Kitab Puisi Tiga Bait : Kota, Mimpi dan Kardus Bekas

Ini adalah cover yang terpilih untuk buku antologi Putiba (Puisi Tiga Bait) bersama sastrawan Prof Tengsoe Tjahjono bersama 70 penulis lainnya, tentang Aku, Alam dan Kota.

Ada dua putibaku dalam buku antologi ini, berjudul Rindu Rengkuhan dan Aku dan Kotaku. Puji syukur lolos kurasi bersama 70 penulis lainnya.

Setelah membaca judul cover buku ini, aku jadi terinspirasi untuk menuliskan sebuah puisi lagi, berikut ini

Kotaku dalam Kertas Kardus

Kota dihiasi malam sunyi,

Dalam selembar kardus, rindu tergenggam erat.

Jejak langkah kecil di jalanan sempit,

Cerita hidup terlipat dalam goresan kelam

*

Rona kisah tergambar bersama,

Dalam kardus usang dunia terpahat.

Titik-titik embun kuukir kenangan,

Diatas kardus, hati merajut rindu.

*

Di tengah hiruk-pikuk kota,

Hidupku tertulis dalam berjuta puisi

Gelombang manusia, riuh suara langkah kaki,

Selembar kertas, catatan perjalanan hidup abadi.

*

BeEsDe, 7 Des 2023, de Laras


“Lahiran” Minggu Ke-3 Oktober

Hari Minggu, Senin dan Selasa malam, berturut-turut “anak-anakku” tiba di rumah, Puji Syukur, ada ungkapan hati dan kisah kutitipkan di sini, kala ide yang muncul di benak itu seperti benih yang tinggal, sehingga karya yang lahir, pasti dinanti yang empunya dan dibanggakan, setidaknya oleh diri sendiri. Berlipat syukur jika bisa menginspirasi banyak orang ????

Buku Jelajah Kuliner Nusantara, bersama Pondok Antologi nya Mbak Annie Nugraha dan 10 penulis lain ada mbak Indah Wibowodkk, aku menulis artikel berjudul Dekke Na Niarsik, bukan hanya mengulas tentang ikan arsik tapi juga peristiwa adat yang aku lalui dengan menghadirkan sajian ini ????

Buku Antologi Puisi dan Cermin Kapucino, bersama 173 penulis Ellunar Publisher aku menulis cermin yang diakhiri dengan 1 bait puisi, berjudul Kapucino di Meja Kayu ?, aku bersama El-Peace El-PeaceIlda Viviana Siregar Lina Martina yang multi talenta

Buku Bunga Rampai Puisi Pertanyaan Tentang Tanggal Lahir, setebal 440 halaman ini terbit dalam rangka HUT Prof Tengsoe Tjahjono yang ke-65, tersanjung berada didalamnya bersama sederetan penyair kawakan rekan-rekan Prof. Puisiku berjudul Memutih Di Ambang Senja, terkesan mendalam buatku saat menuliskannya, mensyukuri kasih setia Tuhan bukan untuk Prof saja tapi untuk diriku, yang mulai menua, memutih dan menipis, siapa yang akan menjaga mahkotaku kelak? Kamu kah, kekasih hatiku? ????

Salam literasi, terima kasih untuk ajakan menulis dan tema-tema menarik sehingga aku bisa terus berkarya dan berbagi ????

Yuk ngopi dulu… ?#delaras