Nyamannya Bermalam Di Samosir Villa Resort, Tuktuk Siadong

Sudah lama ingin bermalam di resort ini, Samosir Villa Resort, selain karena tempatnya terlihat nyaman juga karena penginapan ini berada di lokasi berkontur menurun menuju ke tepian Danau Toba seperti pada umumnya penginapan di sekitar danau. Selain itu bangunan dan kamarnya pun unik dengan ornamen seperti ornamen Bali berbeda dengan hotel di sekitarnya.

20170903_085137

1504491657745Berlokasi di Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara 22395, kami sudah memesan kamar jauh-jauh hari. Sama seperti pemesanan kami sebelumnya, kami tidak mendapat kamar yang sesuai dengan pesanan kami pada hari pertama. Untungnya kami menginap dua malam, jadi pada malam pertama kami mendapat kamar di gedung baru di lantai tiga, lumayan melelahkan untuk mencapai ke sana dan jauh dari pemandangan atau view Danau Toba. Praktis untuk aku cukup melelahkan untuk jalan naik turun. Anak-anak masih pergi berenang setelah check in, sementara aku memilih berada di kamar saja. Aku turun untuk makan malam dekat hotel (baca postingan berikutnya ya RM Lomak 😉 )

20170902_175228

20170902_175138

20170902_175023

Daerah Tuktuk Siadong ini memang cukup ramai, ada banyak penginapan yang bisa dicoba, juga tempat makan yang enak. Daerah ini juga ramai dikunjungi wisatawan manca negara, juga di tempat kami menginap ini.

Malam kedua, kami mendapat dua kamar tidak jauh dari ruang makan dan kolam renang. Malam kedua kami menginap hujan turun cukup deras sehingga kami memilih untuk menikmati makan malam di hotel saja.

20170903_162155

Keesokan paginya, kami menunggu kapal untuk berkeliling danau tapi tak kunjung datang, sementara kami harus segera check out karena akan menyeberang kembali ke Prapat menuju Balige, jadi kami hanya berfoto di tepi danau lalu sarapan. Seharusnya jika ingin berkeliling danau agak pagi, kami bisa memesan satu hari sebelumnya.

1504491731543

Sarapan selama dua hari berada di sana sama, yaitu roti tawar yang bisa dipanggang dengan selai, mentega dan meises, kopi hitam yang enak dan teh, bubur kacang ijo, mie gomak, nasi goreng dan telur dadar.

20170904_081342

20170903_083856

Kamar-kamarnya luas dan bersih, dengan tempat tidur spring bed dan sprei yang bersih. Kamar-kamar di luar prediksi kami yang beberapa kali menginap di kamar hotel budget.

20170903_082044

Continue reading


Semalam Di Hotel Sitio Tio

Hotel Sitio Tio yang terletak di Jalan Aek Rangat No.71, Siogung-Ogung, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, sebenarnya tidak sengaja dan tidak kami rencanakan dalam perjalanan liburan kami bulan September 2017 ini.

Ceritanya begini, jauh hari sebelum kami berangkat, kami sudah merencanakan untuk menginap di hotel S melalui sistem reservasi B*.com, namun ternyata setelah tiba di hotel tersebut, kamar yang kami terima tidak sesuai dengan apa yang menjadi pesanan kami. Kami pesan kamar Superior Double tapi kami mendapat kamar Standar, yang lokasinya tidak seperti yang kami harapkan. Jadi kami batalkan menginap di hotel S, yang beberapa tahun lalu pernah kami singgahi. Jujur, kami kecewa.

20170902_083446

Singkat cerita, karena hari sudah malam, kami segera mencari hotel terdekat, masih di sekitar Pemandian Air Panas Pusuk Buhit dan Puji Tuhan, kami dapat hotel yang lebih bagus, kamar yang lebih luas, tempat parkir yang lebih nyaman dan tentunya dengan pemandangan yang jauh lebih indah (yang bisa kami nikmati keesokan paginya), oh ya satu lagi dengan harga yang lebih murah.

20170902_08350720170902_08334220170902_083523

 

Kami memesan 2 kamar bersebelahan ditambah satu ekstra bed karena jumlah kami berlima. Kamar hotel memang hampir terisi semua karena saat itu hari libur 1 September 2017 sehingga kami dapat kamar hotel dengan view menghadap bukit. Pagi hari banyak yang sudah meninggalkan hotel setelah sarapan sehingga kami bisa menikmati hotel dengan pemandangan indahnya.

Suasana tenang, di kejauhan kami mendengar suara orang bernyanyi di antara deburan ombak air danau. Kamar bersih walau minimalis.

Harga kamar sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Sedangkan untuk ekstra sarapan dikenakan biaya Rp 20.000,- per orang. Sarapan standar nasi goreng, bihun dan telur dadar, juga kopi dan teh manis.

20170902_081629

Hotel Sitio Tio ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki menuju pemandian air panas Pusuk Buhit, sayang kami datang terlalu larut malam sehingga tidak sempat mandi di sana.

Kunjungan berikutnya kami berencana menginap lagi di tempat ini 😉 Berminat ? Silakan hubungi nomer berikut (0626) 20036 atau HP No 0812-9446-1240


Wisata Rohani Salib Kasih, Tarutung

Kami melanjutkan perjalanan kami dari arah Balige menuju ke Tarutung yang memakan waktu kurang lebih satu jam, melewati wilayah Gurgur, Silangit, Siborong-borong, Hutaraja dan Sipoholon. Satu tempat tujuan yang ingin kami datangi dalam perjalanan kami kesini adalah **Obyek Wisata Rohani Salib Kasih.**

Salib Kasih terletak di Desa Simorangkir, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Dari pusat kota Tarutung menuju ke Salib Kasih hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit atau kurang lebih menempuh jarak 5 (lima) kilometer.

Setelah tiba di pintu gerbang Salib Kasih, pengunjung obyek wisata ini akan dikenakan tiket masuk, dan menempuh jalan menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai Salib Kasih yang terletak diatas bukit. Sambil menaiki tiap anak tangga yang jumlahnya cukup banyak ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan dan suasana yang amat menyenangkan diantara pepohonan pinus di sekeliling disertai hawa udara yang sejuk dan menyegarkan, membuat perjuangan menaiki anak tangga itu tidak terasa melelahkan. Pengunjung juga dapat berhenti sejenak untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan mencapai atas bukit.

Tiba diatas bukit, pengunjung dapat melihat Salib Kasih yang tinggi menjulang setinggi 31 meter, angka ini kabarnya menunjukkan ketritunggalan Allah atau Trinitas Allah. Obyek wisata ini yang dibangun pada bulan Oktober 1992, didirikan untuk mengingat momentum bagaimana IL Nomensen, seorang misionaris berkebangsaan Jerman membawa ajaran agama Kristen Protestan ke tanah Batak karena pada masa itu, masa dimana sebagian besar orang Batak masih menganut kepercayaan animisme. Sehingga disamping terdapat sebuah Salib Kasih, yang mana Kasih merupakan dasar utama pengajaran agama Kristen, juga terdapat panggung terbuka untuk kebaktian yang bisa menampung sebanyak 600 orang, sebuah mimbar, tugu Nomensen dan juga beberapa rumah doa, yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk berdoa dengan khusuk.

Di beberapa pohon pinus yang ada, ada papan-papan yang dipaku bertuliskan ayat-ayat rohani dari Alkitab yang dapat pengunjung baca selama menaiki dan menuruni anak tangga di hutan pinus tersebut, sambil mensyukuri keagungan Tuhan dan kemurahan Nya dalam hidup kita.

Obyek wisata ini banyak mengalami perubahan dan kemajuan menurut beberapa kerabat yang pernah berkunjung kesana, taman-taman ditata dengan rapi, ada arena bermain, fasilitas kamar mandi dan tempat berjualan barang souvenir khas dari Salib Kasih, Tarutung maupun dari Sumatera Utara. Namun masalah kebersihan tetap perlu diperhatikan dan dijaga karena walau tempat pembuangan sampah telah disediakan dimana-mana, masih banyak orang membuang sampah sembarangan di pelataran parkir maupun di area penjualan souvenir.

Selamat berkunjung dan selamat berbakti kepada Tuhan di tempat ini.

Artikel pertama utk #MWC dan sudah dipublish di mindtalk.com


Kacang Garing Sihobuk

Sudah tahukah, apa oleh-oleh wajib yang harus dicoba dan bisa dibawa pulang ke rumah jika datang ke Tarutung ? Tentu semua yang tahu, akan menjawab “Kacang Sihobuk” dan semua yang sudah pernah merasakan gurih garingnya kacang ini akan bilang “titip ya, bawakan aku, sedikiiiit saja” 😀 mana bisa bawa sedikit, kalau yang menitip sudah banyak. Hampir beberapa orang kerabat yang tahu kami pergi ke sana, akan menitip dan yang tidak tahu, tapi kami beri, akan kegirangan melihatnya seperti sudah lama menantikan kacang yang berasal jauh dari sana di sebuah desa Sihobuk, yang berada di kota rohani Tarutung.

Apa sih ya kira-kira kelebihan kacang ini sehingga juga menjadi ikon kota Tarutung ? Aku berfoto di teras lobi hotel Hineni di Tarutung dengan “kacang sihobuk” nya

Kacang Sihobuk adalah kacang garing yang berasal dari Desa Sihobuk. Kacang pilihan ini, kacang dengan biji yang utuh dan besar-besar ini, dimasak atau digoreng garing tanpa minyak, melainkan dengan pasir, dalam sebuah kuali besar. Karena tidak berminyak dan tanpa bahan pengawet, maka banyak orang merasa aman menikmati kacang ini. Rasanya menurut aku hambar, tanpa rasa tambahan, selain garing, gurih dan manis dari kacang itu sendiri. Kualitas kacangnya juga bagus, utuh, tidak pecah, baik didalam maupun di kulitnya, mungkin karena kehati-hatian dalam pengolahannya dan mengolahnya pun tanpa proses yang runit.

Keluarga P Sihombing sendiri, kembali menyortir kacang yang baru keluar dari kuali sebelum masuk kedalam plastik ataupun kaleng/blek

Jika kita masuk ke Tarutung dari arah Balige, kios penjual kacang Sihobuk ini akan mulai berderet-deret dari arah Siborong-borong, Hutaraja dan Sipoholon sampai Tarutung. Harganya bervariari antara Rp 15.000,- sampai dengan Rp 25.000,- per kilogram. Ada yang dalam kemasan plastik sedang dan besar, dan ada pula yang dikemas dalam kaleng besar memuat sekitar 8 kilogram.

Ini salah satu kios yang kami datangi selepas dari Tarutung menuju Balige

Selamat mencoba, selamat menikmati, di rumah ku masih ada, yuk mariii…. 🙂


Kembali ke Utara

Puji Tuhan, tanpa direncanakan sebelumnya, liburan sekolah tahun ajaran ini, kami mau tidak mau harus ke kampung halaman karena ada pesta adat keluarga Manihuruk. Mengapa kami memang tidak merencanakan sebelumnya karena dana kami sedang terserap untuk biaya masuk anak kami kedua ke jenjang SMA tapi Puji Tuhan beberapa hari sebelum keberangkatan aku diberitahu bu Lidya dari agen perjalanan kami bahwa ada tiket dengan harga paling murah untuk masa liburan atau high season ini, syukurnya masuk juga dalam anggaran kami. Namun karena waktunya mepet, kami tidak bisa mendapat penginapan sesuai yang kami inginkan, jadi ya sudah lah kami go show atau langsung saja, yang penting sudah ada tiket dan sewa kendaraan selama kami berada di perjalanan.

Hari ke-1, Kamis, 20 Juni 2013, subuh pukul 04.00 kami berangkat meninggalkan rumah, tiba di bandara sekitar satu jam kemudian. Bersyukur anak-anak, terutama si bungsu dapat bekerja sama dengan baik, mereka siap membantu dan terutama tidak rewel atau uring-uringan. Suasana counter check in seperti sudah diduga, walau masih pagi, sudah penuh dengan hiruk pikuk nya calon penumpang. Kami berangkat dengan pesawat Citi Link di Terminal 1 C, penerbangan pukul 07.10 pagi dan mendarat di Medan pukul 09.00. Setelah mengantar Thomas, pemilik mobil ke kantornya, kami melanjutkan perjalanan menuju Parapat. Singgah makan siang di Rumah Makan Padang Simpang Tiga. Lanjut ke Roti Ganda Siantar dan mencari penginapan di Parapat. Akhirnya kami bermalam di Pandu Lakeside. Makan malam di Restoran Asia, yang mahal untuk ukuran di Parapat, berputar-putar di Parapat dan menikmati kesejukan angin malam di tepian Danau Toba sambil melepaskan kelelahan hari itu.

Hari ke-2, Jumat, 21 Juni 2013, setelah sarapan di hotel, kami berputar-putar di sekitar Parapat, mendatangi beberapa hotel untuk menginap setelah acara di Samosir, namun ternyata tanggal yang kami maksud, penginapan sudah full booked oleh rombongan baik keluarga maupun gereja. Setelah cukup mendatangi beberapa tempat, kami kembali ke hotel untuk check out dan menuju penyeberangan ke Samosir. Sambil menunggu loket tiket dibuka, kami makan siang di Das Ni Roha, depan pintu gerbang penyeberangan kapal Ajibata, cepat-cepat kami makan, yang penting tidak ada yang masuk angin karena terlambat makan. Setelah menyeberang, kami singgah di Makam Amang Mertua di Parbaba, lanjut ke Holang-holang di Lumbansuhi-suhi, tempat akan diselenggarakannya Pesta Saur Matua dan Pattape Goar Op Tunggul Manihuruk Boru Sihaloho. Dan malam itu, acara dengan gondang dan manortor sudah mulai dilakukan, kami, anak boru cucu dan menantu dari mama Op Tunggul, memberikan ucapan selamat dan memohon berkat serta restu dari mama Op Tunggul.

Hari ke-3, Sabtu, 22 Juni 2013, acara puncak Pesta Saur Matua Pattape Goar, didahului dengan kebaktian yg dipimpin oleh Pendeta Siahaan di halaman depan rumah Holang-holang, pemberian ikan dari Tunggul kepada Alusinaria (yang diwakili Gita), dan rangkaian acara adat hari ini berlangsung hingga pukul 20 malam

Hari ke-4, Minggu, 23 Juni 2013, diawali dengan kebaktian Minggu pagi di HKBP Lumbansuhi-suhi dan rangkaian acara adat hari ini berlangsung hingga pukul 22 malam. Puji Tuhan dengan segala sesuatu yang kami alami sepanjang hari ini, acara puncak boleh berlangsung dengan baik. Ini adalah acara adat Batak pertama yang aku ikuti dengan begitu meriah dan rinci.

Hari ke-5, Senin, 24 Juni 2013, pukul 05.00 pagi, kami beranjak meninggalkan rumah, setelah berdoa bersama mama Op Tunggul, berpamitan dengan beliau dan Eda ku.

Kami rencana menyeberang pada pukul 07.00 pagi, langsung menuju Tarutung, mampir di TB Silalahi Center Balige,

Melanjutkan perjalanan dan yang pertama kali kami cari setiba si tujuan adalah makan siang di Rumah Makan Bahagia Tarutung, mencari penginapan, menuju Salib Kasih dan beruntung dapat menginap di hotel Hineni, yang sehari sebelum nya penuh oleh rombongan keluarga Panggabean. Karena kami masih kenyang dengan makan siang kami, maka untuk makan malam mencari bandrek dan pisang goreng, yang mampu mengurangi dinginnya udara kota Tarutung malam itu.

Hari ke-6, Selasa, 25 Juni 2013, aku dan anak perempuan ku beristirahat di hotel sambil mengepak barang bawaan, sementara suami dan Daniel pergi ke pemandian air soda di Parbubu. Pukul 10.00 setelah sarapan, kami check out untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kota Medan. Perjalanan melalui jalur yang sama, kami menuju Parapat dan singgah makan siang disana. Kami tiba pukul 13.00. Masih enggan meninggalkan tepian Danau Toba, kami mampir lagi untuk menikmati secangkir kopi di Penataran Parapat.

Tiba di Medan sudah hampir malam karena kami juga singgah membeli Roti Ganda dan oleh-oleh dodol di Pasar Bengkel Parbaungan. Beruntung, hotel yang kami pesan dari Tarutung semalam masih tersedia dan kami dapat menginap selama 2 malam disana, di Swiss Bel Inn Hotel. Setelah mandi, kami berjalan kaki untuk makan malam di jalan Semarang.

Hari ke-7, 26 Juni 2013, suami dan Daniel menjemput Amang dan Kakak di Polonia dan pergi ke Percut, kami istirahat dan makan siang di jalan Selat Panjang. Malam, makan bersama di jalan Semarang.

Hari ke-8, 27 Juni 2013, setelah sarapan, mencari oleh-oleh, bika ambon dan bolu meranti serta sate kerang Rahmat. Makan siang di Nasi Soto Medan dan sempat mampir di Rumah Tjong A Fie yang legendaris sebelum menuju ke Bandara Polonia.

Terima kasih Tuhan untuk perjalanan kali ini selama 8 hari 7 malam, bukan hanya pemandangan dan kuliner dapat kami nikmati tapi juga pelajaran hidup, bagaimana kami bertemu begitu banyak orang, diskusi kami berlima selama dalam perjalanan, kiranya semakin memperkaya pengalaman hidupku , suami dan anak-anak.

Puji Tuhan


Buah Pepino (Solanum Maricatum)

Kota Brastagi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, menjadi salah satu obyek wisata di Propinsi ini karena letaknya di dataran tinggi. Hawanya yang sejuk dengan panorama yang indah karena kota ini diapit dua buah gunung berapi yang aktif yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Sebagai kota yang mempunyai iklim yang bagus, Brastagi dianugerahi begitu banyak hasil perkebunan dan pertanian yang baik berasal dari dalam kota ini maupun dari kecamatan lain dalam Kabupaten Karo.

Salah satu tempat yang wajib dikunjungi di kota Brastagi ini adalah Pasar Buah dan Sayur Brastagi, dimana limpah ruah hasil buah dan sayur ada disana. Buah yang banyak dijumpai di Pasar ini, selain Jeruk, Markisa dan Terong Belanda, terdapat pula Buah Pepino yang besar dan berwarna ungu. Mari kita mengenal buah Pepino lebih jauh.

Buah Pepino yang berwarna keunguan ini berasal dari Pegunungan Andes, Amerika Latin dan memiliki bahasa latin Solanum Maricatum, walau tekstur buahnya lebih terasa seperti buah Melon, namun buah ini masuk kedalam famili terong-terongan yang biasa ditanam di dataran tinggi seperti Brastagi dan sekitarnya ini. Buah ini sangat baik untuk kesehatan karena memiliki kandungan asam, beta karoten, vitamin C serta serat pati yang dibutuhkan tubuh. Banyak orang mengatakan buah ini mampu menyembuhkan banyak penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi, diabetes dan gangguan pencernaan, tapi menurut saya pribadi, buah ini sangat cocok untuk penderita diabetes karena rasanya yang tidak terlalu manis dan juga dapat mengenyangkan karena memiliki serat pati yang cukup.

Buah ini masuk ke Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, selain di Brastagi banyak terdapat di wilayah Dieng, Jawa Tengah dan Pujon, Jawa Timur. Mempunyai banyak jenis dan rasa, namun mempunyai rasa dasar yang kurang lebih sama seperti buah melon. Selamat mencoba


Saulina Resort, Aek Rengat

Kenapa kami berada di seberang sana ? Sederhana saja, karena kami ingin menikmati Danau Toba dari sisi yang lain. Jadi karena malam sebelumnya kami menginap di Ambarita, maka aku mencari informasi sebelumnya, dimana sebaiknya kami menginap untuk dapat memandang Danau Toba dari sisi yang lain. Semula pilihan kami adalah hotel di Pangururan, tapi karena informasi yang kami peroleh dari internet kurang lengkap, akhirnya pilihan jatuh pada hotel Saulina Resort di Aek Rengat.

Lokasi hotel ini cukup membuat hati berdebar (terus terang sesungguhnya suami agak keberatan) karena letaknya yang hanya terpisah jalan dengan Gunung Pusuk Buhit. Gunung Pusuk Buhit terletak di Kabupaten Samosir, dipercayai memiliki nilai sakral bagi penduduk setempat. Gunung ini memiliki ketinggian berkisar 1.800 dpl dan merupakan bekas gunung vulkanis yang berada persis dekat Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir). Terdapat dua jalan darat yang dapat kita lalui jika ingin mengelilingi gunung tersebut. Dari Tomok (arah timur)  dan dari Tele.

Hotel kami berada di Aek Rangat, yang berada di kaki Gunung Pusuk Buhit, Kelurahan Siogung-Ogung Kecamatan Pangururan. Kami tiba sudah menjelang sore, lapak kami alias tempat kami duduk di depan kamar hotel dikuasai pihak lain yang jauh lebih sangar dan lebih banyak dari kami, malas berdebat karena sudah cukup lelah hari ini, kami bersantai saja di kamar dan di tepian danau. Kamar kami terletak di lantai 1, hanya berjarak beberapa meter dari danau. Bangunan hotel masih tampak baru. Kantor operasional dan restoran agak jauh dari kamar kami, selain itu telpon antar kamar tidak berfungsi, jadi sudahlah kami berjalan-jalan sejenak di sekitar itu. Kamar kami adalah kamar yang cukup besar dengan dua tempat tidur dan kamar mandi yang bersih, tanpa AC dan dilengkapi sebuah televisi, dengan harga Rp 400 ribu semalam dan extrabed seharga Rp 77 ribu.


Karena hari sudah mulai gelap dan udara mulai dingin, suami mengajak kami untuk menuju tempat pemandian air panas di sekitar Aek Rangat, sayangnya kami salah memilih tempat. Di Aek Rangat yang dingin ini kita dapat berendam air panas. Aek Rangat merupakan air belerang yang konon menurut cerita mampu menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis, kurap. Sumber air panas ini juga mampu digunakan memasak telur tanpa bantuan api. Caranya hanya dengan mencelupkan ke dalam air belerang tersebut. Kolam ataupun pemandian air panas tersebut dikelola olah masyarakat setempat, seperti yang telah aku ceritakan pada tulisan sebelumnya. Setelah mandi, kita harus makan ataupun minum di warung tempat kita mandi sebagai imbalannya. Namun Anda yang ingin berkunjung di sini harus berhati-hati, karena setiap pemilik warung menawarkan harga yang berbeda-beda.

Menikmati Danau Toba dari Hotel Saulina Resort






Tidak banyak yang kami lakukan untuk mengeksplor hotel ini, termasuk menu makanannya, karena seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, keesokan harinya kami pergi lagi ke arah Pelabuhan Simanindo, pantai Pasir Parbaba, ziarah ke Makam Bapak di Lumbansuhi-suhi dan mencari sarapan di Pangururan, jadi yaa kami tiba kembali di Saulina, sudah saatnya untuk check out karena akan melanjutkan perjalanan ke Brastagi. Padahal konon kabarnya, disini disajikan makanan khas batak yang enak dan harga terjangkau. Lain waktu kami kembali lagi…

Pemesanan aku lakukan melalui telpon langsung ke kantor Saulina Resort di 0626-20810


Silintong Hotel, Tuk Tuk Samosir

Kami memang tidak menginap di Hotel ini, mohon maaf kepada pihak Manajemen, walau aku telah melakukan reservasi sebelumnya dan telah mendapatkan kamar dengan tipe Moderate menghadap danau, termasuk makan pagi dengan harga Rp 450.000,- namun karena kondisi (kami berhasil menyeberang dan tiba di Samosir sudah larut malam) sehingga tidak sempat, malah tidak melihat jalur ke arah Tuk Tuk, jadi kami menginap di hotel lain di Ambarita.

Tapi kami memang penasaran untuk melihat kesana. Jadi pada hari ke-2 kami di Samosir, kami datang ke hotel ini dan benar seperti banyak diceritakan orang, tempat ini sangat nyaman. Lingkungannya seperti wilayah Kuta di Bali, banyak cafe dan tempat makan yang dikelola secara personal namun profesional. Juga banyak tempat kerajinan khas. Saat kami menyusuri wilayah Tuk Tuk ini, banyak wisatawan yang berkeliling dengan sepeda sewaan.

Hotel Silintong ini, tampak dari luar seperti ini, halaman dipenuhi tanaman anggrek,

di tepi danau bersandar dua buah boat yang siap membawa penghuni hotel berkeliling Danau.

pemandangan ke Danau

lingkungan yang asri

Kami berharap suatu saat kami bisa menginap disana. Jika bermaksud untuk melakukan reservasi, bisa melalui email ke silintong_hotel@yahoo.com atau hubungi ke nomer telpon 0625 – 451242.