Musium Puri Lukisan, The Heritage of Balinese Art

Musium Puri Lukisan adalah sebuah museum lukisan tertua di Ubud yang dirancang dengan arsitektur tradisional Bali yang menyatu dengan alam dan suasana perkampungan Ubud. Musium ini terletak di 200 meter dari Puri Saren, jika datang dari arah Pasar Ubud, Musium dengan pelataran parkir yang luas ini terletak di sebelah kanan jalan.

Lokasi yang cukup dan jauh dari keramaian menjadikan tempat ini tempat yang ideal untuk melihat dan menikmati seni dari seniman besar seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Nyana, Anak Agung Gde Sobrat, I Gusti Made Deblog, Bapak Rudolf Bonnet, Walter Spies dan lain-lain.

Di bagian depan Musium, kadang digunakan para tamu untuk beristirahat sambil menunggu bis jemputan datang

Musium ini buka dari pukul 09.00 WITA sd 18.00 WITA kecuali hari libur seperti Nyepi, Galungan dan Kuningan, dengan tiket masuk kedalam Musium sebesar Rp 60.000,- per orang.

Musium diresmikan oleh Menteri Muh Yamin pada 31 Januari 1956

Musium terdiri dari 3 bangunan utama, yaitu Gedung Pitamaha yang berisi koleksi lukisan di masa sebelum perang (1930 – 1945) dan koleksi I Gusti Nyoman Lempad, Gedung Galeri Ida Bagus Made yang berisi koleksi lukisan masa setelah perang (1945 sampai dengan sekarang) dan Gedung Galeri Wayang atau Pertunjukan.

Keunikan Musium selain dari koleksi lukisannya, juga ukiran kayu mulai dari pintu masuk Musium

Didalam Musium dilarang untuk memotret dengan menggunakan lampu kilat, namun jika ingin melihat koleksi lukisan Musium ini bisa klik langsung di website Museum Puri Lukisan.

Musium yang luas ini selain terdiri dari 3 Gedung Utama juga terdapat Bale Workshop, Kolam Teratai dan Taman. Jika lelah berjalan dan berkeliling, pengunjung dapat duduk-duduk beristirahat di sekitar taman dan kolam, dibawah pohon rindang dan lingkungan asri ataupun sekedar menikmati secangkir kopi di Cafe didalam Musium.

Selain itu ditengah taman, ada pondok demonstrasi pembuatan tenun Bali dan menulis diatas daun lontar.

Menikmati kreasi dari seniman maestro dunia dalam lingkungan yang tenang menimbulkan ketenangan bagi batin dan kebahagiaan yang tak ternilai harganya, melebihi dari kepuasan belanja barang mahal (menurut aku lho). Selamat berkunjung 🙂


Warung Babi Guling Ibu Oka

Warung Babi Guling Ibu Oka adalah tempat icip-icip yang pertama masuk kedalam ittenary perjalanan kali ini, pokoknya ini harus didatangi karena selain memang babi guling di Bali berbeda dengan olahan babi yang lain, juga karena udah ngeces setiap membaca review mengenai tempat kuliner yang satu ini.

Jadi singkat cerita, setelah mendarat tepat di jam makan siang, kami langsung menuju kesana walau supir yang menjemput kami tempat makan yang lain, ada yang lebih enak bu, di sana. Oh tidak, ini harus didatangi dulu, yang lain bisa menyusul 🙂

Akhirnya…..inilah Warung Babi Guling Ibu Oka yang terletak di Jalan Raya Mas Peliatan, Ubud

dan beginilah suasana didalam Warung Babi Guling Ibu Oka yang nyaman

dan inilah pesanan kami berdua, kami pesan paket SPECIAL, terdiri dari satu porsi nasi, sayur, daging, gorengan, sosis dan kulit crispynya dengan harga Rp 45.000,- karena porsinya cukup besar, kami menambah satu porsi nasi saja dengan dua gelas es jeruk…slurp

….no comment untuk babi gulingnya 🙂 luar biasa

kulit babinya crispy, gorangannya penuh rasa, suwiran daging babinya, uh (ngelap iler, ngeces ngebayangin sambil nulis ini) hahahaha 😀 mampir aja deh, tempatnya enak bersih, harganya sesuailah dan mantabs !!!


Beribu Alasan Untuk Kembali Ke Ubud

Perjalanan aku dan suami kali ini ke Bali, selain memberikan dukungan pada ketiga anak kami dan PSA Ecclesia yang sedang berlomba dalam Festival Paduan Suara Internasional – Bali International Choir Festival 2014, juga ingin sedikit menjelajah bagian lain dari Bali, yaitu Ubud.

Ubud adalah sebuah kecamatan seluas 42,38 km persegi di Kabupaten Gianyar, Bali. Ubud memiliki beberapa desa yaitu Desa Kedewatan, Lodtunduh, Mas, Peliatan, Petulu, Sayan dan Singakerta. Letak geografisnya membuat Ubud memiliki cuaca yang sangat mendukung bagi para pendatang, yang tidak menyukai perbedaan cuaca yang ekstrim seperti wilayah lain di Bali, yang sebagian besar berada di tepi pantai. Selain itu banyak hal menarik dapat dijelajahi di Ubud. Sebelum berangkat ke Bali, aku sudah browsing kemana saja kami berdua akan datangi selama berada di Bali, tepatnya di Ubud. Aku mencoba menyusun agenda kegiatan dengan menyesuaikan jadwal kompetisi anak-anak, demikian pula dengan tempat menginap kami, yang sebetulnya jika ingin maksimal berada di Ubud, kami bisa cari penginapan di Ubud dan bukan di Denpasar.

Ubud, tempat yang tenang menurut ku, eksotik dan ada kesan sakral disana, walau banyak orang dan wisatawan asing disana seperti di Kuta, Legian juga Seminyak, tapi tempat ini seolah jauh dari dentuman musik yang hingar bingar. Setiap orang seperti merasakan kenyamanan dalam keheningan. Beberapa tempat kami datangi seperti galeri dan museum, namun orang yang kami temui disana seperti masuk menikmati alam disana, tidak ada orang yang bicara keras atau ribut saat dalam museum, begitu tenangnya, menikmati keindahan seni dan alam Ubud.

Hari pertama, Kamis 28 Agustus 2014, kami tiba di Bali, kami langsung menuju ke rumah makan spektakuler “Babi Guling Bu Oka” yang setelah itu kami lanjutkan perjalanan menuju Museum Puri Lukisan di Ubud dan Monkey Forest.

Hari kedua, Jumat 29 Agustus 2014, setelah membeli tiket masuk pertunjukan babak kompetisi di Art Center, kami pergi ke Pasar Guwang, disana kami memang hanya ingin mencari lukisan, namun sayang lukisan yang kami inginkan tidak ada. Perjalanan dilanjutkan kembali Makan Siang di Warung Ikan Mak Beng di Pintu Masuk Pantai Sanur. Dari sana, kami segera menuju ke Art Center, tempat pelaksanaan BICF 2014. Setelah anak-anak dan PSA Ecclesia tampil pada babak kompetisi, kami lanjut mencicil pesanan oleh-oleh menuju ke Pabrik Pie Susu “Seruling” dan pusat penjualan “Pia Legong”.

Hari ketiga, Sabtu, 30 Agustus 2014, kami kembali lagi ke Ubud, kali ini menuju Pasar Ubud, Pura Ubud dan Agung Rai Museum and Art Gallery (ARMA). Puas berada disana, kami kembali ke Denpasar, menyesuaikan jadwal lomba anak-anak pada babak Championship pukul 16.00 WITA di Art Center, jadi kami mencari makan siang di sekitar Renon yaitu Ayam Betutu Gilimanuk. Dan setelah anak-anak tampil, kami pergi menuju Kuta untuk melihat sunset dan makan malam di Kepiting Bakau.

Hari keempat, Minggu, 31 Agustus 2014, kami pergi beribadah di GPIB Maranatha Denpasar Timur, sekaligus memberi dukungan anak-anak yang pelayanan dalam kebaktian. Setelah itu, kami lagi menuju Ubud untuk menemui teman lama, sahabatku semasa di SD yang tinggal di Tebesaya, Ubud. Dari sana, kami menuju Tegalalang, yang terkenal dengan rice terrace atau pematang sawah terasering nya, yang juga menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi di wilayah Ubud, dengan sepanjang perjalanan kesana terdapat banyak tempat pembuatan kerajinan seni baik dari kayu, besi maupun lukisan. Kembali ke Denpasar untuk mengepak barang kami di Krisna dan selanjutnya menghadiri Malam Penutupan dan Penyerahan Award (Award Ceremoy) di panggung terbuka Art Center Jalan Nusa Dua, Denpasar, Bali.

Hari kelima, Senin, 1 September 2014, belum puas rasanya aku menjelajah Ubud karena harus bolak balik ke Denpasar, tapi kami harus pulang dan karena hari ini anak-anak dan PSA Ecclesia juga akan tur ke Tanah Lot, jadilah kami menuju kesana, sebelumnya akhirnya menuju ke Bandara untuk pulang ke rumah kami di Serpong.

Suatu saat nanti, kami akan menginap di Ubud dan agar dapat mendatangi lebih banyak tempat untuk melihat keindahan karya seni para seniman Bali.

Catatan : setiap tempat diatas akan diceritakan kembali lebih detil pada postingan berikutnya