Kuliner di LPP Garden Hotel

Aku orang yang suka makan apa saja, aku bukan pemilih, selama makanan itu bisa dimakan (tidak basi), tentu akan aku coba. Ini pula yang membuat aku mudah untuk beradaptasi di tempat yang baru, terutama kalau sedang ada pelatihan di luar kota atau luar negeri. Biasanya jika berada di tempat baru, yang jauh dari rumah, aku mesti cari makanan khas atau tradisional disitu. Buat apa jauh-jauh ke negeri orang, kalau yang dimakan bisa dimakan di tempat tinggal kita. Walau sekarang, di dekat rumahku, sudah ada makanan dari dalam dan luar negeri, seperti Gudeg bu Juminten, Lapo Natoba, Ayam bakar Ujung Pandang, Rumah Makan Manado, Sate Balibul Tegal, Bakmi Godog Japhe, Sushi Naga, Ikan Bakar Jimbaran dan lain-lain.

 

Nah kembali ke acara pembinaan MUK, yang diadakan selama 3 hari sejak tanggal 7 April di Yogya, tentu dong makanan yang aku cari ya gudeg komplit, sambel krecek dan opor nya. Inginnya sih makan yang lesehan di bakul gendongan, rasanya lebih enak dan meresap karena dimasak secara tradisional di atas tungku. Tapi apapun itu, aku coba menanyakan pada supervisor di ruang makan, hm gudegnya ga ada mas ? Ternyata gudeg hadir di sarapan pagi keesokan harinya.

Mari nikmati, apa yang aku nikmati selama 3 hari di Hotel LPP Permata Garden, Jalan Adisucipto. Sarapan pagi komplit, minuman ada kopi, the, jus jambu, jus jeruk, jamu kunyit asem dan jamu beras kencur, roti, omelet, sarapan nasi atau bubur dan lauk lengkap, serta aneka jajanan pasar. Demikian juga untuk makan siang dan makan malam nya, lengkap dari pembuka (salad dan sup), utama sampai penutup (es cocktail atau cendol, puding dan buah)….kadang tidak sanggup dicicip semuanya. Variasi menu memang tidak untuk diambil semua kan. Variasi menu karena orang mempunyai selera yang berbeda, pengecualian untuk aku, yang suka segala jenis sajian.

 


Pasar Beringharjo

Setelah perjalanan kami di Kota Gede, kami langsung menuju ke Pasar Beringharjo. Sabtu pagi itu cuaca mendung, dan kami tiba kepagian, toko-toko baru mulai dibuka, tapi penjual jajanan makanan sudah tampak berderet di depan pelataran pasar. Kami masuk dari pintu utama dan berpencar sesuai dengan keperluan kami masing-masing.

Tujuanku adalah membeli beberapa potong sarung batik untuk Ibu dan daster untuk asisten yang bekerja di rumahku. Selain itu, aku juga ingin melihat keadaan pasar tradisional yang ada disisi belakang dari pasar, tapi sayang ternyata belum seluruhnya dibuka, padahal biasanya pasar-pasar di Jakarta sudah buka dan ramai sejak pagi. Ntah apakah ini ada dampaknya dari letusan Gunung Merapi tempo hari, sehingga tidak banyak lagi pedagang berjualan ataukah mereka berjualan pada siang hari.

Setelah tidak mendapatkan apa-apa di bagian belakang pasar, aku kembali ke arah pintu utama, sambil mencoba mencari, melihat dan menawar barang yang didagangkan, sayang ternyata harganya bisa lebih mahal dari harga di sepanjang jalan Malioboro atau di Mirota, padahal kualitas belum dapat dijamin kan?

 

Cukup mendapatkan 3 sarung batik untuk Ibu dan daster, aku duduk saja menunggu teman-teman yang lain di dekat gerbang Pasar, sambil mencari-cari obyek foto.

Pasar Beringharjo telah digunakan sebagai tempat jual beli sejak tahun 1758. Tawarannya kini kian lengkap; mulai dari batik, jajanan pasar, jejamuan, hingga patung Budha seharga ratusan ribu. Info lengkap tentang pasar ini bisa dilihat disini.

Suasana pasar, terutama pasar Beringharjo tidak pernah bosan buat ku untuk mendatanginya, terutama mengamati mbok-mbok penjual yang sampun sepuh sanget tapi punya semangat yang luar biasa untuk menjalankan kehidupan dengan turun berjualan.



 


Sekar Kedhaton, Kota Gede

Hari ini adalah hari ke-3 atau hari terakhir di Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan Pembinaan MUK, rencanaku dan teman-teman adalah pergi ke Pasar Beringharjo dan membeli oleh-oleh makanan seperti bakpia untuk teman-teman di kantor dan keluarga di rumah.

 

Namun sebelum berangkat ke Pasar Beringharjo, kami ingin juga mengetahui Kota Gede, yang terkenal dengan kerajinan peraknya. Perjalanan dari hotel ke Kota Gede hanya memakan waktu sekitar 20 menit, tidak jauh ternyata.

 

KOTA Gede adalah daerah dimana Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram baru mendirikan istananya pada tahun 1575. Penguasa kerajaan Mataram baru merupakan keturunan langsung dari penguasa Mataram kuno yang membangun Borobudur dan Candi Prambanan.

Pada tahun 1680 Kota Gede direbut oleh pasukan dari Madura, dan kemudian istana Mataram dipindahkan ke timur, pertama ke Kartasura, lalu ke tepi sungai Solo, di Surakarta (Solo).

Pada saat ini, Kota Gede merupakan daerah di pinggiran kota Yogyakarta. Kota ini terdiri dari jalan-jalan sempit, dengan toko-toko perak tradisional dan rumah berubin mosaik berjajar di tepi jalan, dahulu rumah-rumah ini merupakan rumah para bangsawan dan pedagang kerajaan.

Hari ini masih pagi, belum banyak toko kerajinan perak yang dibuka, beruntung supir taksi membelokkan kami dan kami bisa masuk ke Sekar Kedhaton, sebuah toko sekaligus tempat kerajinan yang unik, antik dan menarik. Aku bisa melihat pekerja membuat perhiasan atau souvenir perak dan juga kerajinan yang sudah jadi dengan harga yang bervariasi.



Made of Honor (2008)

Film ini tanpa sengaja aku tonton, akibat minum secangkir kopi di sore hari. Tepatnya pukul 23.00 dimulai, saat teman sekamar di hotel dalam kegiatan pembinaan MUK, sudah tertidur duluan. Ternyata tak menyesal pula menikmati film drama komedi ini, yang secara singkat mengisahkan tentang ….a guy in love with an engaged woman tries to win her over after she asks him to be her maid of honor…

 

Film yang disutradai oleh Paul Weiland pada tahun 2008 (duh sudah lama juga, kok aku bisa ga tau ada film sekocak ini ya) dengan dua penulis skenario yaitu Adam Sztykiel (screenplay), Deborah Kaplan (screenplay), dan dibintangi Patrick Dempsey (Tom), Michelle Monaghan (Hannah), Kelly Carlson, Busy Philipps dan Kevin McKidd (Collin).

Resensi film yang aku dapat dari hasil searching di internet adalah sebagai berikut disini

 

Cinta bisa tumbuh karena terbiasa bersama. Setidaknya itulah yang terjadi dengan Tom. Tom adalah seorang playboy yang sering gonta-ganti pacar. Wajah tampan dan postur atletis Tom selalu berhasil menggoda hati wanita-wanita yang ditemui Tom. Sebaliknya Hannah (Michelle Monaghan), sahabat karib Tom, adalah tipe wanita yang romantis dan mengharapkan datangnya pria yang selalu jadi impiannya. Hannah ingin segera menikah namun belum juga menemukan pria yang cocok dengan yang ia harapkan.

Suatu ketika, Hannah harus pergi ke Skotlandia selama 6 minggu, karena mendapat tugas dari tempat ia bekerja. Sejak kepergian Hannah, Tom merasa kesepian. Selama ini ia tidak pernah punya sahabat sebaik Hannah yang selalu siap menjadi teman buat Tom. Tom akhirnya sadar bahwa apa yang selama ini ia anggap hanya persahabatan ternyata adalah cinta. Yakin dengan apa yang ia rasakan, Tom pun berencana untuk menyampaikan ini pada Hannah sepulangnya dari Skotlandia nanti.

Sementara Hannah yang ada di Skotlandia bertemu dengan Colin McMurray, seorang jutawan asal Skotlandia sana. Dalam beberapa kali bertemu, hubungan mereka pun semakin akrab. Colin akhirnya mengungkapkan perasaan cintanya pada Hannah dan meminta Hannah agar menjadi istrinya. Ternyata Hannah pun merasakan hal yang sama dan bersedia menikah dengan Colin. Hannah bahkan berencana untuk menetap di Skotlandia setelah pernikahannya nanti.

Bukan main kecewanya Tom saat mendengar kabar ini. Hannah bahkan meminta Tom untuk menjadi pendampingnya saat pernikahan nanti. Dengan berat Tom mengabulkan permintaan sahabatnya ini walaupun Tom ternyata punya niat lain. Tom berharap dapat menghentikan pernikahan Hannah dengan hadir saat pernikahan nanti.

Ada kesan ‘dipaksakan’ saat menonton film ini. Akhir cerita sudah dapat ditebak dari awal kisah dan membuat durasi film sepanjang 90 menit lebih seolah hanya menunggu waktu saja. Karakter Tom pun seolah tak nyata. Bagaimana mungkin orang dengan tingkat egois setinggi Tom bisa berubah dalam waktu kurang dari 6 minggu sementara Hannah yang menghabiskan waktu 10 tahun mengharap cinta Tom bisa berubah dalam waktu kurang dari 6 minggu juga.

Walaupun begitu, kesan ‘hubungan’ yang terjalin antara Tom dan Hannah cukup meyakinkan dan enak ditonton. Untuk sekedar hiburan, film drama komedi ini memang lebih dari sekedar menghibur. Ada sebuah pesan tentang hubungan antar manusia yang coba disampaikan sang sutradara dan penulis naskah. (kpl/roc)

 

Sementara, aku sendiri berpendapat…alangkah indahnya jika aku mencintaimu dan takut kehilanganmu…mencintai seperti seorang sahabat, bisa berbagi apa saja bersama, bercanda dan tertawa bersama, melakukan segala sesuatu bersama dan bisa mengingat hal-hal yang indah untuk dikenang bersama.

Film yang sungguh manis.