Tiada Pecel Tanpa Sambel Cap “Jeruk Purut”

Madiun terkenal dengan sebutan Kota Pecel. Pecel adalah sayur matang dengan cara direbus yang disajikan dengan siraman kuah sambal kacang. Dilengkapi dengan taburan serundeng (parutan kelapa dan potongan daging yang disangrai) plus kerupuk nasi yang biasa disebut dengan kerupuk gendar. Jadi tak ada pecel tanpa sambal kacang. Begitu pula kota Madiun, hampir di setiap tempat di sudut kota ini memiliki pembuat-pembuat sambal pecel yang luar biasa enaknya, semua enak, semua legit, gurih dan wangi daun jeruk purut, salah satunya yang terkenal sampai manca negara adalah Sambel Pecel Cap Jeruk Purut Ibu Hj Roesmadji

Sambel Pecel Ibu Hj. RoesmadjiSambel Pecel Ibu Hj. Roesmadji mudah ditemukan tempat pembuatannya, semua tukang becak pasti tahu. Letaknya di Jalan Delima, sebuah gang kecil di samping Kantor Pegadaian.

s4Aku beruntung bisa datang kesana pagi hari, sehingga toko belum terlalu ramai dan dapat masuk sampai ke dapur melihat proses pembuatan sambel pecel, mulai dari menumbuk kacang tanah, menyiapkan bumbu, mengupas jeruk purut, menimbang berat sambal dalam plastik, pengemasan dan pelabelan,

menumbuk kacang tanah

?????????????

s1menyiapkan bumbu

mengupas jeruk purut

mengupas jeruk purut

 

????????????????????????????????????

menjemur cabe di atas tembok

menjemur cabe di atas tembok

menjemur cabe di pelataran

menjemur cabe di pelataran

bumbu

bumbu

menimbang sambel kacang yang sudah ditumbuk dan pengemasan

q2q8q7Sambel Pecel yang sudah terkenal tidak hanya di Indonesia ini tersedia dalam rasa pedas dan rasa sedang. Selamat mencoba dan selamat berkunjung ke rumah Bu Roesmadji dan bertemu dengan keluarganya yang siap melayani dengan ramah.

 


Warung Sate Gule Kambing “Mbak Laminah” Ngawi, Bikin Ketagihan

Suka daging kambing ? Aku suka, walau untuk menjaga kesehatan, aku hanya sekali-kali saja mengkonsumsinya. Banyak fakta dan mitos yang beredar seputar mengkonsumsi daging kambing. Padahal sesungguhnya, daging kambing tanpa lemak aman dikonsumsi siapa saja, terutama untuk meningkatkan stamina tubuh bagi orang yang sedang sakit atau kurang zat besi. Daging kambing merupakan salah satu sumber zat besi, vitamin B, kolin dan selenium terbaik. Vitamin B digunakan untuk membakar lemak sedang kolin dan selenium mampu untuk menangkal kanker.

Menurut Prof.Dr. Ir. Ali Khomsan (2007), seorang guru besar IPB dalam buku “Sehat Itu Mudah”, daging kambing ternyata memiliki kandungan kolesterol yang setara dengan daging sapi, ayam dan babi yaitu 70mg/ 100 gram bahan makanan. Sedangkan yang membedakannya adalah pada kandungan asam lemak jenuhnya.

Kandungan Gizi Daging Kambing

Kandungan Gizi Daging Kambing

Daging kambing ternyata juga lebih menyehatkan dari pada jenis daging lainnya. Dalam 100 gram daging kambing, terdapat 154 kalori, 9,2 mg lemak, 3,6 mg lemak jenuh. Sedangkan, pada 100 gram daging sapi terdapat 207 kalori, 14 mg lemak, dan 51 mg lemak jenuh.

Diatas fakta dan mitos yang ada, dalam perjalanan ke Ngawi tempo hari, aku beserta rombongan berkesempatan menikmati sate kambing yang maknyus di sana, dengan daging kambing muda yang tentu saja harganya sangat jauh lebih murah daripada di kota besar. Nama warung Sate Kambing sederhana ini adalah Warung Sate Mbak Laminah, yang terletak di Jalan Raya Yos Sudarso, arah ke pusat kota Ngawi.

kmb1Sesuai namanya, warung ini hanya menyediakan Sate dan Gule Kambing saja. Daging satenya sangat empuk dan segar, demikian juga Gule Kambingnya, empuk dan malah terkesan terlalu empuk 🙂

Menunggu daging Sate dibakar

Menunggu daging Sate dibakar

Angkringan

Angkringan

a15a14a16Walau tentu akan memberikan efek jika dikonsumsi berlebihan, khususnya bagi penderita sakit lambung dan tekanan darah tinggi, mengkonsumsi daging kambing dapat menjaga sistem saraf dan mencegah anemia. Masih ragu makan sate kambing ? yuk mari dicoba mampir ke Warung Sate Gule Kambing Mbak Laminah, pasti ketagihan 🙂


Telaga Sarangan, Riwayatmu Kini

Tempat wisata yang sering kami datangi saat kami pulang kampung adalah Telaga Sarangan. Mengapa? Karena letaknya berada diantara kampung tempat tinggal keluarga Ibu di Ngawi dan keluarga Bapak di Madiun, tepatnya di Magetan.

a1a7a3Dulu, setiap pergi ke Sarangan, Bapak selalu mengajak kami menginap di Hotel, yang letaknya di pinggir jalan dan seperti dibangun diatas tebing. Lalu setiap pagi, dalam udara dingin Sarangan, Bapak mengajak kami berjalan di sekitar telaga.

az1az2Mengenang perjalanan kami kesana bersama keluarga di masa kecil, kali ini, saat kami kembali ke Madiun, kami menyempatkan diri pergi kesana bersama rombongan pelayanan dari GPDI Shalom dengan diantar tante dari Pak Gembala. Dengan menempuh jarak sejauh 41 kilometer dalam waktu kurang lebih 1 jam melewati Jalan Raya Maospati, akhirnya kami tiba di Sarangan dan menikmati kesejukan serta keindahan alam di Telaga yang semakin terawat. Hawa yang sejuk ini dimungkinkan karena letak Telaga yang berada di Kaki Gunung Lawu.

Penginapan dan Rumah MakanSebagai salah satu potensi wisata di Magetan dan Jawa Timur, telah tersedia banyak tempat penginapan dan rumah makan di sekitar telaga. Tersedia juga transportasi air seperti perahu motor dan becak air, yang bisa digunakan untuk mengelilingi telaga. Atau bisa mengitari telaga dengan kuda yang siap mengantar kita berkeliling.

a2a11Satu yang tak boleh dilewatkan saat berada disana adalah kelezatan sate kelinci. Satu porsi terdiri dari lontong nasi dan 10 tusuk sate dengan siraman bumbu kacang yang sedap, siap dinikmati di tepi telaga, hanya dengan harga Rp 12.000,- saja.

a4a10Alam indah Telaga masih seperti dulu, bersyukur pada Pemerintah setempat yang membangun dan menjaga kelestarian obyek wisata ini, sehingga layak menjadi tempat kunjungan wajib di Magetan. Sayang kami tidak bisa berlama-lama berada disana.

????????????????????????????????????????????????????????????????????????a12

Setelah icip-icip oleh-oleh dan melihat-lihat souvenir khas Telaga berupa kerupuk nasi dan sambal kacang, kami pun kembali ke Madiun. Selamat berkunjung dan selamat berwisata serta sempatkan untuk bermalam disana, dijamin tidak akan menyesal 🙂

 

Foto : Pribadi dan Dinda AAST


Kisah Selembar Kain Batik “Murni” Dari Madiun

Kain Batik Indonesia sudah menjadi ciri khas sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia. Hampir setiap daerah punya kain batik dengan menonjolkan keunikan tiap daerahnya. Tidak ketinggalan Kota Madiun, yang aku kunjungi di bulan lalu. Madiun melalui Sanggar Batik Tulis Madiun, mengangkat hasil bumi yang jadi ciri khas Madiun yaitu Pecel. Tema batik yang ada disana bertema “Pecelan” jadi motifnya tidak jauh dari motif daun pepaya, cabe, kembang turi, dan tentu juga ada motif yang lain seperti burung dan lain-lain.

????????????????????????????????????Selain batik printing yang dijual dengan harga Rp 100.000,-, disana juga tentu tersedia batik tulis dan batik tulis warna tanah yang harganya lebih mahal dari harga batik tulis, yaitu sekitar Rp 400.000,- per kain.

Jalan Halmahera 14, Madiun

Jalan Halmahera 14, Madiun

Kain putih yang sudah diberi motif

Kain putih yang sudah diberi motif

Menyelesaikan bersama-sama, motif daun pepayac3

????????????????????????????????????

Cantik-cantik bukan kain Batik di sini

Cantik-cantik bukan kain Batik di sini

Berkat pak Becak yang baik hati, aku bisa menikmati keindahan kain Batik khas Madiun di Jalan Halmahera ini dan berbincang dengan Mbak Pekerja yang ramah melayani kami serta membeli beberapa lembar kain untuk kenang-kenangan.

Selamat berkunjung, berbelanja bahkan belajar membatik di tempat ini.

Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang diselenggarakan Wego

 


Benteng Van Den Bosch, Ngawi

Benteng Van den Bosch, yang lebih dikenal dengan sebutan Benteng Pendem adalah sebuah benteng yang terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Walau telah lama Benteng ini ada namun baru kali ini aku sempat pergi kesana, itupun sebelumnya aku mendapat informasi dari teman padahal letaknya tidak jauh dari makam kakek buyutku Jan Abraham Voorsteen di Kerkof Ngawi.

b1

Benteng ini memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 hektar. Dari rumah Eyang dari pihak Ibu di Jalan Yos Sudarso, Ngawi, lokasi Benteng ini mudah dijangkau. Letak benteng ini sangat strategis. Tepatnya, Benteng ini terletak di Komplek Angicipi Batalyon Armed 12, pertemuan antara Jalan Diponegoro (sebelah timur) atau Jalan Untung Suropati (sebelah barat) RT/RW : 07/02, Kelurahan Pelem.

ben1

Benteng ini dulu sengaja dibuat lebih rendah dari tanah sekitar sehingga terlihat dari luar terpendam karena itulah dikenal juga dengan nama Benteng Pendem.

b4

Pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah benteng yang selesai pada tahun 1845 yaitu Benteng Van Den Bosch. Benteng ini dihuni tentara Belanda 250 orang bersenjatakan bedil, 6 meriam api dan 60 orang kavaleri dipimpin oleh Johannes van den Bosch.

Van Den Bosch

Van Den Bosch

Beberapa tahun terakhir kabarnya Benteng ini dialihkan perawatan kelestariannya dari pihak Militer ke Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi. Bagi para pengunjung dikenakan harga tiket masuk sebesar Rp. 1.000,00 , biaya parkir sepeda motor sebesar Rp. 1.000,00 dan mobil atau bus sebesar Rp. 3.000,00. Benteng Van Den Bosch dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00-17.00 WIB.

b7

b6

b3

Pada pintu gerbang pertama, terdapat bekas pondasi jembatan angkat sebagai akses penghubung untuk menuju pintu gerbang depan pertama dan masih terdapat bekas gerigi katrol pengangkat jembatan.

Sesungguhnya, jika kami punya banyak waktu untuk mengelilingi Benteng dan tidak terburu waktu nyekar ke makam keluarga yang lain, di lingkungan Benteng ini terdapat Kantor Utama dengan bangunan bergaya Eropa, Makam KH Muhammad Nursalim yang adalah tokoh penyiar agama Islam pertama di Kabupaten Ngawi. Di bagian paling selatan juga terdapat bangunan yang merupakan asrama tentara Belanda, dimana bagian bawahnya merupakan ruang penjara bagi para tahanan.

Saat ini kondisi bangunan masih tampak kokoh walau untuk bagian atap, pintu dan jendela sudah banyak yang rusak, sedangkan untuk dinding tentu saja sudah banyak yang terkelupas catnya.

1839 - 1845

1839 – 1845

Benteng Van den Bosch merupakan benteng bersejarah peninggalan Bangsa Belanda, yang tentunya patut dijaga kelestariannya, dan tetap dijaga lingkungan kebersihannya. Alangkah baiknya jika tidak ada orang berdagang didalam lingkungan Benteng dan kendaraan dilarang masuk ke area ini.

Selamat berkunjung


Kota Madiun, Kota Kenangan

Mendengar kata Kota Madiun, apa yang muncul di benak kita ? bisa bermacam-macam, ada yang menyebut Kota Pecel, Kota Gadis, Kota Sepur dan bahkan Kota Brem. Padahal Kota Madiun itu kecil saja, hanya seluas kurang lebih 34 km2 namun mempunyai potensi perdagangan dan industri yang maju. Mungkin ini disebabkan karena letaknya di sebelah barat Surabaya dan sebelah timur Surakarta, sehingga Kota Madiun senantiasa menjadi jalur yang selalu “hidup”.

r1

Apapun sebutan orang untuk Kota Madiun, buat aku, Kota Madiun adalah kota kenangan. Kota kenangan, kampung halaman Bapak, walau Bapak lahir di Bandung tapi Eyangku punya rumah di sana, tepatnya di Jalan Anggrek No 8 Desa Oro Oro Ombo. Saat libur sekolah tiba, kami akan berangkat dari Jakarta dengan mobil yang disetir Bapak sendiri menuju Ngawi, tempat kelahiran Ibu untuk mengunjungi keluarga dari pihak Ibu dan melanjutkan perjalanan ke Madiun untuk mengunjungi kakek nenek dari pihak Bapak.

pintu pembatas antar ruangan

pintu pembatas antar ruangan

Rumah Eyang di Madiun cukup besar dengan halaman yang luas. Yang kuingat, rumah Eyang yang panjang itu dibagi dalam empat bagian. Batas bagian satu dengan yang lain dibatasi dengan pintu. Bagian paling depan, dulu untuk menerima tamu. Bagian berikutnya, ada kamar, mungkin dulu kamar utama. Bagian ketiga ada ruang keluarga dan ruang makan, juga tiga kamar disana. Ini bagian yang terluas menurutku. Dan bagian terakhir, dulu adalah dapur, kamar pembantu dan kamar mandi.

r2

Saat aku berkunjung bulan Juni yang lalu, tidak banyak yang berubah dari rumah Eyang (terakhir aku berkunjung tahun 1996). Bagian pertama dan kedua dari depan saat ini digunakan sebagai tempat tinggal Pendeta dan untuk Ibadah Jemaat Gereja Sangkakala.

Kembali ke rumah ini, sama dengan mengembalikan kenangan masa kecilku. Saat kakek mengajakku pergi dengan naik becak untuk membeli buku cerita di pusat kota Madiun. Sarapan pagi selalu dengan nasi pecel dari mbok gendong. Nasi pecel paling enak dan paling komplit di dunia, rasa juara menurut aku.

Eyang

Eyang

Bapak Bersaudara

Bapak Bersaudara

Keluarga Besar Darmowijoyo

Keluarga Besar Darmowijoyo

Foto-foto kenangan yang berjajar di dinding kamar Eyang, membangkitkan semua kenangan bahwa dahulu kami semua pernah bersama-sama. Ada Mbah Kakung Putri, ada Pakde ku yang sudah tiada, ada Bapak Ibuku dan kami semua saudara bersaudara sepupu se Mbah, yang sulit sekali untuk berkumpul bersama saat ini.

Aku di ruang tengah rumah Eyang

Aku di ruang tengah rumah Eyang

Rumah Jalan Anggrek 8 selalu menjadi kenangan buat aku, sebanyak yang mampu kulihat dan kuingat dari masa laluku.