Melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi.
Maaf adalah pengakuan atas kesalahan.
Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan adalah sebuah kewajiban
Memaafkan adalah penghargaan atas pengakuan kesalahan. Memaafkan adalah juga salah satu sifat Allah yang Maha Pengampun.
Postingan ini bisa dilihat dari dua sisi. Aku sebagai pelaku alias orang yang bersalah dan aku sebagai seorang yang harus memaafkan orang lain. Kedua sisi ini bukan berada dalam posisi yang enak. Yang enak adalah tidak pernah berbuat salah dan tak pernah menyalahkan orang lain. Tapi mana ada orang yang tidak pernah berbuat salah? setiap orang tidak pernah luput dari namanya kesalahan. Dosa dari turunan nenek moyang saja sudah melekat pada kita bukan.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah berbuat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam perjalanan pulang ke rumah libur Paskah yang lalu, kakak tengah bercerita panjang lebar tentang kesalahan-kesalahan saya sebagai orang tua (aka Ibu) di masa lalu. Kesalahan yang sama sekali tak aku sadari karena aku menganggap semua yang aku lakukan adalah untuk sebuah tujuan kebaikan. Dengan amat berat hati karena menganggap itu benar, aku (tentunya diawali dengan argumentasi bahwa aku menganggap itu benar), akhirnya aku meminta maaf dan mengaku salah. Salah sebagai orang tua, salah sebagai seorang Ibu, yang kadang mementingkan tercapainya sebuah tujuan tanpa melihat bahwa proses mencapai tujuan itu menimbulkan luka pada anak-anak ini. Itu sebuah contoh dalam keluarga. Rasanya, aku punya juga kesalahan lain dalam interaksi dengan orang lain, baik dalam keluarga maupun di tempat pekerjaan.
Selanjutnya, jika ada orang lain yang berbuat salah padaku. Sebisa-bisanya aku memaafkan dan melupakan kesalahan itu, baik ketika orang tersebut meminta maaf maupun tidak. Tapi banyak kejadian, ada orang yang mengatakan, “aku memaafkan tapi aku tidak akan melupakan” wah sebenarnya itu akan menjadi akar pahit dan penyakit jika terus diingat-ingat ya. Memaafkan kesalahan orang lain tentu juga buat hal yang mudah. Tapi dengan mengingat bahwa siapalah kita ini, yang tak luput dari kesalahan. Dan mengingat juga bahwa kita punya Allah yang Maha Pengampun dan telah mengampuni dosa-dosa kita. Itu membuat kita “lebih” mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Hal lain, yang lebih lebih sulit, adalah memaafkan diri sendiri. Bisa jadi orang lain, bahkan Tuhan pun sudah, memaafkan kesalahan kita, tapi kita sendiri terus sesal dan menyesali kesalahan kita. Itu butuh healing untuk mengobati luka itu.
Tapi…. kalau ada orang yang ga pernah ngaku salah, gimana ya? Mungkin kita yang salah karena berpersepsi bahwa itu sebuah kesalahan….. jadi ya #dijogetiaja sambil ingat lirik lagunya Didi Kempot (alm)
Wong salah ora gelem ngaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sek betah
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Kowe selak golek menangmu dewe
Tak tandur pari jebul tukule suket teki
#suketteki #dirumahaja