Bertemu dalam Kebaikan

Apa rasanya bertemu dengan seseorang, yang sudah lama menunggu saat bertemu ? Yang selama ini hanya mampu membayangkan dirinya dan berkomunikasi dalam surat saja ? Apa rasanya bertemu, bercakap-cakap dan juga dapat memeluknya erat ? Dapatkah kamu merasakah hal itu saat ini ? Pertemanan yang terpisah oleh jarak dan waktu, untuk berkirim suratpun memerlukan proses yang panjang dan lama, juga bertahap, akhirnya dapat memjadi sebuah pertemuan tatap muka di hari yang telah ditentukan bersama. Sungguh mengharukan buat ku, namun tak mampu mengungkapkannya saat itu, akhirnya menjadi tetesan air mata saat wawancara terjadi. Apakah aku melankolis atau terharu terbawa suasana ? Ntahlah, aku memang mudah tersentuh dengan hal seperti itu.

Itulah yang terjadi saat aku bertemu dengan anak binaan ku di lokasi PAUD Senandung Sindu Tawang. Aku bertemu dengan 2 (dua) dari tiga anak binaanku. Dua anak binaanku ada di Singkawang dan satu lagi ada di Sambas. Kali ini, di Singkawang, akhirnya aku dapat bertemu Marshanda Lala dan Soni Wisono yang ditemani Ibunya. Mereka begitu kecil dari usianya dan begitu diam saat itu, mungkin masih malu karena baru bertemu.

Bertemu pertama kali, tentu menjadi canggung buat anak seusia mereka, itupula yang aku usulkan kepada WVI Officer agar dibuat semacam permainan atau bentuk keakraban yang lain sehingga terjadi interaksi yang baik antara anak dan sponsor pada pertemuan pertama ini.

Marshanda Lala, adalah anak binaan ku yang ke-3, aku baru mensponsori dia di awal tahun 2012, berusia 9 tahun, duduk di kelas 3 SD, bercita-cita menjadi guru, menyukai pelajaran Matematika dan IPA. Ayahnya baru saja meninggal satu tahun yang lalu, ibunya bekerja sendiri di ladang. Jadi sepulang sekolah Lala akan membantu ibunya di ladang setelah itu belajar atau bermain bersama teman-temannya. Lala mempunyai seorang kakak dan seorang adik. Ia tampak cerdas dari bola matanya dan keberaniannya untuk menjawab. Oh ya seperti anak bungsuku, ternyata Lala juga kidal atau suka menggunakan tangan kiri untuk menulis.

DSCN6570

Sedangkan Soni Wisono, adalah anak binaan ku yang ke-2, usianya baru 6 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SD, dari anak ini, aku malah tidak mendengar sepatah kata jawabanpun. Karena ia ditemani ibunya, maka aku banyak bercakap-cakap dengan ibunya. Soni, seperti kebanyakan anak di desanya, juga membantu orangtuanya untuk memberi makan ternak (babi) setelah pulang sekolah. Soni mempunyai seorang kakak.

DSCN6577-1

Aku mengikuti sponsor visit ini memang tidak semata-mata hanya ingin bertemu mereka keduanya, karena aku amat sangat menyukai anak kecil, jadi aku sangat menikmati perjalananku bersama WVI kali ini. Ini juga yang membuat WVI menjadi berbeda dengan sistem donasi di tempat lain karena sistem yang digunakan oleh WVI bukan memberi uang secara langsung kepada anak binaan, tapi uang dari semua sponsor di wilayah itu dikumpulkan untuk membangun sesuatu yang berguna untuk wilayah tempat tinggal anak tersebut, misal berdirinya tempat pendidikan anak usia dini, dibangunnya sarana air bersih, pembelian ternak, yang dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh anak tersebut tapi juga anak-anak lain disana.

Lihatlah wajah keceriaan mereka, yang mungkin belum pernah difoto atau bergambar bersama, sehingga mereka saling dorong agar dapat berdiri paling depan kamera, mereka yang belum pernah bertemu dengan kami, mereka polos dan lugu, aku sekali lagi amat sangat bersyukur bisa berada disana, mengamati kelucuan wajah anak-anak, yang hanya menurut saja, bagaimana orang tua akan membentuk dan melangkah membawa mereka kedalam hidup yang lebih baik.

IMG01062-20120901-1021

IMG01060-20120901-1021

Aku memohon di masa yang akan datang, kalau Tuhan mengijinkan, aku ingin dapat memberikan donasi ke lebih banyak anak di Indonesia dan mengajak lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan anak bukan saja hanya menjadi tanggungjawab Pemerintah, tapi juga menjadi tanggungjawab kita semua untuk berbagi agar mereka memiliki kehidupan yang lebih baik.

Pesanku kepada dua anak binaanku adalah agar mereka rajin belajar dan patuh kepada orang tua. Satu doa dan janjiku dalam hati, yang tak mampu aku ucapkan adalah Tuhan, aku ingin bisa bertemu mereka lagi….mampukan aku


Indahnya Desa Pak Calvin

Pukul 22:17, kami baru saja selesai dari pertemuan dan makan malam di Balai Desa, dengan diantar oleh Fergus, kami para wanita menuju rumah pak Calvin untuk menginap malam itu. Pak Calvin adalah staf ADP yang ditempatkan di Singkawang. Bu Calvin, seorang ibu yang sangat ramah dan pandai memasak, beliau juga ikut sibuk menyiapkan makan malam kami.

DSCN6708

Jalan menuju rumah pak Calvin sangat dekat dari Balai Desa, tapi karena gelap dan jalannya agak berbatu, disertai lolongan anjing depan rumah pak Calvin, maka perlu ada yang mengantar dan menerangi jalan dengan senter dan itulah dia, Fergus 😀

DSCN6711

Kami berterimakasih sekali bisa tinggal di rumah pak Calvin, karena kami bisa tinggal disana dengan suasana desa tapi fasilitas kota 🙂 yang maksudnya yaitu pakai kamar mandi didalam rumah….hehe, kata anak-anakku, mama curang, mestinya mandi di sungai dong …. ooh Puji Tuhan, tidak perlu sekarang mandi di sungai nya. Kami para wanita, yang jumlahnya 9 orang tidur beralas tikar di ruang tamu dan ruang keluarga pak Calvin. Badan kami memang sudah cukup lelah sehari itu, sehingga setelah lampu dipadamkan, kami tidur dengan mimpi kami masing-masing.

Tidur malam kami diiringi dengan keheningan, suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing. Subuh, aku terbangun dengan cicitan suara anak babi yang dipelihara keluarga pak Calvin. Siapa yang belum pernah mendengar suara anak babi ? Siapa bilang suara anak babi mengorok ? oh tidak ternyata, suaranya mencicit dan kadang melengking tinggi.

Kami mulai bergantian untuk mandi dan selesai mandi sebelum sarapan di Balai Desa, aku mencoba berjalan di sekitar rumah pak Calvin, dan apa yang aku lihat ? Pemandangan dan suasana desa yang begitu indahnya.

Rumah pak Calvin
http://i1247.photobucket.com/albums/gg634/dlaraswatih/pak%20calvin/DSCN6718-1.jpg

DSCN6729

DSCN6730

DSCN6727

DSCN6728

DSCN6726

DSCN6735

Banyak warga yang memelihara ternak, ada yang meletakkan hewan ternaknya dibawah rumah, tapi ada juga yang disamping rumah bahkan di seberang rumah, tingkat kesadaran terhadap kesehatan sudah mulai tampak di tempat ini. Pagi hari biasanya ternak dilepaskan di halaman rumah, jadi jangan terkejut kalau melihat ternak berlarian di depan kita.

DSCN6733

DSCN6731

DSCN6732

Berada disana, mengingatkan aku pada lagu kesukaan di masa kecilku

Kemarin paman datang,
pamanku dari desa.
Dibawakannya rambutan,pisang
Dan sayur mayur segala rupa
Bercrita paman tentang ternaknya
Berkembang biak semua

Padaku,paman berjanji
Mengajak libur didesa
Hatiku girang tidak terperi
Terbayang sudah aku disana
Mandi disungai,turun kesawah
Menggiring kerbau kekandang

Semoga memang beginilah adanya desa ini, anak-anak berangkat ke sekolah di pagi hari, orang tua berangkat ke ladang dengan memberi makan ternak sebelumnya…. dan desa ini akan melahirkan anak-anak Indonesia yang mandiri


Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang

Tidak jauh dari tempat aku menginap di Hotel Sentosa, terdapat sebuah Vihara yang konon kabarnya merupakan vihara tertua di kota Singkawang dan diperkirakan berusia sekitar 200 tahun. Pagi itu sebelum berangkat melakukan kunjungan, aku dan temanku, bu Lena berjalan dari hotel mengunjungi tempat ini. Vihara terletak di pusat kota, di Jalan Pasar Tengah (Jalan Sejahtera Singkawang).

DSCN6461

Sudah tampak kesibukan terjadi di sepanjang pagi itu disana, beberapa orang menurunkan bahan makanan, membakar dupa, bahkan juga sudah ada yang bersembahyang disana. Dengan memohon ijin, aku mengambil beberapa gambar didalam Vihara.

DSCN6466

lilin besar yang selalu menyala

DSCN6465

siap dibakar oleh pengunjung yang akan sembahyang di Vihara
DSCN6463

Nuansa sakral sangat terasa didalam Vihara tertua di Singkawang ini, yang walau pernah mengalami renovasi di tahun 1936, tetap menjadi ikon dan legenda kota ini.


Sponsor Visit, Hari ke-2 : Bagaksahwa, Sindu, Tawang, Polongan

Jumat, 31 Agustus 2012, setelah sarapan dan pengarahan singkat di depan pintu hotel Sentosa oleh ADP Officer di Singkawang, kami berangkat meninggalkan hotel pada pukul 08.30 untuk memulai kegiatan kami para sponsor dan WVI Officer hari itu.

Kegiatan pertama yang akan kami lakukan adalah mengunjungi sebuah sekolah dasar SDN 02 di Bagaksahwa, Singkawang Timur untuk melihat bagaimana implementasi dari metoda AJEL (Active, Joyful and Effective Learning) atau disebut juga dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) diberlakukan kepada siswa disini.

Kami tiba disana pukul 09.30. Di sekolah ini, kami diterima oleh Ibu Sitin, staf pengajar, karena Bapak Kepala Sekolah sedang menerima tamu. Selain PAKEM yang juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, WVI juga mempunyai Program Harmoni Hijau di sekolah ini, yang tampak dari sejuknya suasana disana, sekeliling sekolah banyak terdapat tumbuhan hijau, baik yang ditanam didalam pot maupun dibiarkan tumbuh di tanah.

DSCN6477

Sistem pembelajaran dan suasana yang menyenangkan membuat wajah anak-anak disini tampak ceria, walau ada yang malu-malu, namun mereka berani memberi salam, menjawab salam serta menjawab pertanyaan yang diajukan. Kami diajak berkeliling memasuki kelas mereka dan hampir semua anak dalam kelas mempunyai ciri yang sama yaitu mereka selalu menjawab salam “Selamat Pagi” dengan “Selalu Semangat Pagi” walau itu siang maupun malam. Setiap kelas mempunyai empat sudut pendidikan dimana setiap sudut mempunyai makna pembelajaran tersendiri, seperti sudut untuk mengenal kebersihan dan sudut-sudut yang lain. Anak-anak juga diminta untuk melepaskan sepatu di depan kelas yang tertata rapi dalam rak sepatu.

Wajah ceria khas anak-anak Bagaksahwa
424604_10151135261532422_269169374_n

Sementara beberapa dari kami masih mendengarkan pengarahan dari Kepala Sekolah dan beberapa orang sponsor bertemu dengan anak sponsornya, anak-anak telah melangkah pergi meninggalkan sekolah karena hari itu adalah hari Jumat, mereka pulang lebih awal dan mesti segera tiba di rumah, ntah untuk bermain atau membantu orang tuanya bekerja di ladang.

DSCN6510

Menuju tempat kedua, kami meninggalkan SDN 02 Bagaksahwa, Singkawang Timur pada pukul 11.00 ntuk mengunjungi binaan WVI berupa tempat Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Sindu sampai pukul 14.00, karena selain bertemu dengan penggagas berdirinya PAUD ini, beberapa dari kami, termasuk aku juga bertemu dengan anak sponsor ku di tempat ini dan kami semua makan siang bersama di tempat ini. Bagaimana pertemuanku dengan 2 (dua) anak sponsorku disini akan kuceritakan kemudian yaa.

DSCN6587

Kunjungan ketiga adalah sebuah tempat Kelompok Belajar Anak (KBA) yang diberi nama Wahana Pena Emas Sabaya Baya, di Dusun Tawang, Desa Sebau, Kecamatan Salamantan, Kabupaten Bengkayang. Tempat ini merupakan tempat belajar anak-anak dari usia balita sampai SMA, untuk belajar kesenian ataupun berolahraga, juga kegiatan keagamaan.

526973_10151136746227422_2106239635_n

Kunjungan keempat, masih dalam rangkaian pembinaan anak, kami mengunjungi PAUD Tabitha, yang dikelola langsung oleh Ibu Kepala Dusun dan pembangunan gedungnya dibangun oleh masyarakat Desa Polongan dengan didampingi oleh WVI.

DSCN6642

Hari mulai gelap, kami menuju ke Desa Polongan, dimana kami akan menginap pada malam kedua kami di Kalimantan Barat. Setelah kami beristirahat sejenak dan mandi, kami berkumpul kembali di Balai Desa, untuk makan malam dan menikmati atraksi hiburan berupa tarian yang ditampilkan oleh anak-anak di desa tersebut.

Pak Kepala Desa memberi sambutan
DSCN6701

Anak-anak ikut hadir menemani kami malam itu
DSCN6697

Menu makan malam kami, selalu ada rebung (bambu muda), jantung pisang, dan ikan asin, yang selalu membahagiakan karena kami nikmati bersama-sama
DSCN6680

Puji syukur untuk perjalanan kami di hari kedua ini, tak henti-hentinya mereka, anak-anak dan warga desa yang kami temui menunjukkan kemurahan hati mereka menerima kami yang datang. Dan aku pribadi bersyukur bisa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang sedikit dan tidak seberapa namun bisa bermanfaat buat mereka. Aku ingin semua anak Indonesia mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan yang baik, sehingga mereka mempunyai wawasan yang lebih luas. Suatu saat, anak ini akan tumbuh menjadi dewasa dan untuk menjadi dewasa dan mandiri, mereka perlu diberi bekal pengetahuan untuk menjalani kehidupan ini. Selain pendidikan, kesehatan dan lingkungan yang baik, bukan hanya dalam arti sarana fisik, juga sangat mereka perlukan.

Ya Tuhan, lindungilah mereka, cintailah mereka seperti Tuhan sudah menjaga dan mencintai aku dan keluargaku.


Hotel Sentosa, Singkawang

Malam pertama berada di Kalimantan Barat, rombongan WVI dari Jakarta, langsung menuju ke Singkawang dan setelah makan malam, kami menuju hotel kami di Hotel Sentosa. Hotel ini terletak di jalan Yos Sudarso, Singkawang. Sebagai hotel berbintang 3, hotel Sentosa mempunyai fasilitas Air hangat, AC, TV, Cafe, Laundry, ruang pertemuan, Free Hotspot, area parkir yang cukup luas.

Patung Kuda dan Tentara Romawi di pintu masuk Hotel Sentosa
DSCN6457

Pintu gerbang hotel Sentosa
DSCN6456-1

DSCN6472

Area parkir yang luas dengan pemandangan menghadap pegunungan, dari lantai 3
DSCN6455

Lorong hotel yang bersih
DSCN6454

Kamarku terletak di lantai 3, cukup melelahkan sesungguhnya untuk melangkah menaiki trap trap tangga keatas setelah perjalanan panjang sejak pagi tadi, namun pemandangan indah dapat kami nikmati esok harinya di pagi hari.

Kamar terdiri dari dua tempat tidur, kamar tidur dan kamar mandi yang cukup bersih dan sangat nyaman aku tidur di hari pertama kami di Singkawang, tidak merasakan suara apa-apa lagi, saking lelah dan terlelapnya aku malam itu.

DSCN6452

Ruang makan di lantai dasar ikut aku nikmati saat sarapan pagi dengan nasi goreng dan secangkir kopi hitam. Mereka juga menyediakan bubur ikan khas Singkawang, tapi aku lebih memilih nasi daripada bubur, maklum perjalanan jauh, jadi lebih baik bersiap mengisi lambung tho ? 😀

Hotel ini cukup dapat direkomendasikan jika teman sedang dalam perjalanan ke Singkawang, lokasinya tidak jauh dari Klenteng dan Mesjid serta juga pusat keramaian kota.


Sponsor Visit, Hari ke-1 : Jakarta – Ponti – Singkawang

Perjalanan kali ini adalah perjalanan pertama bersama dengan rekan-rekan di Wahana Visi Indonesia (atau World Vision Indonesia), yang berjudul Sponsor Visit Singkawang 2012, yang tujuannya selain mengunjungi anak-anak donasi para sponsor, juga mengunjungi beberapa tempat yang menjadi wilayah pengembangan di Singkawang.

Hari yang ditunggu pun tibalah, kami berkumpul dengan teman-teman sponsor dan WVI officer di depan kantor Maskapai Sriwijaya Terminal 1B Soetta. Kami berangkat dari Jakarta dengan pesawat Sriwijaya penerbangan SJ 182 dengan rencana terbang pukul 14.25 WIB dan tiba di Pontianak pukul 15.50. Kami memasuki pesawat, kira-kira pukul 14.45, namun ntah mengapa pesawat agak lama melakukan lepas landas, rasanya ada sekitar 30 menit aku tertidur didalam pesawat dan ternyata pesawat masih berputar-putar di Soetta 🙂

IMG01038-20120830-1445

Tiba di Bandara Supadio, kami disambut sisa-sisa siraman hujan yang membasahi kota Katulistiwa yang biasanya panas terik itu, Puji Tuhan, kami menikmati kesejukan di sore hari itu dan diantara sisa rintik hujan, kami masih sempat-sempatnya berfoto bersama dulu di Bandara Supadio.

Kami, aku, bu Lena, bu Merlin, bu Endang, pak Yadi dan bu Inneke serta Evelyn. Dua terakhir dari kantor WVI Jakarta.

IMG01040-20120830-1705

Hari semakin gelap, sekitar pukul 17.00 kami meninggalkan Bandara Supadio langsung ( 🙁 )menuju ke Singkawang dengan menggunakan 2 (dua) kendaraan Toyota Kijang Innova dan 1 buah kendaraan kantor ADP Singkawang, Mitsubishi Strada. Sepanjang jalan, tidak banyak yang bisa kami nikmati, selain dentuman alunan musik dari radio bang Nevi, pengemudi yang membawa kendaraan kami. Diantara rintik hujan dan gelapnya malam, sekali-kali kami tertidur dan perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 3.5 jam.

Puji Tuhan, akhirnya kami tiba di Singkawang dan bersyukur pimpinan rombongan, bu Inneke mengetahui jeritan hati dan jeritan naga di perut kami yang mulai kedinginan dan kelaparan 🙂 kami tidak menuju penginapan tapi makan besaar bersama rekan-rekan ADP Officer di Singkawang dan WVI Officer Jakarta yang sudah berangkat lebih awal.

DSCN6451

Tema makan malam adalah sukiyaki (shabu-shabu) dengan kaldu panas disertai rebusan aneka sayur, seafood dan bakso, plus ikan goreng ukuran besar berlumur sambal merah disertai irisan jeruk khas Pontianak, yang rasanya sungguh membuat kami menangis dan berkeringat karena rasanya pedas, asam tapi enak bangeeet sehingga kami ketagihan ….sampai lupa menanyakan itu tadi ikan apa ya yang disajikan ?

Badan hangat, perut kenyang, kami meninggalkan Vila Bukit Mas untuk menuju ke penginapan kami, Hotel Santosa di Jalan Yos Sudarso, Singkawang,yuuuk mareee …..

Kota Singkawang, yang awalnya disebut sebagai San Keuw Jong, adalah sebuah kota di propinsi Kalimantan Barat dan masuk kedalam wilayah Kabupaten Sambas. Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas).

Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

Tiba di Hotel Santosa, pembagian kamar dan aku mendapat teman sekamar di kamar 310, ibu Lena, sponsor dari Bandung. Setelah memasuki kamar, aku membereskan barang bawaanku, aku segera mandi, membuka email, charge HP, laptop dan kamera, dan sebelum terlelap tidur, mensyukuri semua kebaikan Tuhan sepanjang hari itu, dengan perjalanan yang menyenangkan serta begitu banyak teman baru di tempat yang baru.

 
Sumber : Pribadi dan Wikipedia


Surat Balasan yang Kami Nantikan

Menerima sebuah balasan surat tentu sangat menyenangkan hati kita bukan, karena selain kita ingin mendapatkan respon dari surat kita sebelumnya, kita juga ingin memastikan bahwa surat yang kita kirimkan tepat terkirim. Ini pula yang terjadi pada diriku belum lama ini.

Tepatnya bulan Juni 2011, aku mensponsori seorang anak dari wilayah Sambas, dibawah binaan Wahana Visi Indonesia. Beberapa bulan kemudian, aku dan anak-anak menulis surat kepada anak sponsorku yang bernama Aldo Iwan, walau kutahu dia belum dapat membaca dan menulis, namun kami sangat ingin mengenal Aldo dan keluarganya. Selain surat, kami juga mengirimkan buku untuk anak usia dini seperti mengenal huruf dan angka, alat tulis dan beberapa buah baju. Proses pengiriman surat dan barang ini memang memakan waktu cukup lama dan agak membuat kami malas sebelumnya, karena barang yang kami kirimkah harus dikirimkan terlebih dulu ke kantor WVI Pusat di Jalan Wahid Hasyim, selanjutnya mereka akan menyortir dan mengirimkan barang tersebut ke kantor WVI Sambas, baru petugas di disana akan mengirimkan kepada anak sponsor kami. Mengingat jauhnya lokasi desa temapt anak sponsor kami berada, maka diperkirakan dia baru akan menerima surat dan kiriman kami sebulan kemudian, demikian juga dengan balasan yang dikirimkan, tentu kurang lebih akan memakan waktu yang sama.

Walau sangat menantikan balasan itu, tapi kami hampir melupakannya karena sudah terlalu lama, namun betapa girangnya hati kami ketika kami menerima sepucuk surat balasan yang ditulis oleh orang tua Aldo dan foto bergambar Aldo beserta barang yang kami kirimkan. Kami sangat senang karena surat kami sudah diterima dan terlebih lagi kami senang karena mereka, Hampir menangis kami berebutan membaca surat dan melihat foto Aldo dengan kiriman kami. Kami senang melihat ia dalam keadaan sehat. Aldo dan keluarganya memberi tanggapan yang positifpada maksud baik kami.

surat dari orangtua Aldo

coretan gambar Aldo

Aldo dan kiriman kami

Semoga ini menjadi awal yang baik untuk hubungan kami, apa yang kami usahakan dapat bermanfaat buat Aldo, keluarganya dan pengembangan wilayah di tempat tinggalnya. Berharap suatu saat kami dapat bertemu dengan nya nanti.


ID Card No : 16.109

Kurang lebih sebulan yang lalu, aku mendaftar menjadi sponsor di Wahana Visi Indonesia (WVI) yang merupakan partner dari World Vision, setelah melalui pemikiran dan pertimbangan yang cukup lama dalam diriku. Merasa memiliki banyak uang, tentu tidak, karena kondisi kami ya pas-pas saja, walau tidak kurang. Investasi aku dan suami lebih kami arahkan pada pendidikan anak di sekolah yang memberi nilai hidup pada anak-anak. Keinginan menyantuni anak santunan dari WVI lebih dilandasi pada rasa ingin menjadi berguna dan bermanfaat buat orang lain. Berawal dari tulisan sebelumnya, apa artinya uang Rp 5.000,- dalam sehari, yang ternyata jika didonasikan buat seorang anak dalam ADP (Area Development Program) dari WVI dapat memberikan manfaat yang luar biasa, diantaranya meningkatkan kualitas hidup anak-anak melalui pendidikan, kesehatan dan kehidupan ekonomi keluarga nya menjadi ditingkatkan.

Mengenal tentang program ini sudah cukup lama, pernah dipresentasikan oleh officer WVI di gereja beberapa tahun yang lalu. Puji Tuhan, akhirnya aku membuat keputusan ini, saat ini, berkat dukungan anak-anak, mereka juga ikut memilih siapa yang menjadi adik santunan mereka berdasarkan foto profil yang ada. Aku sengaja memilih yang usianya lebih muda dari si bungsu, agar bisa bermain bersama suatu saat nanti bila punya kesempatan bertemu.

Sore hari ini, aku menerima Welcome Pack yang berisi ID Card dengan No 16.109 atau kartu anggota yang dapat digunakan untuk mengirimkan donasi kepada anak santun, sebagai kartu diskon di tempat tertentu dan memudahkan komunikasi dengan pihak WVI. Selain ID Card, ada juga picture folder yang berisi data dan foto anak, Buku Pedoman Penyantunan Anak dan Profil ADP. ID Card nya ada kesalahan pengetikan nama, semoga tidak ada masalah di kemudian hari.

Anak santunan-ku yang pertama ini berasal dari ADP Sambas, namanya Aldo Iwan (lahir pada tanggal 17 Oktober 2005, beragama Islam, berasal dari Suku Melayu dan keluarga Petani). Dengan bantuan Rp 5.000,- sehari, yang akan dibayarkan tiap bulannya dengan cara auto debit ke rekening mulai akhir Juni ini, bukan hanya digunakan untuk pendidikan anak santunan dan diberikan secara tunai langsung kepada mereka, tapi dana itu akan bermanfaat bagi komunitas mereka tinggal, seperti pembangunan sarana air bersih, endemi malaria, peningkatan status nutrisi ibu dan anak dibawah lima tahun, meningkatkan kemampuan mata pencaharian penduduk, mengurangi dan mencegah dampak HIV/AIDS serta perdagangan anak maupun perempuan di Sambas. Wow luar biasa kan, dengan bantuan yang tidak seberapa, kita dapat berkontribusi untuk tujuan program yang ingin dicapai oleh ADP wilayah Sambas.

Profil anak santun IDN 185302-1483 (IWAN, Aldo)-Ibu Diadjeng Laraswati Hanindyani, SE, M.Si (ID 16109)

Seperti yang sudah aku ungkapkan diatas, aku tidak merasa berlebih punya uang, tapi juga jangan kita merasa kekurangan karena siapa yang memberi akan diberi pula, ini adalah prinsip yang diakui oleh semua ajaran agama di dunia ini. Siapa menabur dia akan menuai, karena orang yang memberi pasti diberi.

Mari belajar untuk menjadi berkat bagi sesama, namun jangan juga kita berharap menerima balasan dari Tuhan atau manusia, karena itu akan dicurahkan dengan sendirinya oleh-NYA.