Masjid Agung Di Kota Seribu Kelenteng

Dalam tiap kunjungan seperti di Singkawang, aku menyempatkan berjalan kaki pagi hari. Apalagi aku hanya menginap semalam di kota Seribu Kelenteng.

Di tengah kota terdapat Masjid di Jalan Merdeka No 21, Tengah, Pasiran, Singkawang. Mesjid berdiri tahun 1885 ini direnovasi karena kebakaran 1927 dan sanggup menampung jamaah sebanyak 1.000 orang.

Sebagai Masjid tertua, masjid ini juga sebagai saksi bisu kerukunan umat beragama di Singkawang yang menjunjung tinggi keragaman agama dan budaya dari tiga akar suku budaya yaitu Tionghoa, Dayak dan Melayu.

Masjid terletak diantara Kantor Walikota dan Taman Gayung Bersambut. Uniknya Masjid terletak dekat Vihara Tri Dharma Bumi Raya Singkawang.

“Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer”


Yang Selalu Ku Tunggu

Apa yang paling ditunggu dari orang-orang yang menjadi bagian hidup kita, apalagi jika mereka berada jauh di seberang pulau dan di lokasi yang jauh di pedalaman, selain sebuah KABAR ?

Ya, kabar dari merekalah yang selalu aku tunggu, dari 3 anak binaanku dibawah Wahana Visi Indonesia. Surat yang mereka tuliskan pada bulan April yang lalu, baru aku terima kurang lebih 2 minggu yang lalu. Aldo Iwan tinggal di Sambas dan sudah duduk di Kelas 1 SD, suka bermain bola walau kesehatannya kurang baik karena sakit amandelnya. Soni Wisono tinggal di Singkawang dan juga sudah duduk di Kelas 1 SD, sudah mulai belajar menulis dan selalu mengirimkan goresan tangan dalam gambarnya. Marshanda Lala juga tinggal di Singkawang, tinggal bersama Ibu dan Kakaknya, mulai suka dan rajin belajar dan mulai menulis sendiri suratnya kepadaku.

Mereka bertiga tinggal di Kalimantan Barat, karena lokasinya yang cukup jauh, kadang kabarnya kuterima pun sangat lambat tibanya. Minimal mereka menulis surat pada ku dua kali dalam setahun, saat pertengahan tahun dan ucapan Selamat Tahun Baru. Sering aku berharap komunikasi ini berjalan lebih lancar dan mereka bebas menuliskan atau menggambar apa saja untuk ku tapi kadang aku harus cukup puas dengan sesedikit apapun yang mereka kirimkan.

Puji Tuhan kalau mereka semua dalam keadaan baik dan masih bersekolah, karena banyak anak seumur mereka berhenti sekolah untuk ikut membantu orangtuanya di ladang, menderes getah karet atau pekerjaan yang lain.

Semoga Tuhan selalu menyertai mereka untuk hidup senang dan bahagia sebagai Anak Indonesia.


Cerita SuPerWoMan

Suara Perempuan Berbagi Wawasan dan Opini tentang Kesehatan, yang disingkat SuPer WomAN adalah kegiatan yang dicanangkan World Vision dengan mitranya Wahana Visi Indonesia, sejak awal Mei 2013. Kegiatan ini aku awali dengan menerima bahan-bahan sosialisasi dari Teresia Prahesti, yang kemudian bahan tersebut aku pilah sesuai dengan tempat, waktu dan cara yang akan aku lakukan. Ada beberapa cara yang aku lakukan untuk membagi wawasan ini, yang pertama melalui media on line, yaitu berbagi dengan teman-teman melalui blog, media sosial Face Book dan juga twitter.

Karena melalui media online kurang cukup respon yang interaktif mungkin teman atau pembaca hanya membaca informasi dan cukup hanya “tahu” saja atau karena mereka mungkin sudah tidak punya anak di usia balita, aku kurang tahu persis. Jadi ketika memasuki bulan Juni 2013, aku mulai dengan orang-orang yang ada di sekitarku, kebetulan aku tinggal di perumahan yang masih banyak balita dengan pengasuh atau orangtua mereka di pagi hari.

Kebetulan Materi yang menjadi minatku dalam kegiatan ini adalah Promosi Pemberian Makanan Bayi dan Anak dan Kesehatan Bayi dan Balita, jadi dengan berbekal pengalaman pribadi memiliki tiga orang anak, sesungguhnya penyampaian informasi ini menjadi lebih mudah.

Di wilayah perkotaan, yang sebagian besar penduduknya sudah cukup berpendidikan dan status sosial kelas menengah keatas, mereka mempunyai cukup akses informasi tentang pemberian makanan dan kesehatan pada balita, sehingga wawasan mereka mengenai hal ini sudah cukup baik. Mereka juga secara rutin memeriksakan kesehatan anak-anaknya dan imunisasi sesuai jadwal.

Namun tidak seluruh perkotaan mempunyai status sosial yang baik, di belakang perumahan tempat aku tinggal, ada perkampungan dimana tinggal kelompok menengah ke bawah, yang kadang juga kurang mendapat informasi tapi kadang memberi penolakan saat diberikan informasi, jadi perlu pendekatan yang baik.

Pemberian ASI pada umumnya diberikan secara ekskusif (sampai usia 6 bulan) oleh kebanyakan ibu di daerah kampung atau berstatus ekonomi menengah kebawah daripada ibu di daerah perkotaan karena ketidakmampuan membelikan susu formula. Namun sayangnya pemberian ASI sampai usia 6 bulan atau lebih ini tidak didukung dengan asupan gizi yang baik bagi sang ibu.

Sedangkan pemberian susu formula pada bayi di perkotaan karena kebanyakan kaum ibu nya kembali bekerja setelah masa cuti.

Pendekatan yang dilakukan dengan cara menghubungi orang yang punya teman banyak di lingkungannya, mendatangi rumah dimana banyak ibu berkumpul dan berdiskusi mengenai bagaimana cara mereka memberi makan dan membuat makan bagi anak balita terutama anak batitanya, simak berikut ini ya

T :Bu, anaknya lagi disuapin apa nih?
J :Biasa mbak, nasi lembek sama pisang
T :dicampur bu? Berapa kali sehari ?
J :Iya dicampur aja, kalau ada susu diencerin sama susu. Biasanya 2 kali sehari
T :Selain itu dikasi apa bu anaknya?
J :Ya ASI aja
T :Sampai umur berapa bu, anaknya diberi makan seperti ini
J :Ya sampai nanti numbuh gigi, kalau sudah keluar giginya ya makan nasi aja sama2 kita
T :Ga dikasi ikan bu atau tahu tempe?
J :Ikan mahal, tahu tempe ya sekali-kali

Lalu biasanya dari awal percakapan, berlanjut menjadi pembicaraan bagaimana mengolah makanan dengan bahan murah (tahu dan tempe) dengan variasi sayuran hijau untuk diberikan kepada anak balita mengenai berbagai rasa dan memperoleh asupan yang baik buat pertumbuhan dan perkembangan anak batita mereka, seperti tim tahu dengan bayam, tim tempe dengan wortel, bubur nasi dengan jagung, tim tomat dan kentang, atau bubur ubi merah. Juga mengolah makanan murah untuk pendamping ASI atau selingan diantara waktu makan anak-anak batita.

Namun diantara kerumunan ibu muda ini, kadang ada sikap-sikap menolak seperti celetukan yang mengatakan bahwa sekarang apa-apa mahal, mereka hanya memberi makanan seadanya saja pada anak-anak, tidak mampu membeli bahan yang lain. Dan aku menganjurkan pada mereka untuk menanam tomat didalam pot karena pot mudah tumbuh dan juga mengusahakan menanam pepaya jika memungkinkan karena pepaya juga kaya akan vitamin dan membantu melancarkan pencernaan pada anak-anak.

Beberapa ibu yang mementingkan kepraktisan juga enggan mengolah makanan bayi dengan cara tradisional, mereka lebih menggunakan bubur siap saji, yang hanya dicampur dengan air panas matang, diaduk sebentar dan siap disajikan untuk bayi mereka, dan sudah tersedia aneka rasa.

Dalam periode SuperWoman ini, aku sempat pulang kampung ke Samosir karena ada acara adat keluarga besar. Disana banyak tamu yang hadir termasuk orang-orang kampung di sekitar tempat acara, dan diantara padatnya acara, sekali-kali sambil menghilangkan lelah, aku menyapa ibu-ibu yang sedang menggendong anak batita dan menanyakan, apakah anaknya sudah makan, karena acara berlangsung dari pagi sampai malam. Dan aku juga menanyakan makanan apa yang dimakan karena yang aku tahu, makanan yang disajikan dalam acara ini, ada sup wortel kentang dan juga rendang daging yang agak pedas aku rasa.

Sepanjang pengamatanku, aku melihat anak bayi, batita apalagi balita di Pulau Samosir ini umumnya mempunyai gizi yang cukup baik karena sejak kecil, sejak mereka lahir dan pulang ke rumah, ada adat keluarga yang disebut Mamoholi, yang berupa acara menyambut kedatangan bayi yang baru lahir. Dalam acara itu, keluarga atau tamu yang datang biasanya membawakan nasi, lauk pauk berupa daging ayam atau ikan dan sayur untuk menambah ASI (daun bangun-bangun), selain itu juga bahan makanan seperti beras dan ayam hidup, agar kesehatan ibu dan bayi terjamin pada awal kelahirannya.

Banyak anak bayi, batita dan balita di kampung ini yang tumbuh sehat karena pola makan yang baik, namun menurut ku juga terlalu banyak makan daging karena setiap kali ada pesta atau acara adat, biasanya kaum ibu membawa anak-anaknya atau membawa pulang kelebihan makanan yang ada. Untuk itu tetap ibu mesti mengatur pola makan anaknya dengan menyeimbangkan sayur dan buah yang masuk kedalam tubuh mereka.

Selain itu, untuk kebersihan mandi, orang di kampung ini sebagian besar memanfaat sumber air yang melimpah dari Danau Toba, kadang digunakan pula untuk mencuci dan mengambil air untuk dimasak. Pesanku pada orang yang sempat aku temui ya untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah disana.

Apa yang aku lakukan menyuarakan kegiatan ini memang belum maksimal karena aku tidak banyak bertemu langsung dengan orang-orang yang tidak punya akses kesehatan dan informasi kesehatan. Orang-orang yang aku temui memang terdiri dari dua kelompok, pertama orang sekitar tempat tinggalku dan kedua, orang yang kutemui selama di kampung, yang sudah cukup mengetahui mengenai kesehatan dan mudah menuju akses kesehatan.

Semoga dalam kegiatan berikutnya, aku dapat melakukan lagi dengan lebih baik.

 photo superwoman.png

Salam SuperWoman

Gambar : Google


Pembinaan Karakter dan Pendidikan Agama bagi Anak sebagai Agen Perubahan

Anak adalah insan yang lahir kedalam dunia ini atas seijin Tuhan dari dua orang manusia yang bernama laki-laki dan perempuan, yang kemudian (semestinya) dapat disebut sebagai ayah dan ibu. Tak seorang anakpun dapat memilih siapa orangtua mereka dan dalam keluarga mana mereka akan ditempatkan, namun Penulis percaya bahwa kehadiran seorang anak adalah bagian dari sebuah rencana besar dari Sang Pencipta. Lalu, apakah seorang anak mampu berperan menjadi agen perubahan ? Tentu bisa. Agen perubahan adalah seseorang yang berperan melakukan sesuatu hal yang dapat merubah hal tersebut dari keadaan sebelumnya. Dan setiap anak mampu melakukannya tergantung dari seberapa besar perubahan akan dibuat dan seberapa besar hal dapat mendukung anak tersebut dalam melakukan perubahan.

Perubahan adalah sesuatu yang bersifat kekal, seperti kita ketahui tidak ada sesuatu di dunia ini yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Namun perubahan itu ada yang bersifat alami dan tidak dapat dihindari dan ada yang bersifat memberikan pilihan. Perubahan yang bersifat alami contohnya adalah proses pertumbuhan manusia dari bayi, anak, remaja, dewasa dan manusia lanjut usia. Sedangkan perubahan yang menawarkan pilihan adalah apakah seseorang mau tetap berada dalam kondisi yang sama seperti apa adanya ataukah sebaliknya mau melakukan atau mengalami perubahan tersebut, misalnya maukah seseorang merubah kebiasaannya membuang sampah di sungai menjadi membuang sampah di tempat pembuangan sampah yang sudah disediakan. Tiap orang diberi pilihan untuk merubah kebiasaannya, mau atau tidak melakukan perubahan itu.

Kadang dan hampir sering dalam perencanaan melakukan sebuah perubahan, muncul sifat alami yang disebut penolakan, yang disebabkan karena ketidaktahuan seseorang akan hasil dari perubahan itu. Untuk itu dalam menjalankan sebuah perubahan perlu adanya konsistensi, kesungguhan dan komitmenyang kuat dalam menjalankannya.

Lalu, mampukah seorang anak berperan sebagai agen perubahan ? Siapakah yang mempersiapkan mereka dan membuat agenda perubahan dalam tiap kegiatannya ? Penulis membagi anak dalam dua kategori yaitu :

  1.  Anak dengan keluarga, dimana orang tua berperan penuh mempersiapkan anak sebagai agen perubahan
  2. Anak tanpa dukungan keluarga, sehingga perlu peran dari pihak Pemerintah atau pihak Sekolah atau pihak Lingkungan Tempat Tinggal dan atau pihak Lembaga Swadaya Masyarakat atau pihak lain diluar orang tua

Dari kelompok yang pertama, mempersiapkan anak sebagai agen perubahan, walaupun tidak bisa dikatakan mudah untuk dilakukan tapi lebih besar kemungkinannya untuk terbentuknya agen perubahan muncul dari tengah-tengah keluarga dibandingkan dengan kelompok yang kedua, karena biasanya orang tua dari anak-anak dalam kelompok pertama mempunyai latar belakang yang lebih baik, baik dari segi pendidikan maupun tingkat sosialnya.

Bagaimana kelompok yang pertama dipersiapkan oleh keluarga khususnya orang tua untuk melakukan sebuah perubahan, diantaranya sebagai berikut :

1. Pembinaan Karakter sejak dini

Karakter adalah watak atau sifat batin seseorang yang mempengaruhi segenap pikiran, sikap dan tingkah laku seseorang yang membedakan satu dengan lainnya. Secara sederhana, dalam pembinaan karakter, setiap anak perlu diberi pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan moral, misalnya mengenai pentingnya saling menghormati satu sama lain terutama kepada orang yang lebih tua, lalu menjelaskan mengenai perasaan dari perbuatan moral misal apa yang terjadi jika orang tidak saling menghormati satu sama lain, apa yang kamu rasakan jika ada orang yang tidak menghormati dirimu dan yang terakhir adalah melakukan perbuatan moral tersebut yaitu menyapa sesama dengan memberi salam dan senyuman.

Yang perlu diajarkan dalam pengetahuan moral adalah memiliki kesadaran moral, tahu nilai-nilai moral, bisa membuat pertimbangan dan dapat mengambil keputusan terhadap suatu tindakan, seperti dalam contoh diatas.

Agar seorang anak mampu merasakan perasaan moral tersebut, orang tua perlu terus menumbuhkan dan membantu anak agar mampu memiliki hati nurani, percaya diri, dapat merasakan penderitaan orang lain, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri dan rendah hati.

Jika pengetahuan, perasaan dan perbuatan telah diperkenalkan pada anak, maka selanjutnya ketiga hal tersebut dilakukan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan yang akhirnya membentuk karakter setiap anak.

2. Pendidikan Agama sejak dini

Dasar dari semua kehidupan ini adalah agama, dalam artian luas, yang maksudnya adalah mengikuti ajaran agama tertentu dan menjalankan apa yang diajarkan dalam agama tersebut. Agama membuat setiap anak memahami bahwa ia hadir kedalam dunia ini atas kehendak Sang Pencipta, maka sepatutnyalah dalam kehidupan keseharian, setiap anak memiliki pedoman atau arahan yang memperkuat keimanannya kepada Tuhan dengan menjalankan tata ibadah dan doa yang diajarkan.

Kedekatan hubungan seorang anak kepada orang tua nya terlebih kepada Tuhan, membuat anak menyadari bahwa hidup ini bukan dapat dijalankan semaunya saja, melainkan ada Tuhan yang mempunyai rencana besar menghadirkan setiap insan di dunia ini. Tuhan juga akan mengawasi setiap perbuatan anak-anak Nya dan bahkan Tuhan juga mampu dan berhak memberi peringatan kepada umat Nya atas setiap pelanggaran yang dilakukan.

Anak-anak dengan orang tua dan keluarga yang terbiasa membaca Kitab Suci sesuai ajaran agama nya masing-masing, menjalankan ibadah bersama dan merayakan Hari Besar Agama nya, akan bertumbuh menjadi anak-anak yang memiliki keimanan dan akal budi yang tinggi, dan orangtua sebagai contoh setiap tindakan dalam hidup sehari-hari bagi anak-anaknya akan mampu mengajarkan bagaimana saling menghormati sesama umat beragama dan hidup penuh kasih sayang kepada siapapun karena anak-anak tahu bahwa dalam agama dimanapun di dunia ini, Sang Pencipta menganggap semua orang adalah sama di hadapan Nya.

Dari dua pembinaan dasar ini, yang berupa pembinaan karakter melalui kebiasaan moral dan berupa pendidikan agama melalui kehidupan beragama anak-anak dalam kategori pertama, jika dilakukan sejak dini maka anak-anak yang sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik, juga akan mengalami perkembangan kepribadian, watak, emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang bertumbuh dengan pesat. Oleh karena itu jika menghendaki anak-anak dapat berperan sebagai agen perubahan untuk terciptanya sebuah bangsa yang cerdas, dan bennoral baik, kedua pendidikan harus dimulai sejak masa kanak-kanak melalui dukungan orang tua dan keluarga.

 

Lalu, bagaimana dengan anak-anak dari kelompok yang kedua, mereka tidak didukung oleh orang tua yang mapan, baik dari segi pendidikan dan status ekonomi maupun sosialnya. Tanggungjawab siapakah anak-anak ini, apakah mereka tidak dapat menjadi anak-anak yang dapat berperan sebagai agen perubahan ? Tentu bisa, walaupun sulit, namun bukan tidak mungkin bahwa anak-anak dari kelompok ini bisa lebih berhasil dari anak-anak dari kelompok pertama yang bisa disebut sebagai kelompok keluarga mapan. Bagaimana caranya ? Tentu memerlukan dukungan dari pihak di luar keluarga, misalnya pihak Guru dari sekolah, pihak Pemerintah atau Lembaga lain, yang caranya antara lain sebagai berikut :

  1.  Memberi pengetahuan dan pemahaman melalui sosialisasi berkala dalam bentuk pertemuan besar, kelompok kecil ataupun perorangan kepada keluarga-keluarga dari kelompok ini. Paling tidak, jika orang tua dari kelompok ini tidak bersedia berubah pada kehidupan yang lebih baik, mereka punya pengetahuan bahwa kehidupan yang lebih baik itu ada, selebihnya upaya banyak pihak termasuk dari keluarga dalam kelompok yang pertama
  2.  Memberi pendidikan dan pengetahuan moral kepada anak-anak dalam kelompok ini, walau seandainya mereka tidak bersekolah sekalipun secara formal, mereka tahu bagaimana terbiasa hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, menghormati orangtua ataupun misal berbicara sopan. Malah banyak terjadi, karena kesibukan orang tua mereka mencari nafkah, mereka tidak mau ikut dalam perubahan ini, namun orangtua ini malah mendukung anak-anak mereka menjadi agen perubahan.
  3. Memberi pendidikan agama kepada anak-anak dalam kelompok ini dalam bentuk belajar agama bersama atau melakukan ritual ibadah bersama dalam kelompok lingkungan. Jika pada awalnya orang tua tidak mendukung, namun banyak terjadi, kebaikan budi anak-anak yang sungguh belajar agama dengan baik membawa perubahan yang nyata di tengah-tengah keluarganya.

Baik dari kedua kelompok ini, anak-anak dapat menjadi agen perubahan namun tentu berbeda dalam melakukan pendekatan dan siapa yang melakukan pendekatan. Jika dalam kelompok pertama, anak-anak lebih mudah menjadi agen perubahan karena terbiasa mendapat contoh dan teladan dari orang tua yang mendukung anak-anaknya berpendidikan moral dan agama yang baik, maka dalam kelompok kedua perlu ada pihak lain yang membantu memperkenalkan hal-hal baik ini kepada anak-anak ini melalui sekolah maupun Pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat atau pihak lain yang peduli pada kehidupan anak-anak bangsa ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, Penulis banyak bertemu dengan anak-anak dan sangat menyukai berkumpul bersama anak-anak, walaupun Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak selalu selamanya berhasil memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya, Penulis mengamati bahwa setiap anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya dalam banyak hal, baik disadari ataupun tidak disadari. Dan lebih baik lagi, jika orang tua menyadari hal itu baik untuk diajarkan dan dilakukan oleh anak-anaknya maka ajarkan dan ulanglah itu terus menerus sampai anak menjadikan itu sebagai suatu kebiasaan karena kebiasaan yang baik akan membentuk karakter anak juga menjadi baik, misalnya :

  1.  Dari hal yang sederhana, anak-anak dibiasakan “membuang sampah di tempat sampah”. Tanamkan pada anak, apa dampaknya jika tidak membuang sampah di tempatnya, misal membuang sampah di sungai, apa yang terjadi, tentu banjir karena sampah menumpuk di aliran sungai sehingga air tidak dapat mengalir. Selain banjir tentu air menjadi hitam dan kotor. Lalu, anak dilarang membuang sampah di jalan, atau melemparkan sampah dari dalam mobil atau kendaraan, maka apa yang terjadi, jalanan akan menjadi kotor dan sampah akan beterbangan ditiup angin. Orangtua membiasakan menyiapkan tempat sampah didalam kendaraan atau tunggu membuang sampah setelah kendaraan yang ditumpangi berhenti di suatu tempat. Edukasi dan beri pengertian pada anak terus menerus. Ajak anak untuk datang ke tempat kumuh, pinggir pantai atau sungai dimana sampah menumpuk dan buat gerakan bersama anak dan teman-temannya untuk membersihkan sampah di lingkungan terdekat, yaitu di sekitar rumah atau sekitar sekolah.
  2. Melatih anak untuk peduli kepada orang lain. Ajak anak untuk mensyukuri apa yang dapat dia terima, dia makan dan dia nikmati dalam hidupnya karena banyak anak tidak seberuntung dia, maka bersama-sama dengan anak, mengumpulkan barang layak pakai seperti baju, tas sekolah, buku dan bawa makanan sambil mengunjungi rumah anak-anak pemulung di kampung dekat rumah, mendatangi rumah anak-anak pengamen dan ajaklah anak-anak melihat betapa wajah anak-anak yang kurang beruntung itu bersukacita menerima pemberian kita.

Banyak hal yang bisa diajarkan orang tua dan banyak pihak yang peduli kepada anak-anak, beri mereka pengetahuan tentang moral, ajak mereka mempunyai perasaan terhadap orang lain dan lakukanlah perbuatan nyata bersama-sama, maka akan terciptalah ribuan dan jutaan anak sebagai agen perubahan di dunia ini, yang akan membagikan semua hal baik yang mereka terima kepada orang lain khususnya anak-anak di dunia ini.

 

Anak (Khalil Gibran)

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Demikian Penulis mengakhiri tulisan ini, dengan harapan agar setiap orang menyadari bahwa Pembinaan Karakter dan Pendidikan Agama bagi setiap anak adalah tanggungjawab kita semua. Kehancuran mereka di tengah-tengah masyarakat adalah hasil dari ketidakpedulian kita terhadap kehidupan mereka, namun keberhasilan mereka adalah berkat tangan kasih dari orang-orang yang peduli dan mencintai, bukan hanya pada anak-anak ini tapi juga kepada Bangsa Indonesia.

(Opini disampaikan berkaitan dengan kerjasama Kompasiana dan World Vision dalam rangka Hari Anak 23 Juli 2013, yang bertemakan “Anak sebagai Agen Perubahan dan telah dipublikasikan pada tanggal 14 Juli 2013 di media online Kompasiana disini )

 

 


Super Woman – Suara Perempuan Berbagi Wawasan dan Opini tentang Kesehatan

Mau jadi Kartini Sejati yang berguna di masyarakat ? Mari turut berpartisipasi bersama World Vision dengan mitranya Wahana Visi Indonesia membantu perempuan Indonesia untuk ambil bagian menjadi “SUPER WOMAN” Suara Perempuan, Berbagi Wawasan dan Opini tentang Kesehatan ,

yang tujuannya adalah :

  • Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para perempuan akan pentingnya kesehatan anak dan ibu.
  • Mengajak keterlibatan para perempuan untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan anak dan ibu di sekitar, lingkungannya dan Indonesia.
  • Mengajak para perempuan mendorong Pemerintah untuk memenuhi komitmennya bagi pemenuhan kesehatan anak dan ibu di Indonesia.

Ingin perempuan Indonesia sehat dan melahirkan anak-anak sehat kan ? Tentu juga menginginkan tingkat kelahiran bayi hidup meningkat dan tingkat kematian ibu melahirkan menjadi rendah bukan ?

Mari, saya bisa, anda juga bisa, turutlah berpartisipasi dalam program Super Woman dari Indonesia Child Health Now, klik di link berikut ini yaa……Jadilah Super Woman, demi perempuan Indonesia !!


Kala Berbagi itu Indah

Sebagai umat yang beragama Kristen, sudah sepatutnya kita menelandani Tuhan Yesus Kristus melalui pengajaran NYA. Tuhan mengajarkan banyak hal kepada umat NYA, salah satu diantaranya yang banyak terdapat dalam Alkitab, Tuhan menginginkan kita untuk memperhatikan orang yang ada di sekitar kita, terutama anak yatim, para janda dan orang-orang yang lemah.

Beberapa ayat yang mendasari firman Tuhan tersebut, diantaranya adalah ayat-ayat dibawah ini :

  • Mazmur 10:18 untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut-nakuti
  • Mazmur 10:14 Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong.
  • Mazmur 68:6 Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;
  • Mazmur 82:3 Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!
  • Mazmur 146:9 TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
  • Ulangan 15:11 Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.
  • Keluaran 22:22 Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.

Karena itu salah satunya jalan yang dapat dilakukan untuk dapat membantu yang lemah, yang tertindas dan teraniaya adalah dengan BERBAGI. Berbagi tidak harus berupa materi, atau uang, namun dapat dilakukan dalam bentuk :

  • menyediakan hati untuk berbagi rasa, ikut merasakan kepedihan, menangis bersama, menyediakan telinga untuk mendengarkan keluhan dan duka
  • menyediakan tangan untuk menggenggam mereka, menyuapi mereka, membantu mereka yang sedang sakit dan menopang tubuh mereka
  • menyediakan kaki untuk berjalan mendatangi orang yang lemah dan tertindas, mengajak anak-anak menari dan bermain
  • menyediakan suara untuk berdoa dan bernyanyi bersama mereka serta memberi penghiburan dan menguatkan melalui pengharapan

Berbagi itu indah, berbagi itu menguatkan batin kita dan mendatangkan kebaikan buat orang yang lemah, tertindas dan tak berdaya, terutama anak-anak dan orang tua.

Jadi inilah alasan saya, memilih judul majalah WVI dalam Lomba Judul Majalah yang diselenggarakan WVI disiniBerbagi itu Indah atau Indahnya Berbagi. Tuhan berkati (Diadjeng Laraswati H No ID 16109)


Rindu Tengkuyung

Ada yang tertinggal di catatan perjalanan yang lalu dan itu sesuatu yang sederhana tapi sedap rasanya, itulah tengkuyung. Saat kami berada di Desa Polongan, bu Kades dan para ibu disana memasak banyak makanan buat kami, ada sayur rebung, bawang hutan, ikan teri, cabe besar isi dan yang baru aku temui dan aku kenal adalah tengkuyung. Ibu-ibu disini memasak satu jenis bahan menjadi satu jenis sayuran, dengan bahan bumbu yang kurang lebih sama seperti sayur lodeh, biasanya tenkuyung juga dicampurkan bersama sayuran lainnya, tapi kali ini tenkuyung disajikan buat kami secara terpisah.

Terus terang, aku belum pernah makan tengkuyung, tapi aku selalu berpendapat, selama itu bukan sesuatu yang terlalu ekstrim untuk dimakan, apa salahnya mencoba, toh orang lain tampak sangat menikmati (lirik kiri kanan, ada yang sudah mulai ‘berbunyi-bunyi’) Jadi, aku ambil beberapa buah (ekor – ga ada ekornya sih) tengkuyung.

Tengkuyung sendiri adalah sejenis siput air yang banyak terdapat di sungai di perairan Kalimantan. Rasanya, hm lebih lembut dari kerang dara, seperti sumsum sapi dan karena dimasak dengan bumbu dan rempah, maka rasanya menjadi enak – enak – enak sekali 😀 tapi sayangnya….bagaimana cara memakannya itulah yang jadi masalah, caranya ? maap bukan cara makannya tapi cara mengeluarkan si tengkuyung dari cangkangnya dan langsung meluncur ke mulut itulah yang jadi masalah dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada ibu Kepala Desa yang sudah susah-susah menyiapkannya, cara mengeluarkan tengkuyung itu – hm engga gue banget getu lhoh, seperti kata anak-anak sekarang, lhah emang kenapa rupanya ?

lauk pauk yang disajikan untuk kami, semangkuk tengkuyung ada di urutan ke-4

lauk cabe besar isi sayuran, biji cabe sudah dikeluarkan

sepiring nasi lengkap dengan tengkuyung dan aneka sayur khas Polongan
http://i1247.photobucket.com/albums/gg634/dlaraswatih/tk3.jpg

Bayangkanlah bentuk siput, bentuknya lonjong dan berlubang di bagian bawah cangkangnya. Permukaan cangkang tengkuyung ada yang rata (licin seperti kerang hijau) ada yang kasar (seperti kerang dara). Cara mengeluarkan isinya adalah dengan meletakkan tengkuyung di ujung bibir mulut dan menyedotnya sampai berbunyi, maka isi cangkang akan meluncur kedalam mulut dan sedap terasa bercampur dengan nasi dan sayur rebung dan lauk yang lain. Mudah bukan ? Betul, mudah, tapi masalah makan dengan berbunyi inilah yang jadi masalah, namun karena rasanya enak, aku sempat menikmati beberapa buah tengkuyung untuk dimakan bersama lauk pauk yang lain. Dalam tata cara adat Jawa, makan dengan mengeluarkan bunyi atau bersuara (mengecap atau bersendawa) merupakan pantangan, apalagi jika dilakukan dalam jamuan makan bersama seperti saat itu.

Ingin nambah lagi, tapi bagaimana caranya ya mengeluarkan isi tanpa bunyi-bunyian ? 🙂


Mereka Ada Di Sini (Juga)

Aku datang agak terlambat ke kantor siang ini karena ada keperluan mengurus kepindahan domisili Ibu. Turun dari kendaraan (ojek maksudnya), aku melihat ada seorang anak berpakaian putih merah sedang duduk di tepi parkiran mobil sedang menghitung uang, sementara ada sebuah baskom di sebelahnya. Sesudah membayar ongkos ojek, aku menghampiri anak itu, karena mengenakan baju seragam sekolah, maka aku pun bertanya “kamu ga pergi sekolah ?”,
ia menjawab sambil mengangkat baskomnya “sekolah bu” , anak itu mengalihkan pandangannya
“kok belum berangkat, kamu sekolah dimana ?”
tanyaku,
“masuk siang bu, dekat, di Muncul” ia mulai melangkah pergi
aku penasaran dengan bawaannya “kamu bawa apa ?”,
“jagung rebus bu” katanya sambil berjalan pergi dan tidak menawarkan dagangannya padaku.

Kejadian ini berlangsung di pelataran parkir kantorku, yang terletak di sebuah kota yang cukup besar, tidak jauh dari Jakarta, namun ternyata masih ada (mungkin juga) masih banyak anak usia sekolah yang (terpaksa) bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Masih bagus ia mempunyai kesempatan untuk bersekolah, bagaimana dengan yang tidak punya kemampuan untuk itu, bukan hanya untuk menyekolahkan tapi untuk kehidupan sehari-hari mereka masih sulit, sehingga anak-anak usia sekolah ini harus bekerja demi keluarganya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di 2011 tercatat dapat 878,1 ribu anak usia 10-14 tahun yang bekerja dan yang mencari pekerjaan sebanyak 174,5 ribu anak. Jumlah anak usia 10-14 tahun menurut sensus penduduk di 2010 adalah sebesar 22 juta. Ini berarti jumlah anak Indonesia berusia 10-14 tahun yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan naik hampir 5%. Jika dibandingkan 2010, terjadi peningkatan lebih dari 10%. Jumlah ini belum termasuk anak usia 5-9 tahun, sekitar 628,9 ribu yang dijumpai dalam survei pekerja anak oleh BPS di 2009.

Jadi, siapa yang peduli pada Anak Indonesia ? Saya ? Kamu ? Dia ? atau Mereka ? Lalu apa yang bisa kita lakukan buat Anak-anak ini ? Ini tidak terjadi di luar sana, tidak hanya terjadi sampai di luar pulau Jawa tapi ini terjadi tidak jauh dari lingkungan kantor ku, yang notabene berada di lingkungan yang mapan. Mari kita berbuat sesuatu untuk anak Indonesia, berikan kail, jangan ikannya.