PSW Sola Gratia Goes To De Kuningan

Semula agak ragu untuk ikut jalan-jalan ini, ketika disebutkan kalau kami akan ke Kuningan, Jawa Barat. Mengapa ragu, karena pertama, aku sudah pernah ke sana bersama keluarga, kedua, tempat yang dikunjungi di Grage Sangkan, juga sudah pernah ke sana, bahkan menginap dan berendam air panas nya juga, ketiga, kotanya kecil, kalau mau eksplor daerah wisata, agak jauh-jauh dan jalannya sempit, lalu keempat, tujuan belanja ke Cirebon dihapus karena ada permintaan untuk pulang tidak terlalu malam. Hm, rasanya kok jadi sesuatu yang “B” aja alias biasa aja ya, tapi eh tapi, aku sudah nabung untuk jalan-jalan ini dan pasti akan jadi LUAR BIASA kalau bepergian dengan sista PSW Sola Gratia ini dan…..

…. akhirnya, dengan bis HORIZON kami sejumlah 18 orang menuju Kuningan, Jawa Barat.

Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat. Menurut Wikipedia, luasnya hanya 1.178,58 km2 dengan jumlah penduduk 1.198.814 orang. Kota dengan mayoritas penduduknya beragama Islam ini, tersebar di 32 kecamatan, 15 kelurahan dan 361 desa.

Kota ini dijuluki dengan sebutan Kota Kuda. Kuda dipilih sebagai ikon, karena dianggap sebagai hewan perwujudan dari Si Windu, kuda gesit milik keluarga Arya Kamuning, seorang pemimpin wilayah ini pada zaman Kesultanan Cirebon dan Pajang

Terkenal dengan wisata alam nya, terutama beberapa tempat yang mengalirkan sumber air panas, namun juga selain itu terkenal dengan seni budayanya terutama Tari Buyung dan Kuda Lumping, yang dikenal sampai ke mancanegara.

Kuningan juga dikenal sebagai tempat ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati, tahun 1946, pasca kemerdekaan. Perjanjian Linggarjati adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, kuningan, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia.

Kami berangkat pada hari Sabtu pagi, 6 Juli 2024, pukul 06.30 dari GKI Serpong menuju Kuningan, Jawa Barat, menikmati perjalanan dengan sarapan lontong atau arem-arem dan sosis solo karya bu Cath Dasih dan tahu kuning goreng nya bu Shakila, plus sambal kecapnya, beredar mengisi keriuhan perut kami.

Wisata Kuliner kami yang pertama di Arunika Eatery adalah sebuah tempat wisata alam dan kuliner yang mengedepankan vibes ala Jepang, mulai dari bentuk bangunan, konsep interior dan tamannya. Berada di ketinggian 1.100 mdpl, tentu terasa sejuk berada di tempat ini, apalagi saat kami datang, hujan deras sedang mengguyur.

Makanannya bervariasi dari makanan nusantara seperti rawon sampai ke masakan Asia. Aku sendiri memesan Nasi Ayam Masak Jahe dan Teh Kampul. Nasi Ayam Masak Jahe nya terasa enak dengan banyak bawang putih, namun jahe nya kurang terasa dan sayangnya kuahnya tidak hangat saat disajikan, mungkin jika menggunakan hot bowl, akan terasa lebih nikmat. Teh Kampul nya adalah teh manis dengan potongan buah jeruk, seperti lemon tea tapi lebih segar.

Selanjutnya, agenda kedua adalah menuju Grage Sangkan Hotel and Spa, tempat kami akan menikmati terapi kesehatan, yang disebut dengan Aqua Medic. Aqua Medic itu apa sih? Aqua Medic adalah fasilitas pemandian dan perawatan dengan air panas yang mengandung mineral atau terapi medis dengan air panas alami.

Elemen mineral yang terkandung didalamnya, diantaranya seperti Na, K, Ca, Mg, dan P, dan elemen renik, seperti I, Co, Fe, Zn, dan Cu. Sementara panas temperatur di kolam air panas tersebut diatur sama dengan suhu tubuh, antara 35 derajat – 38 derajat celcius. Sumber air panas berasal dari Gunung Ciremai.

Fasilitas Aqua Medic di sini, dirancang dengan teknologi canggih dari Jerman, menghasilkan 4 aspek dan 6 tahap treatment atau pengobatan, yakni, aspek Bio Chemical, apek Thermic, aspek Mechanical dan aspek Gravitasi.

Manfaat dari terapi air panas alami ini di antaranya, yaitu memperbaiki sirkulasi darah, pembongkaran timbunan bahan-bahan racun di otot, pengikisan plak kolesterol di pembuluh darah dan penghancuran lemak.

Selesai berendam, kami disuguhi air jahe dan pisang goreng, sebelum mandi dan berganti pakaian.

Selanjutnya, sebelum menuju hotel, kami menikmati makan malam di ALINDA Resto, yang letaknya pun tak jauh dari Grage Sangkan Hotel and Spa, dengan sajian ikan bakar dan ayam bakar, untuk menggantikan kalori kami yang sudah terkuras saat terapi air panas tadi, dengan nasi hangat, sambal yang katanya kurang pedas tapi pas menurut aku dan tentu saja teh tawar panas. Ah nikmat sekali bukan?

Tiba di hotel Grand Cordela, hotel bintang tiga yang terletak di Jl. Siliwangi No.91, Purwawinangun, Kec. Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45511, aku memilih beristirahat, ketimbang keluar lagi, setelah masuk kamar bernomor 234, sekamar dengan bu Eva Hutabarat. Selain lelah dan butuh meluruskan punggung, kota Kuningan juga masih diguyur hujan rintik sampai malam itu. Beberapa teman masih ada yang jalan-jalan mencari minuman hangat dan ngobrol di teras kamar.

Minggu, 7 Juli 2024, kami awali dengan sarapan pagi sebelum beribadah di GKI Kuningan, yang letaknya tepat di sebelah hotel, jadi kami berjalan kami menuju gereja.

Car Free Day diberlakukan di sepanjang jalan Siliwangi, ada kegiatan senam, tidak jauh dari hotel, dengan musik jedag jedug yang bingar mengajak bergoyang tapi apa daya, kami harus ibadah pagi. Selain senam, jalan pagi, juga ada aneka kuliner dan barang kebutuhan seperti pakaian, buah, sayur, diperjualbelikan di sepanjang jalan ini.

Bertepatan dengan Perjamuan Kudus Sedunia, kami beribadah di GKI Kuningan, bertema Keteguhan Seorang Pembawa Pesan, yang disampaikan oleh Bapak Pendeta Pramudya Hidayat. Puji Tuhan, berkesempatan berfoto bersama dengan Bapak Pendeta dan calon pendeta, Bapak Kenneth.

Selesai ibadah, dengan wajah penuh berkat dan kemuliaan Tuhan (Haleluya, Amin), kami menyusuri jalan menuju Alun-Alun Kota Kuningan.

Monumen Kilometer 0 Kuningan ini terletak di sebelah utara Taman Kota, seberang Masjid Agung Syiarul Islam, tepatnya berjarak sekitar 160 meter dari Tugu Titik Nol Kota Kuningan.

Kami sempat berkeliling naik delman, dengan biaya Rp 10.000,- per orang, mengulang pengalaman masa kecil, jadi menyenangkan buat kami, aku teringat lagu Naik Delman, “… pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka, samping pak kusir” haha, bukan mengingat naik delman, tapi aku malah jadi rindu Ayah.

Kami kembali ke hotel untuk bersiap check out, ada satu destinasi lagi yang akan kami kunjungi sekaligus Makan Siang, yaitu Pondok Cai Pinus. Oh ya BPH dan Panitia sangat berbaik hati menyediakan satu paket oleh-oleh, berisi rengginang, tape ketan, sale pisang, kremes ubi dan kerupuk opak.

Dalam perjalanan menuju Pondok Cai Pinus, dilakukan Voting apakah kami akan ke Batik Trusmi Cirebon atau tidak, 11 dari 18 orang plus pengemudi setuju kami menuju Cirebon, dengan catatan waktu makan siang dan waktu belanja yang dibatasi agar tetap bisa kembali ke Serpong tidak terlalu malam. Salut bu Ketua, demokrasi pun dijalankan di sini.

Puas makan siang, berfoto dan memesan nasi boks untuk makan malam di dalam bis, kami melanjutkan perjalanan ke Batik Trusmi Cirebon, yang kurang lebih ditempuh dalam waktu 1 jam.

Tiba di Batik Trusmi Cirebon, pukul 15.30, kami diberi waktu untuk cuci mata atau berbelanja selama 1 jam, namun karena terkendala dengan toilet dan antrian kasir yang panjang, akhirnya kami baru keluar dari tempat ini pukul 17.00.

Area yang luas dan lengkap, segala sesuatu berbau Cirebon ada di sini, termasuk empal gentong dan tahu gejrot dan juga bolu Cirebon yang sedang viral. Segala produk batik dari berbagai range harga, kualitas dan motif pun banyak pilihan. Di tempat ini, aku mendapat 3 potong celana batik seharga Rp 100.000,-, ikat kepala untuk si bungsu berkegiatan, 1 lembar kain batik murah meriah seharga Rp 60.000, 1 buah blus santai dan 2 slayer batik seharga Rp 29.000,- eh banyak juga ternyata ya, padahal niatan hanya cuci mata. Selain itu icip-icip tahu gejrot nya Bu Ruth dan bolu nya Bu Dame. Ah menyenangkan sekali.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami kembali ke Serpong, dengan perjalanan yang panjang dan melelahkan karena macet dan keterbatasan toilet di Rest Area, namun kami nikmati dengan penuh syukur dan sukacita. Tiba di GKI Serpong hampir sekitar pukul 22.30 dan masing-masing kami kembali ke rumah. Terima kasih untuk kasih setia Mu, Tuhan. Kami tiba dengan selamat.

Sedikit tambahan, selain permainan berupa Teka Teki dari Bu Ida, Tebak Rohani dari Bu Yovana juga ada menggambar Apel dan Ayam. Semula, aku mengira akan dipilih gambar yang terbaik, namun ternyata pertanyaan yang diajukan Bu Yovana adalah kemana arah daun dan tangkai serta paruh ayam yang kita gambar. Dari ilustrasi itu, Bu Yovana menghubungkan dengan firman Tuhan yang disampaikan dalam ibadah pagi hal Kebiasaan. Aku setuju, dengan memahami keterkaitan antara karakter, kebiasaan, dan sikap, seseorang dapat bekerja untuk mengembangkan diri secara holistik, memperkuat karakter positif, membangun kebiasaan baik, dan mengadopsi sikap yang konstruktif.

Kalau ditanya Pesan dan Kesan perjalanan ini (sudah ditanyakan di bis tapi aku lebih suka menuliskannya di sini), buat aku, perjalanan ke Kuningan (dan akhirnya ke Cirebon juga walau hanya kurang lebih 2 jam) adalah paket lengkap. Lengkap karena terdiri dari wisata kuliner, wisata kesehatan, wisata rohani, wisata sejarah, wisata alam, wisata belanja dan juga kesehatan mental, selain itu ada sesi semi psikologi juga didalam bis, walau semuanya ada dilakukan dalam porsi-porsi singkat, tapi lengkap, plus ditambah lagi canda tawa yang tak henti, tanpa baper (bawa perasaan) diantara kami, sebagai kuncinya.

Aku sebagai seorang yang tidak terlalu aktif (baca : pendiam… eaaa) sangat menikmati perjalanan dan terutama kebersamaan ini. Ngobrol-ngobrolnya, gelak tawa, nyanyi-nyanyi dan bahkan kesunyian pikiran kami masing-masing, sangat aku nikmati terutama dalam perjalanan pulang kami, dengan macet akhir pekan yang luar biasa itu.

Terima kasih kuucapkan pada BPH, Panitia Kecil, para Donatur Door Prize (bu Ida, bu Santi, bu Dameria dan BPH tentunya) dan para Fotografer (bu Merci, bu Airin dan bu Cath) serta teman-teman semua yang sudah ikut meramaikan suasana.

Bagi yang belum sempat bergabung, jangan berkecil hati, masih akan ada kebersamaan yang akan digelar BPH dan Panitia Kecil PSW Sola Gratia, yuk nabung dulu ya. Sehat-sehat semua ya, Tuhan memberkati. Amin.


Reuni PSDM UI X : Tiada Kesan Tanpa Kehadiranmu

Yess, akhirnya jadi juga kami pergi reuni ke Cirebon !! Begitulah kira-kira yang ada di benak kami para alumni PSDM FISIP Universitas Indonesia Angkatan X yang lulus tahun 2008-2009 sekian tahun lalu. Sebegitu girangnya kah ? Ya iyalah…karena setelah beratus-ratus kali batal eh (lebai) berkali-kali gagal berkumpul walau hanya untuk berbuka puasa bersama.

Setelah 7 tahun...nambah bobot

Setelah 7 tahun…nambah berbobot

Akhirnya bisa juga kami berangkat hanya dalam gebrakan dua minggu saja dari Ketua Panitia, mas Henky Hidayat dan Tuan Rumah eh Nyonya Rumah yang Nona, halah apa ini, mbak Nona Putu maksudnya, yang langsung memesan tiket kereta api, booking hotel, sewa mobil dan menyusun ittenary, jadilah kami ber-12 kumpul bersama.

Tiba di Cirebon

Tiba di Cirebon

Dua belas orang dari 24 alumni, berarti sudah 50% dari kami akan berkumpul di Cirebon. Berawal dari Gambir, kami berangkat dengan kereta api menuju Cirebon. Sungguh rasanya mengharukan bisa bertemu akhirnya, walau tidak lengkap. Perjalanan Jakarta menuju Cirebon yang menempuh waktu kurang lebih 2 jam 30 menit, kami isi dengan bincang-bincang sambil ngemil dan membalas jam tidur kami yang berkurang karena berangkat pagi hari ke Stasiun.

 

Antri di Nasi Jamblang Ibu Nur...wajah lapar ?

Antri di Nasi Jamblang Ibu Nur…wajah lapar ?

Sesuai ittenary, reuni kami memang “hanya” diisi dengan kuliner cemilan dan belanja batik. Jadi setelah kereta sampai di Cirebon dan kami disambut rekan kami Nona, maka kami langsung diajak menuju ke Rumah Makan Nasi Jamblang Ibu Nur, padahal waktu baru menunjukkan pukul 10.30 lho, cemilan pertama…..Nasi Jamblang

Ini pesananku....

Ini pesananku….

Iya ini pesananku….hm porsi nasinya kecil (ngeless dot com) jadi minta dua porsi, plus tahu sepotong, perkedel imut satu, terong balado bagi dua sama bu Ita dan cumi dipotong-potong, dimakan ramai-ramai….nah imut kan, cocok buat cemilan 😀

lihat, pilih, taruh, lihat, pilih, beli....Batik Hafiyan Lega bisa ngeganjel perut (maklum hanya cemilan), adalah tenaga buat ngacak-ngacak kain batik di Batik Hafiyan di Kampung Batik Trusmi. Kalaaaap….mau yang murmer Rp 100.000,- untuk 3 lembar, sampai yang ratusan ribu juga ada. Sesuai tujuan semula, selain beli yang murmer dan satu lembar kain Dobi, aku juga milih satu kemeja buat suami….ehm supaya exit permit berjalan lancar 🙂

Empal Amarta

Empal Amarta

Walau belum puas benar, tapi apa daya toko Batik Hafiyan semakin banyak pengunjung, juga para alumni kaum Bapak mulai bosan menunggu, kami sepakat lanjutkan perjalanan, kemana ? menuju cemilan kedua, yaitu Empal Gentong Amarta. Niat pertama saat masuk ke rumah makan ini adalah makan empal gentong dengan lontong saja. Namun setelah duduk manis di lantai dua, pelayan memberi info kalau lontong habis. Baiklah, diganti nasi saja mbak, setengah porsi. Saat piring nasi setengah porsi disajikan, beberapa wajah tampak kecewa, karena porsi imut tadi, akhirnya setengah porsi menjadi sekian porsi, apalagi ditambah dengan bau daging sate kambing yang begitu menggoda….

Empal Gentong

Empal Gentong

e2

Sate Kambing….oh

Di rumah makan ini, menyediakan dua macam empal, yaitu empal gentong dan empal asem. Empal Gentong hampir sama dengan soto daging (atau jerohan) bersantan, sedangkan Empal Asem hampir mirip dengan asem-asem daging (atau jerohan) dengan kuah bening. Buat aku, sate nya yang ga nahanin, empuk dengan gajih (lemak) bening….uh kolesterol mana tahan 😉 lupakan kata teman-teman, ada lipitor…

Perut kenyang, hati senang, rencana selanjutnya menuju ke Kesultanan Cirebon. Dengan dipandu pemandu yang masih kerabat keluarga Sultan, kami berkeliling kedalam Kesultanan, mulai dari Bale Pertemuan, sampai ke Museum dan Sumur Agung.

Berfoto di depan Kereta Sultan

Berfoto di depan Kereta Sultan

Cukup lelah dengan perjalanan sampai dengan sore ini, kami menuju hotel Bentani, untuk check in dan beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan makan malam di Salt Resto Seafood di daerah Geronggong

r7Kami mengakhiri malam reuni ini, dengan berkaraoke di Inul Vista, walau dengan perut kenyang dan sempoyongan setelah menikmati kepiting lada hitam dan es campur sempoyongan, jagonya Salt Resto 🙂

Akhirnya pagi pun tiba, waktunya check out. Pukul 10.00 kami berkumpul di lobi setelah sarapan pagi dan ngobrol banyak hal di ruang makan hotel

r9Destinasi pertama sebelum pulang adalah sarapan kedua di Empal Gentong Bu Darma, yang rencananya dinikmati dengan lontong, namun ternyata lontong juga hanya ada tiga porsi, jadilah kembali menikmati empal gentong dengan nasi (lagi) 😀

 

r10Perjalanan dilanjutkan membeli oleh-oleh di Toko DAUD, disana tersedia berbagai pilihan khas Cirebon seperti sambal nasi Jamblang, sambal ikan jambal roti, bumbu empal gentong, tape ketan Sari Wangi, teh Upet dan sirup Cimpolay. Juga tersedia paket mangga gedong dan tahu gejrot.

Karena masih ada banyak waktu untuk ke Stasiun, Pak Cepy yang mengantar jemput kami, menyarankan untuk mampir di Rumah Kerang Multi Dimensi, wah benar-benar surprise dengan produk kerajinan yang ada disana, mulai dari aksesoris perhiasan ukuran kecil sampai tempat tidur ukuran besar, semua terbuat dari kerang ada disana.

Rumah Kerang

Rumah Kerang

Akhirnya waktu pula yang mengakhiri Reuni yang penuh canda sepanjang perjalanan ini, kami harus berpisah dan kembali ke Jakarta dengan kereta api menuju Stasiun Gambir. Mohon maaf lahir batin jika ada canda dan salah tindak selama pertemanan, reuni perlu dihadiri untuk mengingat bahwa bersama teman-teman inilah kami pernah berjuang mengerjakan tugas yang diberikan para dosen di perkuliahan di kelas PSDM FISIP Universitas Indonesia, lulusan tahun 2008-2009.

Bye bye Cirebon

Bye bye Cirebon

Sampai jumpa lagi di Reuni berikutnya, yang lebih ramai, lebih banyak, lebih heboh dan lebih seru. Semoga kita semua diberi kesehatan dan panjang umur serta waktu untuk bertemu lagi 🙂

Foto2 : Pribadi n P Pupung