejolak batin yang dialaminya tersaji demikian menarik dan impresif. Meski hanya sebagai pemeran pendukung, Jackie Chan cukup memegang peranan penting terutama dalam menampilkan adegan-adegan kocak ala Jackie Chan. Apa yang disajikan aktor berusia 56 tahun dengan aksi laga komedi sungguh memberikan “ruang segar” untuk film laga ini. Perannya sebagai sosok bijak –sama seperti yang dimainkannya dalam film The Karate Kid (2010) sebagai guru Jaden Smith—meski dalam porsi kecil, cukup memberikan makna mengesankan dalam film yang diproduksi oleh Emperor Motion Pictures dan berdurasi 131 menit ini.
Film ini sungguh seru, banyak action dan kungfu-nya, dan ada juga pelajaran dan pesan moral yang dapat diambil dari film ini. Perang selalu menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. Jangan biarkan ambisi membuatmu berbuat jahat, dan perbuatan jahat pasti ada balasannya, cepat atau lambat.
Shaolin, sebuah karya apik dari sutradara Benny Chen dibintangi oleh beberapa aktor aktris film Hongkong papan atas ini mempunyai jalan cerita yang berbeda dengan film Shaolin Temple versi klasik. Selain dipenuhi pemain yang hebat dibidangnya, aksi martial art yang adapun juga tertata dengan apik berkat tangan dingin Corey Yuen, sang maestro fighting coreography kenamaan yang juga pernah melejitkan beberapa film action Hollywood kejajaran film terbaik versi saya, seperti trilogi The Matrix, Transporter, Kiss Of The Dragon, dan masih banyak lagi.
Pesan moral dari film, yang mengambil setting di Dengfeng, Henan, CIna ini adalah:
- Pemimpin yang kejam akan menghasilkan pengikut yang kejam pula.
- Kecemasan akan kehilangan kekuasaan akan berakibat fatal baik bagi diri sendiri dan orang lain.
- Kejayaan, Harta dan Kekuasaan tidak akan dapat memenuhi kekosongan jiwa seseorang.
- Selalu ada kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki sikap dan perilaku, asalkan ada kesadaran dan kemauan dari dalam diri sendiri.
- Hidup adalah akumulasi dr pengalaman. Hiduplah dengan menjaga hatimu karena segala sesuatu berawal dari hatimu
- Sekeras apapun hati manusia ternyata bisa berubah juga.
- Pertikaian didalam justru akan membuat pihak luar lebih mudah menghancurkan kita
- Keserakahan akan mengakibatkan kehancuran
Tidak heran jika film ini menempati tangga box office di negaranya sendiri selang beberapa hari pemutaran perdana pada awal Januari kemarin. Selain mempunyai cerita yang simple, manis, serta menarik, Shaolin sendiri memberikan banyak petuah bijak dib eberapa slot yang menghiasi di 131 menit lama durasinya. Seperti yang sudah ku tulis di paragraf atas, banyak bintang terkenal wara wiri dibeberapa adegan film ini, sebut saja Jacky Wu (Sha Po Lang, Legendary Asassin), Xin Xin Xiong (Kungfu Master), dan yang pernah menyukai franchise film Shaolin Popeye pasti tidak asing dengan nama Yu Shao Qun rekan tandem Bobo Ho. Sayangnya, film ini mungkin kurang tepat untuk ditonton anak-anak, karena terlalu banyak pukulan dan darah berceceran. Herannya, kok ya banyak anak dibawah usia 10 tahun menikmati tayangan ini, yang selain cukup keras buat mereka, juga selesai pada pukul 23.35.