Chocolate Monggo, Yogyakarta

Yogya punya coklat lho, namun bukan karena aku orang Yogya, lalu aku suka coklat ini, tapi memang rasanya yang pas dan tidak terlalu manislah yang membuat aku menyukai coklat produksi dari Coklat Monggo ini.

Jauh sebelum kunjunganku bersama teman-teman STP ke Yogya, aku sudah pernah membeli beberapa buah di Mirota Yogya beberapa waktu yang lalu. Kesempatan kali ini, aku dan teman-teman berkesempatan untuk langsung datang ke tempatnya disana.

Disana aku membeli produk coklat isi kacang mede, praline dan stroberi.

Mau mengunjungi websitenya di www.chocolatemonggo.com

 


Naik Delman Istimewa

Masih ingat naik delman di masa kecil ? Ya aku masih ingat, dulu bersama ayah ibu naik delman di kampung di Jawa. Kali ini kembali aku bernostalgia, naik delman, tapi tidak bersama ayah ibu, aku naik delman bersama teman-teman STP, perjalanan dari HS Silver Kota Gede menuju Home Industry Cokelat Monggo, walau hanya sebentar, terasa seru juga sambil mengenang masa kecil dan mengingat lagu ini….

Pada Hari Minggu ku turut ayah ke kota
naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
mengendarai kuda supaya baik jalannya

Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak suara s’patu kuda

berfoto sebelum delman berjalan
delman memasuki pasar Kota Gede dan melewati Makam Raja Mataram
Pengalaman berkonvoi dengan delman
Sais delman yang masih kuat dan gagah,  walau sudah sepuh dan bertahun-tahun mengendarai delman
Seru yaa….terimakasih buat CVT

Benteng Vredeburg dan Hateknas 2011 Yogyakarta

Perjalanan selanjutnya, setelah mengunjungi dan belanja di Pabrik Bakpia Pathuk 25, kami, rombongan dari STP, menuju ke Pasar Beringharjo. Dan karena bis diparkir di pelataran Benteng Vredeburg, maka setelah membeli masing-masing dua kemeja untuk suami dan si bungsu, maka aku mulai berjalan-jalan menuju Benteng Vredeburg.

Yang ternyata saat itu sedang berlangsung upacara Pembukaan Pameran Pembangunan dalam rangka memperingati Hari Teknologi Nasional Tahun 2011 yang mengambil tema “Inovasi untuk kesejahteraan rakyat”. Pameran dibuka oleh R. Toto Waspodo, Kepala Badan Kerjasama dan Penanaman Modal Provinsi DIY mewakili Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Pameran pembangunan tahun 2011 ini mengambil tema ”Dengan semangat proklamasi 17 Agustus 1945 kita tingkatkan kesadaran hidup dalam menghadapi kebinekaan untuk mengokohkan kesatuan NKRI”

 

Sumber : Wikipedia, Foto Pribadi

Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonila VOC. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung (salah satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang.

Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering berpatroli mengelilingi dindingnya. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai Sejarah Indonesia

 


Bakpia Pathuk 25, Yogyakarta

Kunjungan STP pertama pada hari ketiga adalah menuju ke Bakpia Pathuk, walau tas oleh-oleh sudah penuh dan berat, namun rasanya ga pas kalau ke Yogya dan pulang tidak membawa oleh-oleh Bakpia. Apalagi anakku sudah memesan bakpia keju dan bakpia coklat, sedangkan aku sendiri ya suka yang original, bakpia itu ya kacang hijau lah.

Mengenai merk, aku ga pernah fanatik pada merk tertentu, karena buatku, selama itu bukan makanan basi, yang ada ya hanya enak dan enak sekali. Jadi sewaktu ditawari mau ke Bakpia 25, ya monggo kulo nderek… 🙂

Ini hasil jalan-jalan ku dan teman-teman mengunjungi Pabrik Bakpia Pathuk 25 di Yogyakarta.

Sejarah :

Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.

Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan “kue oleh-oleh” itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992.

Produksi bakpia yang dilakukan oleh bapak Arlen Sanjaya (Bp Arlen Sanjaya adalah generasi penerus pembuat Bakpia Pathok 25 yang dahulu berasal dari bisnis keluarga) setiap harinya tidak tetap karena produk yang dibuat bersemboyan “Selalu Baru dan Hangat”.

Perusahaan Bakpia Pathok “25” mempunyai 5 toko cabang yaitu 2 toko cabang di jalan AIP KS. Tubun dan 1 toko cabang di jalan Bhayangkara,serta 2 toko dijalan Laksada Adisucipto (jalan ke arah kota Solo). Toko-toko cabang ini biasanya mengambil bakpia dari pusat produksi dengan merek dagang 25.

Pada tahun-tahun pertama, perusahaan menggunakan oven dengan bahan bakar arang. Setelah usaha beliau semakin sukses menambah lagi jumlah oven dengan bahan bakar gas.

Dalam usahanya bapak Arlen Sanjaya dibantu oleh beberapa karyawan pria dan wanita. Pegawai wanita yang biasanya bertugas sebagai pencetak bakpia dan pengemas, sedangkan pegawai pria biasanya bertugas sebagai pembuat adonan, pembuat isi / kumbu, pengoven serta pemasar ataupun mengirim bakpia ke sejumlah tempat.

Proses Produksi :

Proses Produk Bakpia Pathok “25” terdiri dari beberapa tahap. Semuanya memberikan rasa yang lebih untuk para pelanggan. Sekarang saatnya kami, Bakpia Pathok “25” membeberkan proses produksi kami!

Adapun langkah-langkahnya dibagi menjadi 7 langkah utama yaitu:

  1. Menjemur kacang hijau untuk menghilangkan kutu dan seleksi kacang. Memisahkan kacang dengan kulit kacang hijau.
  2. Dipecah menjadi 2 bagian dan dicuci bersih.
  3. Pengukusan.
  4. Digiling sampai lembut. Dimasak dalam mixer, dicampur dengan gula pasir secukupnya.
  5. Pembuatan kulit. Bahan yang digunakan adalah, tepung terigu, gula pasir, air, minyak goreng. Diaduk dalam mixer. Proses ini dinamakan proses rolling,  sampai kalis.
  6. Proses pemanggangan.
  7. Terakhir proses packing / pengemasan.

Sumber Informasi dari www.bakpia25.com

Foto-foto : Pribadi


Sentra Batik Sogan Rejodani

 

Salah satu kunjungan STP setelah kegiatan di Kampung Ulu, adalah kunjungan ke Sentra Batik Sogan Rejodani yang beralamat di Dusun Rejodani RT01/RW01 Jl. Palagan Tentara Pelajar km 10 Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta

Sentra Batik Sogan adalah sentra batik tulis dan cap asli Yogyakarta. Disini tempat produksi baju batik maupun kain batik berkualitas dan memiliki desain yang unik tanpa meninggalkan ciri khas batik Indonesia. Produk Yang kami produksi adalah baju batik baik kebaya batik, kemeja batik, sarung batik, rok lilit batik, bandana batik, kerudung, bolero dan lain sebagainya. Sentra ini menerima permintaan pemesanan dengan desain yang diminta oleh pelanggan selain itu tidak ada minimal pemesanan.

Dengan brand SOGAN BATIK REJODANI yang merupakan produsen batik tulis dan pakaian jadi dikerjakan oleh masyarakat di sekitar dusun Rejodani-Sleman. Didirikan pada
tahun 2001, oleh Iffah M Dewi, seorang pengusaha muda, dimulai dari 4 orang, namun sekarang memiliki 50 orang anggota team kerja di bagian produksi. Sogan menerapkan budaya ” Mengaji dan Berkarya” dalam kesehariannya..

Selama berada disana, kami mempelajari proses membatik yaitu membatik dengan menorehkan cat pada kain yang sudah diberi lilin atau malam dengan menggunakan chanting.

Kami juga melihat koleksi hasil produksi Batik Sogan.

Calon juragan batik dan koleksi Batik Sogan

Halaman di Sentra Batik Sogan yang asri dan luas ini juga dimanfaatkan beberapa teman untuk mengenang masa kecilnya, seperti bermain hola hop, enggrang dan bakiak.

Pendopo Batik Sogan dan Halaman yang luas

Kami mengakhiri kunjungan di Batik Sogan dengan makan malam bersama.

Menu sederhana, yang uenaak banget (efek ber-arung jeram)

Kunjungi websitenya dan dinikmati koleksinya.

Sumber dari : www.soganbatikrejodani.com dan pribadi

 


Arung Jeram di Sungai Elo

Kegiatan Outing dilakukan pada hari ke-2 dengan melakukan kegiatan Arung Jeram di Sungai Elo, yang dipandu oleh provider dari Cognesia Visi Traveline dibawah koordinasi Ibu Santi Kurniawati dan Silvian Handy. Sungai Elo terletak di Kabupaten Magelang dekat dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur kira-kira 35 menit dari Jogjakarta.

Acara diawali dengan briefing dan pemanasan oleh Pemandu


Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok perahu berisi 6 orang plus 1 pemandu

mulai berarung jeram

Sungai Elo memiliki jarak sepanjang 12 km dan mempunyai jeram – jeram kelas II-III yang cukup menantang dan sangat menyenangkan dengan lama pengarungan lebih kurang 2,5 – 3 jam. Sungai Elo sangat cocok bagi karyawan yang belum pernah sama sekali atau pemula, karena tingkat bahayanya yang rendah. Di tengah-tengah pengarungan, kami berhenti di sebuah tempat istirahat untuk melepas sejenak dengan menikmati kelapa muda dan makanan ringan.


Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.


Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya.

Menurut American Whitewater Affiliation’s (AWA), ada enam kelas sungai berdasarkan tingkat kesulitannya dilihat dari besar-kecilnya riam.

Kelas I, adalah easy. Aliran airnya cepat dengan riam kecil. Ada halangan di sana-sini, tapi pada prinsipnya mudah diarungi dengan sedikit latihan.

Kelas II, novice. Ada sedikit riam serta lorong lebar dan lurus. Pada tempat-tempat tertentu diperlukan manuver, tapi riam kecil dan batuan mendongak dengan mudah dilalui oleh pendayung terlatih.

Kelas III, intermediate. Aliran dengan riam sedang dan tidak beraturan yang mungkin sulit untuk dihindari. Cipratan air yang terjadi bisa membanjiri perahu. Berhubung harus melakukan manuver yang rumit dalam arus yang deras, perlu pengendalian kapal oleh
pendayung mumpuni. Gelombang besar dan hempasan jeram bisa muncul, tetapi bisa dihindari. Contoh kelas ini adalah Sungai Ayung di Bali dan Citarik di Sukabumi, Jawa Barat, meski ada yang menilainya masuk kelas III plus.

Kelas IV, advanced. Beriam sangat cepat dengan hole dan bebatuan, tapi bisa diprediksi kelakuannya. Diperlukan pengendalian khusus terutama dalam pusaran air. Manuver yang dilakukan sangat cepat dan penumpang harus siap di bawah tekanan. Contoh untuk kelas ini adalah Sungai Sa’dang di Sulawesi Selatan.

Kelas V, expert. Sungai ini memiliki riam panjang dan besar dengan gelombang serta hole yang tidak bisa dihindari. Sungai kelas ini sangat riskan untuk dibisniskan

Kelas VI, merupakan kelas tertinggi, extreme. Sangat berbahaya dan tim penyelamat harus siap siaga. Kelas ini hanya khusus bagi pengarung jeram yang benar-benar pakar.

Yang seru

Sungai Elo memiliki jeram-jeram kelas II dan III, yang berarti masuk kategori aman untuk pemula, dengan tetap memperhatikan instruksi dari pemandu.

Start dan Akhir dari kegiatan ini berpusat di Restoran Kampung Ulu, yang terletak di Jalan Raya Borobudur, Desa Ngrajek Pabelan, Mungkid, Magelang.

Ini pengalaman pertamaku ber-arungjeram, dan akan jadi awal untuk berarung jeram dengan jeram-jeram selanjutnya di tempat lain. Selamat Mencoba.

Sumber : Yahoo, dan sumber foto dari : Cognesia Visi Traveline, Santi Kurniawati, Prima Widi Hatmi

 


Meeting and Outing STP, Yogyakarta, 25-27 Juli 2011

Dalam rangka Pelatihan Sumber Daya Manusia Bidang Behavioral dan Pembinaan Karyawan Balai Pengkajian Teknologi Polimer, melalui kegiatan Peningkatan Motivasi Kinerja dan Internalisasi Values Sentra Teknologi Polimer (Care, Creativity, Visioner, Integrity dan Profesional), STP melaksanakan kegiatan tersebut pada tanggal 25 sampai dengan 27 Juli 2011 di Yogyakarta, dengan mengangkat tema Meeting and Outing STP : Satu dasawarsa STP-BPPT, Tingkatkan Hasil Inovasi dan Wujudkan Reformasi Birokrasi”

Adapun agenda kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut, pada hari pertama setelah melalui perjalanan dengan waktu tempuh 1 jam dengan maskapai Air Asia, kami langsung menuju hotel tempat kami menginap di Grage Ramayana Hotel, tepatnya di Jalan Sosrowijayan 33, Yogyakarta. Sesi pertama diisi dengan pemaparan oleh Kepala Sentra Teknologi Polimer, Bapak Wawas Swathatafrijiah, M.Sc dan dipandu oleh moderator Asep Bustanil Aripin, ST yang diawali dengan WIFLE : What I Feel Like Expressing, yang mana seluruh karyawan tanpa kecuali diminta untuk mengungkapkan perasaaannya pada saat itu. Pengungkapan perasaan ini lebih mengarah pada harapan agar terjadi komunikasi yang baik dan mampu menciptakan keterbukaan yang bertanggungjawab.

Pemaparan dua materi yang disampaikan oleh Kepala STP ini diakhiri dengan tanya jawab dari peserta.

Setelah makan siang, agenda kegiatan dilanjutkan dengan sesi ke-2 bersama Dr. Arie Arum Wardhani, seorang pakar psikologi dari Universitas Gajah Mada, yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu Pemaparan yang mencakup mencakup Care, Creativity, Vision, Integrity, Professional, Leadership, Team Work serta kegiatan kedua adalah Games mengatasi Manajemen Konflik. Dalam menyampaikan pemaparannya yang berjudul Commitment to Good Personality and Professional, dipandu oleh moderator Chandra Liza, M.Sc. Dalam pemaparannya, nara sumber menyampaikan 18 kelompok faktor penyebab kegagalan dalam diri seseorang.

Sesungguhnya motivasi itu ada dalam diri setiap individu, yang dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk maju dan mewujudkan sesuatu. Motivasi yang didukung dengan kepemimpinan diri sendiri yang baik (leadership) serta kepribadian yang positif dapat menghasilkan sebuah komitmen untuk menjadi good personality yang menuju pada goal setting professional sesuai dengan values STP.

Kegiatan Outing dilakukan pada hari ke-2 dengan melakukan kegiatan Arung Jeram di Sungai Elo, yang dipandu oleh provider dari Cognesia Visi Traveline dibawah koordinasi Ibu Santi Kurniawati dan Silvian Handy. Sungai Elo terletak di Kabupaten Magelang dekat dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur kira-kira 35 menit dari Jogjakarta. Sungai Elo memiliki jarak sepanjang 12 km dan mempunyai jeram – jeram kelas II-III yang cukup menantang dan sangat menyenangkan dengan lama pengarungan lebih kurang 2,5 – 3 jam. Sungai Elo sangat cocok bagi karyawan yang belum pernah sama sekali atau pemula, karena tingkat bahayanya yang rendah. Di tengah-tengah pengarungan, kami berhenti di sebuah tempat istirahat untuk melepas sejenak dengan menikmati kelapa muda dan makanan ringan.

 

 

 

 

 

 

 

Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.

Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya.

Dengan kegiatan ini diharapkan seluruh karyawan dapat menjadi tim yang kompak, trampil dan berhasil mengatasi berbagai hambatan dalam pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

Sesi kedua hari kedua, bertempat di Kampung Ulu, Jalan Raya Borobudur, Magelang, kembali diisi oleh nara sumber Dr. Arie Arum Wardhani, dengan nama kegiatan Total Self Healing, menggunakan Sound Therapy Method & Aura Session. Materi Self Healing merupakan implementasi dari materi pada Sesi motivasi pada hari pertama. Waktu pelaksanaan 2 – 2,5 jam dilakukan secara bersamaan, yang mana seluruh peserta diminta untuk melakukan refleksi diri mengenai hal-hal yang dirasakan saat ini, permasalahan apa yang dirasakan dan bagaimana solusi pemecahannya menurut pribadi demi pribadi.

Kegiatan hari kedua, dilanjutkan dengan kunjungan ke home industry Batik SOGAN di desa Rejodani, tempat pembuatan batik mulai dari penggambaran di kain, pencelupan, pewarnaan sampai dengan proses penjahitan bahan kain menjadi barang jadi. Kemudian ke home industry Salakka Jogja di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km 8.5, yang menghasilkan aneka produk dari Salak, seperti dodol, bakpia, keripik dan brownies. Peserta mendapat penjelasan tentang proses usaha, management usahanya dan produksinya, serta stakeholder yang selama ini membantu proses usahanya. Kegiatan hari kedua diakhiri dengan kunjungan ke pusat penjualan khas Yogyakarta Dagadu di Alun-alun.

Hari ketiga yang merupakan hari terakhir di Yogyakarta, diisi dengan kegiatan kunjungan ke Sentra Bakpia 25, Pasar Beringharjo dan sekitarnya, pembuatan aneka kerajinan perak di HS Silver Kota Gede dan terakhir ke home industry Coklat Monggo di daerah Purbayan, Kota Gede, Yogyakarta.

Kegiatan Meeting dan Outing sudah berakhir, seluruh karyawan STP kembali melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tetap memelihara rasa kebersamaan dan motivasi dari dalam diri untuk menjadi pribadi yang mempunyai komitmen positif untuk mencapai visi dan misi STP. STP di dadaku, STP kebanggaanku.