Saya Siap Divaksin

8a2fd0f9-d4c3-4ddd-aa37-b8a5c1d67df9

Saya Siap Divaksin….

Sungguh, saya takut sekali sama jarum suntik. Saya bersyukur berada di RS hanya pada saat melahirkan atau pada saat anak dan keluarga dirawat di RS.

Tapi, kali ini, saya mesti siap divaksin, demi diri sendiri dan demi kepentingan orang banyak.

Siapa saja orang banyak itu? ya yang pasti orang terdekat di rumah, teman di lingkungan kerja dan orang sekitar.

Vaksin ini melindungi diri dan orang-orang yang tidak dianjurkan bisa menerima vaksin, padahal imunitas mereka rendah seperti manula dan bayi. Mertua saya berusia 94 tahun, pakde bude saya berusia diatas 70 tahun, juga banyak anak cucu keponakan.

Oh ya, sekali divaksin, tidak membuat kita menjadi orang “sakti” atau kebal ya, kita tetap harus menerapkan 5 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan).

Salam sehat. Peduli dimulai dari aku…. 😉 Walau takut disuntik tapi aku siap divaksin, demi kamu……


Now, About Balance

Quote of the day dari Mbak Indy Hardono :

To balance is to grow. Balance is about being aware of what we think, do, say and feel. Without it, we can’t grow

Balance (means laras-selaras) is my middle name. Ga mudah memang tapi memang itu yang menjadi doa Bapak Ibu, saat memberikan nama itu padaku.

work-life-balance

Aku sendiri kerap overthinking (mikir berlebihan) karena menjaga perasaan orang. Tapi supaya bisa tumbuh terus, seperti kata mbak Indy, kita memang mesti seimbang dan menjaga keseimbangan itu, agar bahagia lahir batin, kedalam keluar, ke atas ke bawah dan ke samping. Aamiin…Amin…


Menggambar atau Menulis ?

Menggambar atau Menulis? Dalam suatu wawancara di sebuah stasiun radio, aku ditanya, mana yang lebih aku sukai, apakah aku lebih suka #menggambar atau #menulis?

KL, 2016

Sulit untuk menjawabnya, karena aku suka keduanya. Keduanya menjadi healing therapy tersendiri buatku.

Saat melakukan keduanya, aku bisa “bicara pada diriku sendiri”, menenangkan diriku, yang mungkin lelah dengan kebisimgan di luar, mengurai kepenatan dan juga mengurangi kebaperan tentunya (sebenarnya bukan baper..tapi over thinking ?)

Menuliskan memang lebih cepat dalam menyampaikan pesan tapi tidak selalu berhasil memperbaiki ke dalam diri karena aku butuh #introspeksi atau seperti hari ini, aku butuh #kontemplasi

Saat menggambar, terutama saat mewarnai, hatiku lebih tenang, muncul ide dalam pikiran untuk dituliskan

Saat menulis, aku mendapat ide untuk menggambarkan yang kutuliskan

Kamu sendiri, suka yang mana? Jangan katakan tidak bisa keduamya. Semua orang bisa menulis dan menggambar. Bagus atau tidak, itu soal penilaian orang. Dan jiwa mu (kita) tak butuh penilaian…jiwa butuh pelepasan #eh asal jangan sampai kelepasan ya….

Jiwa butuh terapi dan jiwa butuh dicintai, setidaknya oleh pemiliknya Selamat berakhir pekan… ? #talktomyself #delaras


The Doodle in Covid 19 Pandemic

20200627_110642

Last but not least. Mengakhiri tantangan 10 hari dari Ria Tumimomor, akhirnya aku memposting karya doodle yang kubuat hanya dengan menggunakan alat tulis bolpen. Doodle yang mulai aku tekuni serius (padahal ngerjainnya nyantai banget) sejak 2015 ini, emang bener gampang dan asik. Kita ga perlu jago gambar. Iseng asik nyante dan hepi, corat coret dan stress hilang. Ga percaya? Cobain deh, yuk…

Oh ya, karya doodle (iseng-iseng) di atas, memenangkan lomba “Journalist dan Blogger Berbagi Cerita” yang diadakan Faber Castell pada bulan Juni 2020. Puji Tuhan. Siapa sangka…

Day 10 of 10 Arts Challenge Days (doesn’t have to be drawing, watercoloring, but your own creation, like macrame or your knitting doll or your photograph)

 

I have been nominated by Ria Tumimomor to take part in this ’10 Days Art Challenge ‘to display my work for 10 consecutive days.

 

Today I nominate everybody. Come on to jazz up this event ..