JOKOWI Memimpin Kota Menyentuh Jakarta

Aku pribadi tidak pernah mengenal beliau secara pribadi dan sebenarnya juga tidak ada hal khusus yang membuat ku menjadi tertarik sebelumnya. Beda dengan saat kita melihat seorang yang rupawan atau jelita, pasti kita akan bertanya, eh siapa sih dia kok keren banget. Tapi sosok yang satu ini belakangan memang menjadi membuat aku dan bukan hanya aku saja, ingin mengenal dan mengetahui apa yang melatarbelakangi sepak terjangnya menjadi sosok yang sahaja dan rupawan dari hatinya ?

Aku pernah membaca tentang beliau di awal tahun 2012 saat mobil produk dalam negeri diproduksi pertama di Solo dan beliau meresmikan peluncuran tersebut, tapi sesudah itu tidak tertarik sama sekali untuk membaca dan mengenal siapa dia, sampai akhirnya beliau datang ke Jakarta dan dengan penampilan sederhananya bertindak nyata mewujudkan apa yang dikatakan dalam pekerjaannya, bukan duduk manis di depan meja saja.

Itulah JOKOWI, Gubernur DKI Jakarta, yang mulai memimpin Jakarta sejak Oktober 2012, bersama wakil gubernur Basuki Tjahja Purnama dalam sinergi yang sangat baik. Sama seperti sosoknya yang sederhana, cover buku biografi beliau yang disusun Alberthiene Endah dalam 10 bab 231 halaman, juga sama sederhananya. Cover buku ini bergambar Jokowi dengan senyum khasnya, memakai baju batik bercelana hitam dan bersandal kulit, sedang duduk diatas tangga. Buku Biografi berjudul “JOKOWI Memimpin Kota Menyentuh Jakarta” mampu membuatku menoleh dan memasukkannya kedalam tas belanja di Toko Buku Gramedia Teras Kota BSD.

Judul Buku : JOKOWI, Memimpin Kota Menyentuh Jakarta, Pengarang : Alberthiene Endah, Penerbit : Metagraf, Tiga Serangkai, Faksi dan Biografi, Cetakan ke-1 Solo, Terdiri dari 10 Bab 231 halaman.

Dalam Prolog : Berpikir Sederhana, Bertindak Sederhana. Jokowi memang sudah menunjukkan kesahajaannya. Beliau mengatakan bahwa

 

tak ada sesuatu yang luar biasa yang saya buat. Saya hanya melakukan yang semestinya memang harus dilakukan………….. (halaman 3)

Berlatarbelakang kehidupan yang sederhana di masa kecil, justru memperkaya hidup Jokowi. Banyak nilai kehidupan dari pengalaman hidup bersama orang tuanya diperoleh dan digunakannya dalam menjalani pekerjaannya. Beliau mengandalkan

 

hati nurani dalam memimpin, sesuatu yang sesungguhnya sederhana, namun tidak ditanggapi dengan sederhana oleh banyak orang (halaman 7).

Pemimpin yang baik, menurut saya, adalah pemimpin yang mau bersinergi dengan rakyat (halaman 11)

Satu lagi, manusia harus bisa mensyukuri hidup. Tidak tamak (halaman 43)

Betapa kami sungguh percaya, bahwa pendidikan akan mampu mengubah kehidupan kami (halaman 44)

….didalam hidup, keputusan berani dan kesanggupan menghadapi resiko menjadi bagian penting untuk menentukan kita akan maju atau tidak. Saya kuatkan tekad. (halaman 58)

 

Mari kita baca selanjutnya mengenai JOKOWI dalam buku ini, terlepas dari pro kontra terbitnya buku ini, namun aku secara pribadi mengacungkan jempol buat Alberthiene Endah, yang mampu menuliskan buku biografi dari sudut pandang orang pertama. Melalui buku ini, banyak dapat dipelajari pernyataan dan tindakan yang diambil Jokowi bagaimana beliau memimpin Solo saat menjadi walikota dan memimpin Jakarta dalam jabatannya sebagai Gubernur,

 

Memimpin sebuah kota adalah mengenali setiap permasalahan dan menyelesaikannya. Bersikap tegas itu tak harus keras. (halaman 107)

 

Dukungan keluarga, restu orang tua dan kemantapan hati, yang membuat Jokowi melangkah menuju Jakarta, menyentuh ke jantung hati Jakarta untuk memimpin kota yang powerful dan juga painful (hal 184) agar Jakarta bisa menjadi kota yang nyaman dan berenergi positif (hal 199).

Selamat Membaca


The 3 C

Dalam kehidupan sehari-hari, ada tiga hal penting berawalan C yang kita alami hampir setiap hari nya, yaitu Choice, Chance dan Change.

C yang pertama adalah Choice (Pilihan), kemudian sering kita dihadapkan pada banyak pilihan. Hampir setiap hari kita harus melakukan pilihan, mulai dari bangun tidur, apakah kita akan bangun pada pukul 04.00 pagi atau pukul 05.00 pagi dengan berbagai resikonya, misal menjadi terburu-buru melakukan sesuatu atau bahkan resiko terlambat tiba di kantor.

Setelah bangun, apakah mau langsung mandi, atau menjerang air diatas kompor, untuk membuat minuman ataukah pergi jalan pagi. Mau sarapan pagi dengan nasi atau dengan roti, mau minum susu coklat atau teh manis atau kopi susu. Pilihan bisa lebih dari dua, bisa tiga dan bisa lebih.

Demikian pula dengan hal-hal yang lain, yang memberikan dampak dalam kehidupan kita, seperti misal memilih pasangan hidup dan memilih pekerjaan.

Setelah menetapkan Choice (Pilihan) tentu ada Chance (kesempatan) di depan mata kita yang akan terbentang dengan pilihan-pilihan kita, yang kadang sudah kita ketahui dan kita duga sebelum kita menetapkan Pilihan. Misal, jika kita memilih bekerja di sebuah Perusahaan Swasta, kita akan tahu bahwa ada chance disana bahwa kita akan memperoleh gaji yang lebih besar daripada di instansi pemerintah, namun dengan gaji yang lebih besar, tentu ada resiko yang besar yang juga harus dihadapi, misal Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak, dan lain-lain.

Contoh lain, adalah saat memilih jurusan di Perguruan Tinggi, saat memilih masuk ke Program Diploma 3 di Akademi Ilmu Statistik, aku tahu bahwa ada chance buat ku untuk lebih memperdalam teori Matematika dan Statistik, yang aku suka sejak di SD dan ada kesempatan dapat langsung bekerja di Kantor Biro Pusat Statistik. Padahal sebelumnya, aku juga sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri, tepatnya di Universitas Padjajaran Fakultas Ekonomi Pembangunan. Ada banyak pertimbangan pilihan dalam memilih satu diantara kedua tempat kuliah saat itu.

Semua konsekuensi dalam menetapkan pilihan akan berdampak dalam bentuk Change (Perubahan) dalam hidup kita selanjutnya. Misal, saat memilih kuliah di AIS itu berarti aku akan masih tinggal di Jakarta, yang nota bene tidak jauh dari orangtua, walau di tahun pertama, aku sempat kost di sekitar kampus dan tahun terakhir masuk ke asrama untuk menyelesaikan tugas akhir, sedangkan jika kuliah di UnPAD maka aku akan tinggal di tempat kost sampai selesai masa kuliahku, namun langsung menyandang gelar sarjana S1 dengan resiko belum tentu dapat langsung bekerja setelah tamat.

Setiap Choice (Pilihan) akan mempunyai Chance (Kesempatan) yang berbeda dan itu akan memberi Change (Perubahan) dalam kegiatan hidup kita. Contoh diatas hanya sebagian kecil yang aku alami, dalam kenyataannya, banyak sekali kita akan dihadapkan pada hal-hal serupa, contoh lain, saat memilih sekolah yang sesuai untuk anak, memilih tempat tinggal, memilih kendaraan dan banyak lagi.

Mari tetapkan pilihan kita untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dan berguna buat banyak orang 🙂

The 3 C’s of Life : Choice, Chance and Change
You have to make a choice to take a chance or your life never change