Selamat Jalan Eyang BJ Habibie

Bangsa Indonesia kembali kehilangan seorang Putra Bangsa terbaiknya, Bapak (Eyang) BJ Habibie (Presiden Republik Indonesia yang ke-3).
hab

Aku tidak mengenal beliau secara pribadi. Namun sebagai salah seorang pegawai di lingkungan lembaga yang beliau bentuk, aku banyak mendengar dan mengenal beliau melalui cerita dari teman-teman dan pegawai senior.

Pernah beberapa kali mendengar pidato beliau pada acara-acara HUT BPPT. Pidato beliau selalu menginspirasi dan memberi semangat. Selalu. Kadang membuat kita, yang muda-muda, menjelang madya, ini menjadi malu dengan sang Founding Father yang terus semangat, berjalan dan berbicara di depan podium, di hadapan ribuan pegawai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Beliau tidak pernah kenal lelah dan otaknya selalu berpikir mengenai kondisi bangsa ini.

Pak Habibie adalah sosok yang cerdas dan itu diakui oleh banyak orang. Beliau juga sosok yang pemberani, berani mengatakan ya dan bertindak tanpa rasa takut kalau hal itu memang benar adanya. Pak Habibie sangat amat peduli pada perkembangan dan kemajuan pembangunan bangsa Indonesia. Bukan hanya infrastrukturnya tapi juga manusianya. Banyak sekali kata-kata yang membangun dari beliau untuk anak bangsa ini, agar mau belajar dan tidak bermalas-malasan, salah satunya.

Kecerdasan juga tidak cukup, harus diseimbangkan dengan cinta (kasih) dalam bentuk kepedulian. Bisa jadi kita cerdas tapi kita tak melakukan apa-apa untuk bangsa ini. Tidak ada gunanya bukan. Begitu kira-kira aku menerjemahkan pernyataan beliau ini, karena demikian sudah bentuk nyata beliau sebagai bapak bangsa.

Cinta dan Kecerdasan Harus Seimbang

“Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup”

Ada dua makna yang terkandung dalam tulisan di atas, yang pertama, kecerdasan akan menjadi berbahaya, bila tidak dinyatakan dalam bentuk kepedulian. Cerdas hanya untuk diri sendiri. Cerdas yang tak memberi dampak. Sedangkan yang kedua, segala sesuatu pasti ada ilmunya, bahkan cinta-pun apabila tidak ada ilmunya akan terasa hampa

Hanya Anak Bangsa Indonesia yang Berhak Membangun Indonesia

“Kalau bukan anak bangsa ini yang membangun bangsanya, siapa lagi? Jangan saudara mengharapkan orang lain yang datang membangun bangsa kita.”

Kepedulian ini beliau buktikan dengan banyaknya Program Pendidikan
Dalam dan Luar Negeri, yang beliau prakasai di masa lalu, seperti Beasiswa IPTN, Program Overseas Fellowship Program (OFP), Program Science and Technology for Industrial Development (STAID) dan masih banyak lagi.

Peluang-peluang mengenyam pendidikan untuk mencerdaskan dan memintarkan anak bangsa dilakukan beliau dalam satu karya nyata.  Anak bangsa berhak membangun bangsa. Berhak berarti memperoleh kesempatan, bukan hanya wajib. Karena suatu yang wajib, akan menyusul kemudian ketika seseorang yang telah dibiayai untuk bersekolah ke luar negeri dengan biaya Pemerintah, kembali ke tanah air atau berkarya dari mana pun, membangun untuk bangsa ini.

Beliau telah tiada di alam nyata, tapi semangatnya selalu ada memenuhi relung sanubari orang yang mengenal dan terinspirasi oleh beliau. Seorang teman, Indy Hardono,mengatakan dalam update statusnya pagi ini

“Orang besar adalah orang yang tidak mengenalmu tqpi ia mengubah hidupmu. Ia tak mengenalmu tqpi ia memgantarkammu menjemput mimpi mu. Semua memang berawal di akhir dan berakhir di awal. Seperti sering kau katakan. Selamat jalan Pak Habibie. Selamat kembali Ke Titik Awal”

Seorang teman yang lain bertanya, mengapa ia merasa begitu sedih, padahal tidak mengenal beliau, lalu aku menjawab :

Karena yang kita pelajari adalah softside beliau pak. Saya juga ga pernah ketemu langsung. Melihat juga dari jauh. Beliau di podium, saya di kursi auditorium. Kenal beliau dari teman2 lama dan pegawai senior, tapi rasanya beliau menginspirasi sekali dan selalu kena di hati. Selain itu, karena kita adalah karyawannya, kita berada di institusi yang beliau bangun, dari nol.

20190912_133628

Semoga Eyang (Bapak) Prof Habibie mendapat tempat terbaik di surga. Aamiin.. (11 September 2019)


Satu Tim, Satu Pikiran

Idealnya, seyogyanya, seharusnya…..sebuah tim ya seperti ini, tim merupakan kumpulan dari banyak orang (banyak tangan, banyak anggota tubuh), namun mempunyai satu pikiran, layaknya TUBUH.
 
Seluruh anggota tubuh dikendalikan oleh satu pikiran, menuju pada satu tujuan. Anggota tubuh tidak bergerak sendiri-sendiri. Bayangkan apa jadinya dengan anggota tubuh yang bergerak bersama, pada saat yang sama, tapi menuju ke tempat tujuan yang berbeda, atau bahkan tak tahu akan menuju kemana?
 
Inikah yang namanya sebuah tim mengalami “PERUBAHAN” ? 
Perubahan dengan bergerak bersama menuju satu arah tujuan, demikian sejatinya perubahan yang memberi manfaat pada organisasi dan anggotanya
 
“Change is worthless if it’s going in the wrong direction or may be there is no direction”
 
mind
#selfreminder thank you for the pict..

Pura Poten, Pura Masyarakat Suku Tengger Bromo

Setelah melihat sunrise di Pananjakan sejak subuh tadi, dilanjutkan ke Pasir Berbisik dan Padang Savana, perjalanan dilanjutkan ke lokasi wisata terakhir yaitu menuju Kawah Bromo. Di pelataran parkir beberapa ratus meter menuju kaki kawah, jeep sudah dilarang memasuki kawasan. Untuk mendekati kaki kawah dapat ditempuh dengan naik kuda dengan uang sewa sebesar Rp 100.000,- sampai dengan Rp 125.000,- tergantung kesepakatan dengan pemilik kuda.

Larangan kendaraan memasuki kawasan itu juga beralasan karena di kaki gunung tersebut terdapat Pura Luhur Poten, pura yang diagungkan menjadi tempat sembahyang masyarakat Tengger Bromo yang penduduknya mayoritas beragama Hindu.

Sebagai tempat ibadah, Pura ini mencapai puncaknya setiap tahun pada Perayaan Kasada. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Diawali dengan tata upacara di Pura, yang kemudian dilanjutkan ke Kawah Gunung Bromo. Setiap tahunnya, Upacara ini mengundang perhatian baik wisatawan asing dan domestik.


Padang Savana Bromo, Riwayatmu Kini

Setelah berpuas menikmati lautan pasi di Pasir Berbisik, kami melanjutkan perjalanan dengan konvoi jeep kami ke Padang Savana Bromo, yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit Teletubies. Mengapa disebut Bukit Teletubies tokoh kartun yang digemari banyak anak, mungkin karena Padang Savana Bromo ini sama juga kondisinya yaitu berupa padang rumput dengan bukit-bukit pepohonan di sekitarnya, kebanyakan pohon cemara dan pohon lamtoro.

Kesan pertama saat tiba disana yang kurasakan adalah padang savana ini sangat kering, namun memang bagus digunakan untuk mengambil gambar karena suasananya yang berbeda. Beberapa waktu setelah aku kesana (18 Oktober 2014) disiarkan dalam berbagai mass media terjadi kebakaran seluas 400 hektare yang dapat dibaca disini salah satunya dari Metro TV News. Sayang sekali ya. Dugaan sementara kebakaran terjadi karena ketidakpedulian pengunjung terhadap lingkungan dengan membuang puntung rokok di padang ini.

Padahal menurut informasi yang kuperoleh, dulu Padang Savana merupakan padang rumput hijau yang dipenuhi dengan tanaman jenis pakis, lavender, ilalang dan tanaman lain yang biasa tumbuh di wilayah tropis dan sub tropis.

Tanaman yang kutemui disana

Berfoto di Padang Savana

Setelah masing-masing meninggalkan jejak di Padang ini, kami pun melanjutkan perjalanan ke lokasi terakhir yaitu Kawah Bromo,

Padang Savana yang gersang dan kering ku tinggalkan dengan kesan yang dalam, sebelum mengetahui bahwa padang ini terbakar lagi minggu lalu, yang ternyata kasus kebakaran pada 2007-2011 sudah terjadi sebanyak 61 kali seluas 1.688,05 ha di Resort Tengger laut pasir, Ranupani, Ngadas, Senduro, Pasrujambe, Pananjakan, dan Coban Trisula. Kebakaran dan kerusakan wilayah ini tidak hanya merusakkan flora tapi juga kepunahan fauna, ditambah lagi kurangnya curah hujan di wilayah ini, menambah keprihatinan melihat wilayah ini.