Apa rasanya bertemu dengan seseorang, yang sudah lama menunggu saat bertemu ? Yang selama ini hanya mampu membayangkan dirinya dan berkomunikasi dalam surat saja ? Apa rasanya bertemu, bercakap-cakap dan juga dapat memeluknya erat ? Dapatkah kamu merasakah hal itu saat ini ? Pertemanan yang terpisah oleh jarak dan waktu, untuk berkirim suratpun memerlukan proses yang panjang dan lama, juga bertahap, akhirnya dapat memjadi sebuah pertemuan tatap muka di hari yang telah ditentukan bersama. Sungguh mengharukan buat ku, namun tak mampu mengungkapkannya saat itu, akhirnya menjadi tetesan air mata saat wawancara terjadi. Apakah aku melankolis atau terharu terbawa suasana ? Ntahlah, aku memang mudah tersentuh dengan hal seperti itu.
Itulah yang terjadi saat aku bertemu dengan anak binaan ku di lokasi PAUD Senandung Sindu Tawang. Aku bertemu dengan 2 (dua) dari tiga anak binaanku. Dua anak binaanku ada di Singkawang dan satu lagi ada di Sambas. Kali ini, di Singkawang, akhirnya aku dapat bertemu Marshanda Lala dan Soni Wisono yang ditemani Ibunya. Mereka begitu kecil dari usianya dan begitu diam saat itu, mungkin masih malu karena baru bertemu.
Bertemu pertama kali, tentu menjadi canggung buat anak seusia mereka, itupula yang aku usulkan kepada WVI Officer agar dibuat semacam permainan atau bentuk keakraban yang lain sehingga terjadi interaksi yang baik antara anak dan sponsor pada pertemuan pertama ini.
Marshanda Lala, adalah anak binaan ku yang ke-3, aku baru mensponsori dia di awal tahun 2012, berusia 9 tahun, duduk di kelas 3 SD, bercita-cita menjadi guru, menyukai pelajaran Matematika dan IPA. Ayahnya baru saja meninggal satu tahun yang lalu, ibunya bekerja sendiri di ladang. Jadi sepulang sekolah Lala akan membantu ibunya di ladang setelah itu belajar atau bermain bersama teman-temannya. Lala mempunyai seorang kakak dan seorang adik. Ia tampak cerdas dari bola matanya dan keberaniannya untuk menjawab. Oh ya seperti anak bungsuku, ternyata Lala juga kidal atau suka menggunakan tangan kiri untuk menulis.
Sedangkan Soni Wisono, adalah anak binaan ku yang ke-2, usianya baru 6 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SD, dari anak ini, aku malah tidak mendengar sepatah kata jawabanpun. Karena ia ditemani ibunya, maka aku banyak bercakap-cakap dengan ibunya. Soni, seperti kebanyakan anak di desanya, juga membantu orangtuanya untuk memberi makan ternak (babi) setelah pulang sekolah. Soni mempunyai seorang kakak.
Aku mengikuti sponsor visit ini memang tidak semata-mata hanya ingin bertemu mereka keduanya, karena aku amat sangat menyukai anak kecil, jadi aku sangat menikmati perjalananku bersama WVI kali ini. Ini juga yang membuat WVI menjadi berbeda dengan sistem donasi di tempat lain karena sistem yang digunakan oleh WVI bukan memberi uang secara langsung kepada anak binaan, tapi uang dari semua sponsor di wilayah itu dikumpulkan untuk membangun sesuatu yang berguna untuk wilayah tempat tinggal anak tersebut, misal berdirinya tempat pendidikan anak usia dini, dibangunnya sarana air bersih, pembelian ternak, yang dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh anak tersebut tapi juga anak-anak lain disana.
Lihatlah wajah keceriaan mereka, yang mungkin belum pernah difoto atau bergambar bersama, sehingga mereka saling dorong agar dapat berdiri paling depan kamera, mereka yang belum pernah bertemu dengan kami, mereka polos dan lugu, aku sekali lagi amat sangat bersyukur bisa berada disana, mengamati kelucuan wajah anak-anak, yang hanya menurut saja, bagaimana orang tua akan membentuk dan melangkah membawa mereka kedalam hidup yang lebih baik.
Aku memohon di masa yang akan datang, kalau Tuhan mengijinkan, aku ingin dapat memberikan donasi ke lebih banyak anak di Indonesia dan mengajak lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan anak bukan saja hanya menjadi tanggungjawab Pemerintah, tapi juga menjadi tanggungjawab kita semua untuk berbagi agar mereka memiliki kehidupan yang lebih baik.
Pesanku kepada dua anak binaanku adalah agar mereka rajin belajar dan patuh kepada orang tua. Satu doa dan janjiku dalam hati, yang tak mampu aku ucapkan adalah Tuhan, aku ingin bisa bertemu mereka lagi….mampukan aku