The Colours of Ubud Market

Ubud Art Market is located in the center of Ubud, not far from Puri Saren. Ubud Market was the center of attention because there are all kinds of art goods there. Art goods are paintings, garments, handicrafts, blankets, bed covers, cloths, tenun ikat, wood carving, stone carving, metal ornaments, leather bags and much more, there. It’s interesting, all in beautiful color diversity.

The market is open from early morning until 18.00. If you want to shop there, you should bargain price offered by the seller. I like to be there but tired of bargaining 🙂 just enjoy it ….


Keindahan Terasering di Tegalalang

Terasering adalah lapisan tanah pertanian yang dibuat bertingkat-tingkat, dibuat secara alami ataupun mengikuti kontur tanah yang ada. Selain mencegah longsor, pembentukan terasering ini juga memudahkan sistem pengairan lahan pertanian yang ada karena sesuai sifatnya air akan mengalir ke bawah.

Ada banyak Terasering di Bali, salah satunya yang dimanfaatkan menjadi Obyek Wisata adalah Terasering di wilayah Tegalalang. Awal mulanya tempat ini tidak seramai sekarang, namun karena banyak wisatawan manca negara mengganggap ini sebagai sesuatu yang unik dan khas dari Ubud, maka tempat ini menjadi ramai dikunjungi. Ditambah lagi suasananya mendukung untuk sekedar leyeh-leyeh, duduk santai sambil ngopi atau makan ice cream.

Letaknya di Utara Bali, jika berkendaraan dari Pasar Ubud, maka hanya memakan waktu sekitar 30 menit saja. Sepanjang perjalanan, akan banyak ditemui tempat industri kerajinan, mulai dari logam, kayu dan patung bahkan juga lukisan

Masalah yang sama dengan banyak obyek wisata di Bali, lahan parkir menjadi salah satunya. Kendaraan diparkir di tepi jalan

Banyak tempat peristirahan dibuat di sepanjang Jalan Tegalalang ini, sehingga selain menikmati pemandangan dan hiking di pematang sawah, kita juga dapat memuaskan keinginan untuk berkuliner.


Nuansa Alam Ubud di ARMA

Agung Rai Museum of Art (ARMA) adalah Museum Seni yang didirikan Agung Rai di wilayah Pengosekan, Ubud, Bali. Museum ini selesai didirikan pada 27 Desember 1989 dan dibuka secara resmi pada tanggal 9 Juni 1996 oleh Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada masa itu

Ada banyak Museum Seni di Bali, lalu mengapa memilih ARMA untuk dikunjungi ? ARMA dibangun di lokasi dengan kontur tanah yang naik turun dan memiliki nuansa alam Ubud. Bukan hanya lukisan dan patung seni bisa dinikmati disana, tapi juga landskap kebun dan tamannya yang tertata rapi.

Setelah membayar tiket masuk Museum seharga Rp 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah), aku mulai merasakan hawa yang berbeda, suasana yang nyaman, suara burung-burung memecah keheningan siang itu, kebun yang begitu luas dengan tanaman anggrek yang ditempel pada pohon-pohon yang aku lalui bersama suami berdua saja.

Angin semilir bertiup, sama seperti beberapa Museum Seni yang sebelumnya aku kunjungi, tempat ini begitu tenang dan sepi padahal banyak orang datang tapi sepertinya tak seorangpun ingin mengganggu ketenangan satu sama lain dalam menikmati alam Ubud di ARMA ini. Kami mulai memasuki satu per satu bangunan yang ada untuk melihat lukisan yang dipamerkan di ARMA.

Museum Arma Ubud, memiliki lukisan dari berbagai aliran seni lukis yaitu Lukisan Kamasan, Lukisan Pre War, Lukisan dari orang Eropa yang tinggal di Bali dan Lukisan dengan aliran modern traditional. Yang dapat dilihat beberapa di link berikut ini.

Puas melihat lukisan, kami berjalan memasuki wilayah Resort yang resmi didirikan pada tahun 1982 dengan 15 kamar dengan nama “Puri Indah” yang berarti Indah Palace. Pada tahun 1995 Puri Indah berubah menjadi “Kokokan Hotel”. Pada tahun 2002 berubah menjadi “ARMA Resort” dengan tambahan 8 buah vila mewah. Total akomodasi menjadi 23 unit.

ARMA resort dibangun sebagai penggalangan dana untuk museum. Oleh karena itu kontribusi Anda dan mendukung sangat dihargai untuk program pelestarian seni dan budaya di bawah ARMA Foundation.

Hamparan padi di sawah yang masih menjadi bagian dari ARMA ikut menjadi perhatian kami, demikian juga restoran yang terletak di tepi sawah dengan pemandangan menghadap kesana. Puas menikmati lukisan dan berkeliling didalam ARMA, kami pun beranjak pulang. Namun penjaga tiket masuk mengingatkan kami bahwa tiket yang sudah dibeli tadi dapat ditukar dengan secangkir kopi atau teh. Waah siapa yang mampu menolak ?

Kami berdua melangkah kedalam Cafe ARMA menikmati secangkir kopi Bali yang panas menghilangkan penat dan seporsi tahu isi untuk cemilan menjelang makan siang.

Berkunjunglah kesana, kalaupun anda tidak menyukai lukisan atau barang seni, kita dapat menikmati suasana alam Ubud yang begitu tenang dan nyaman.


Monkey Forest Ubud – Mandala Wisata Wenara Wana

Monkey Forest atau Hutan Kera di Padangtegal, Ubud adalah cagar alam diatas tanah seluas 27 hektar yang melindungi sekitar 200 an kera jenis ekor panjang. Tempat ini dikenal juga dengan nama Mandala Wisata Wenara Wana.

Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000,- per orang, aku memasuki hutan yang dipenuhi sekitar 115 jenis pohon besar.

Jika ingin memberi makanan pada kera yang ada disana, pengunjung dapat membeli pisang atau ubi yang ada didalam. Namun mesti berhati-hati saat memberikan pada kera tersebut, jika mengalami masalah dapat memanggil pemandu yang banyak berada didalam hutan.

Di dalam Ubud Monkey Forest terdapat Pura Dalem Agung Padangtegal serta Pura Madia Mandala, di mana terdapat sebuah kolam suci dan candi lainnya yang digunakan untuk upacara kremasi.

Ulah lucu para kera

Cagar alam yang dimiliki penduduk Desa Padangtegal ini, dikelola oleh Yayasan Wenara Wana Padangtegal yang wajib menjaga kesakralan cagar alam ini dan juga mempromosikannya sebagai obyek wisata di Ubud.