RASA Bakery and Cafe, Tamblong

Hari kedua kami berada di Bandung, kami isi dengan banyak berjalan kaki sejak pagi, mulai dari bangun pagi berjalan di sekitar hotel, melewati Jalan Asia Afrika, Jalan Cikapundung Timur dimana loper koran banyak berkumpul disana, lanjut ke Jalan Naripan, Jalan Braga., Jalan Merdeka, Jalan Lembong, Jalan Telpon dan kembali ke hotel melalui Jalan Lengkong Besar.

Setelah sarapan di Hotel, kami berjalan-jalan di sekitar Jalan Riau, tempat beberapa Factory Outlet disana dan makan siang di Bandung Indah Plasa. Dalam perjalanan kembali ke Hotel, karena Bandung banyak menggunakan sistem satu arah kendaraan, kami melewati Jalan Tamblong dimana sebuah toko kue, rumah makan dan cafe yang menyajikan kuliner tempo dulu berada.

Nama tempat itu adalah RASA Bakery & Café yang berdiri pada tahun 1936, semula bernama Hazes, Pada tahun 1963, Hazes dibeli oleh Ny. Kamarga yang kemudian mengganti nama menjadi Rasa Bakery & Café dengan salah satu produk unggulannya yaitu ice cream buatan sendiri atau home made

Walau sudah berdiri puluhan tahun, Bakery dan Cafe yang serupa dengan Ragusa Italia di Jakarta dan Zangradi di Surabaya ini, tampak bersih dan modern walau kesan jadulnya tetap ada. Suasananya menyenangkan, tempatnya bersih tidak berdebu, pelayannya ramah dan siap membantu, juga makanannya enak-enak berdasarkan review dari beberapa orang yang pernah berkunjung kesana.

Karena kami baru saja makan siang, maka kami mencari yang ringan saja, yang pasti Ice Cream. Kami juga memesan Belgium Wafel dan beberapa potong pastry, yang sangat lembut dan enak sekali. Satu cup Ice Cream diberi harga Rp 12.000,- sesuailah untuk es seenak itu.

Selain makanan ringan seperti ice cram, cake, kroket, bitterballen, pizza dan mini lasagna serta aneka kue kering lainnya, RASA juga menyediakan menu sarapan pagi seperti laksa dan makanan utama lainnya seperti Sup Buntut dan Rawon.

Oh ya jika akan menuju ke tempat ini, dari arah Jalan Merdeka, lokasinya ada di sebelah kanan jalan, jadi bersiaplah mengambil jalur di sisi kanan. Tertulis ada papan nama “RASA Celebes” yang merupakan papan nama untuk menuju ke Rasa Bakery & Cafe dan Toko Olah raga “Celebes”. Selamat mencoba.

Rasa Bakery & cafe
Jl. Tamblong No.15
Bandung , Jawa Barat – Indonesia
Buka dari jam 08.00 sd jam 22.00
022 4205330


Review Hotel Ibis Style Braga Bandung

Setelah kami memutuskan memilih Jalan Braga sebagai wilayah liburan kami sekeluarga kali ini, aku kemudian searching hotel yang ada di sekitar Braga. Setelah mengetahui ada hotel Ibis disana dan membaca review dari beberapa orang yang pernah menginap, aku mencoba menghubungi teman yang bekerja di Ibis Gading Serpong. Teman disana memberitahuku PIC di Hotel Ibis Braga, oh ya jangan salah, di Bandung ada dua buah hotel Ibis, yang pertama Hotel Ibis Style Braga dan yang kedua adalah Hotel Ibis Trans Studio Bandung.

Tidak banyak referensi persisnya yang menggambarkan dan juga foto-foto mengenai situasi di Hotel Ibis Style Braga ini. Jadi memang lebih enak langsung berkomunikasi dengan pihak hotel. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan reservasi dua kamar yang berdekatan untuk dua malam karena jumlah kami 5 (lima) orang. Lalu pihak Hotel memberitahukan bahwa mereka punya tipe kamar Family Room, yang terdiri dari satu tempat tidur besar dan dua single bed di ruang yang berbeda, dengan TV di masing-masing ruang (yang sebenarnya tidak terlalu penting buat kami) serta sebuah kamar mandi di dalam kamar. Kami memilih tipe Family Room karena kami bisa satu kamar dengan anak-anak.

Namun sebagai catatan, Family Room yang berkapasitas 4 orang ini hanya menyediakan makan pagi dan handuk besar untuk dua orang saja. Jadi bagi keluarga yang tentunya lebih dari dua orang karena menyewa Family Room harap membawa persediaan handuk sendiri.

Hotel berlantai 12 ini memang baru dibuka pada tahun 2014, semuanya masih tampak bersih dan tertata rapi. Lobby tampak luas, dengan tersedia ruang duduk tamu, bar kecil dan ruang untuk melakukan akses internet, walau semua ruang terkoneksi dengan jaringan WiFi juga. Petugas mulai dari keamanan, di front office sampai office boy, semua tampak ramah dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Kamar kami berada di lantai 7, tepatnya di kamar 702, depan pintu lift. Kamar menghadap ke Jalan Asia Afrika, tepatnya persis menghadap ke Hotel Savoy Homann, Hotel tua yang mengalami renovasi beberapa kali sejak berdirinya pada tahun 1871. Jendela yang besar dan luas membuat ku dapat dengan lega memandang keluar jendela, mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam.

Kamar mandinya semi transparan walau tidak terlihat dari luar dan tidak mempunyai pengunci pintu.

Ruang makan untuk sarapan pagi tersedia di lantai 2, sebuah ruangan yang luas dan masih tertata dan terawat baik. Menu makan pagi standar seperti bubur ayam, nasi dan aneka lauk, roti,donat, telur bisa berupa omelet atau telur mata sapi, jus dan minuman hangat seperti kopi hitam, susu, teh dan lainnya, serta buah-buahan. Walau merupakan menu standard tapi boleh dikata semua makanan yang disajikan punya “rasa” yang enak.

Buat aku pribadi dan keluarga, hotel ini nyaman, tenang dan menyenangkan. Kami bisa beristirahat dengan tenang selama berada disana. Sayangnya tidak ada fasilitas olahraga dan kolam renang. Lokasinya juga dekat dengan banyak tempat. Kami hanya berjalan kaki menyusuri Braga, Asia Afrika, Cikapundung dan juga banyak makanan di sepanjang Asia Afrika yang tidak jauh dari hotel kami. Selamat mencoba dan berlibur bersama keluarga 🙂


Braga, The Bandung Heritage

Paling enak memang kalau diberi kejutan ya, walau kadang kejutan membuat kita kelabakan. Seperti kali ini dan memang seperti biasanya, suami jarang bisa punya perencanaan jangka panjang mengenai liburan mengingat kesibukan kerjanya. Tiba-tiba di suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, suami bilang, “saya mau liburan ke bandung.” oh iya iya, jawabku waktu itu karena sedang kondisi mau berangkat ke kantor. Pembicaraan dilanjutkan via BBM setelah tiba di kantor.

Singkat cerita, kami akan pergi ke Bandung selama 3 hari 2 malam, mulailah searching lokasi dan hotel yang memungkinkan, sesuai dengan budget dan tujuan perjalanan kami. Tujuan perjalanan kami kali ini hanya untuk sekedar santai saja, tidak ada rencana untuk belanja-belanja (walau belanja juga akhirnya 🙂 ) tapi lebih sekedar berganti suasana, mengingat padatnya kesibukan kami dan anak-anak pada dua bulan terakhir. Oleh karena itu, kami yang biasanya lebih sering menginap di daerah Lembang dan daerah Jalan Riau, maka kali ini kami memilih ke wilayah Jalan Braga, yang dikenal sebagai Pusat Perdagangan tempo dulu dan terkenal sejak masa pemerintahan Hindia Belanda.

Jalan Braga, yang pada awalnya merupakan sebuah jalan kecil dan sunyi menjadi jalan yang ramai karena banyak warga Belanda membuka usahanya dan mendirikan bangunan usaha disana. Bangunan-bangunan itu beberapa sudah berubah fungsi dari awal pembangunannya namun bangunan yang menjadi legenda jalan Braga tetap ada hingga saat ini, mulai dari LKBN Antara, Sumber Hidangan Bakery, French Bakery, Braga Permai, Gedung Merdeka, De Vries, bahkan hotel tempat kami menginap yang sebelumnya adalah Hotel Wilhelmina yang dibangun pada tahun 1919.

Menurutku, sepatutnya Braga memang terus dilestarikan sebagai Cagar Budaya Kota Tua, karena selain banyak bangunan tua yang dibangun di masa Hindia Belanda, di ujung jalan Braga terdapat Gedung Merdeka dimana Konferensi Asia Afrika yang menjadi tonggak perdamaian dunia diselenggarakan pada tahun 1955. Braga layak disebut sebagai salah satu The Bandung Heritage, yaitu warisan budaya masa lalu, yang patut dilanjutkan dan dilestarikan pada generasi berikutnya

Perjalanan selama 3 hari di Kota Bandung ini banyak kami isi dengan menjelajahi jalan-jalan di sekitar penginapan kami di Hotel Ibis Style Braga dengan berjalan kaki, yaitu Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika, yang dapat disimak di postingan berikut.