Welkom….HEMA Dutch Restaurant

Hari Rabu, 21 Maret 2011 yang lalu, setelah mengantar Ibu berobat mata pada dr. Olani Sibuea di klinik Matanya, samping RS Tebet, adikku mengajak kami untuk singgah ke Hema, Dutch Restaurant, yang berlokasi di TIS Square, Tebet.

Kehadiran restoran ini sudah cukup lama aku dengar, dan tentu karena penasaran senang juga diajak kesana. Restoran ini mudah dikenali dari kanopi nya yang berwarna merah dan deretan bunga tulip di depan restoran.

Begitu masuk kedalam restoran, suasana negeri Kincir Angin itu sudah sangat terasa, mulai dari alunan lagu Indonesia berbahasa Belanda dan juga aneka pernak pernik khas Negeri Belanda yang memenuhi ruangan, mulai dari bunga tulip plastik, peta, selop kayu yang terkenal itu, sampai pesawat KLM yang digantung diatas ruangan.

Restoran dibagi dalam 2 wilayah, yaitu smoking area dan non-smoking area, namun kami memilih di bagian depan karena agak sulit buat Ibu berjalan terlalu jauh ke belakang. Menurut informasi, tempat ini mampu menampung sebanyak 100 orang pengunjung.

Setelah duduk, pelayan mulai datang dan mengantarkan buku menu. Ada banyak menu masakan Indonesia, Belanda dan Itali di tempat ini.

Halaman muka buku menu

dan isinya

http://i1247.photobucket.com/albums/gg634/dlaraswatih/Hema/hm12.jpg

Ibu memesan Nasi Goreng ala HEMA, yaitu nasi goreng dengan irisan smoked beef dan dibungkus dalam telur dadar tipis. Menurut aku, rasanya biasa saja. Tapi dari segi penampilan, nasi goreng tanpa kecap ini cukup menarik. Dari segi harga, untuk harga Rp 32.000,- cukup mahal ya?

Adikku memesan Sup Kacang Merah, sayang juga yang ini juga kurang memuaskan, dilengkapi dengan sepotong roti, rasanya biasa aja. Rasanya seperti sup yang sudah dipanaskan beberapa kali.

Kami juga memesan Poffertjes isi 6 kue mungil yang ditaburi gula halus dengan rasa standar, diberi harga Rp 18.000,- cukup menghibur dibanding 3 bulatan Bitterballen yang isinya tidak penuh dengan harga Rp 17.000,- Hmmm…..

Yang aku suka adalah minumannya, aku memesan Dutch Float, dengan harga Rp 21.000,- yaitu minuman sari apel yang diberi float ice cream vanila diatasnya, rasanya menyegarkan

dan… Coffee Latte…. dengan harga Rp 24.000,-

Mengenai makanan dan minuman disini, menurut ku biasa saja, malah adikku bilang lebih enak masakan serupa dari restoran bernama sama HEMA yang berada di Kedutaan. Aneh bukan, padahal menyandang nama sama, mengapa bisa memiliki cita rasa yang berbeda, tapi kami senang bisa berada disana, membawa Ibu kembali ke suasana tempo doeloe…mengenai rasa makanan yang tidak memuaskan kami hari itu, mungkinkah hanya kebetulan saja ? Silakan teman-teman membuktikan nya sendiri, ada beberapa masakan asli Belanda yang tidak sempat kami cicip tapi mempunyai rasa yang mantap kabarnya. Kalau mengenai tempat dan suasana, aku berani memberi nilai 9 (sembilan).

Selamat mencoba

 


Wisata Kuliner (Malam) di Kota Medan

Malam ini, kami berencana untuk berwisata kuliner di kota Medan, setelah perjalanan dari Berastagi yang dilanjutkan berenang di kolam renang Hotel Tiara, ada beberapa tempat yang kami rencanakan kesana, salah satunya adalah pecinan pusat jajanan di Jalan Semarang dan Jalan Selat Panjang.

Ada aneka makanan disana, dari yang halal sampai non halal, dari makanan ringan sampai makanan berat,  dari masakan lokal sampai masakan luar, dan tentu semuanya lezat dan patut dicoba.

Kami sempat berputar-putar karena salah jalan, dan kesulitan tempat parkir, namun itu semua terbayarkan dengan suasana makan yang open air dan tidak membosankan. Saat kami datang, seorang pelayan yang menyebut nama dirinya Bang Iwan, dengan sigap menyambut kedatangan kami, mencarikan tempat kami duduk dan mencatat pesanan kami, sementara kami masih berorientasi di lokasi.

Daniel, Arum dan suami sudah menetapkan pilihan, Kuetiau goreng dan Nasi goreng (standar pilihan mereka, tapi karena disini tempatnya, ya pasti enak dan mantabs), aku sendiri memesan Nasi Campur, sedangkan kak Dita akhirnya memilih Nasi Simangunsong (ini baru beda 🙂 )

Perut kenyang, hati senang, mata ngantuk poll…..Puji Tuhan….


Awali Hari di Jamin Ginting

Berastagi, tepatnya di Jalan Jamin Ginting, buat aku, ga ada habisnya kalau urusan kuliner atau makanan, dari pagi sampai malam mau cari makan selalu ada. Kalau sebelumnya kuliner malam dalam tulisanku, itu bisa buka dari sore sampai subuh. Nah setelah subuh, bisa nih ke tempat-tempat yang kami kunjungi di seputar ruko dan pasar di Jalan Jamin Ginting, Berastagi….yakin deh bakal puas, sepuas-puasnya sarapan ini dan itu…

Di pagi itu, kita bisa sarapan lontong sayur Medan, mie keriting pangsit Medan, mie kwetiau goreng, nasi hainam, nasi campur, dan lain-lain, yang pasti semuanya murah meriah dan porsi besar …

Ini salah satu pojok nyam-nyam, ada lagi pojok yang lebih ramai di depan bekas bioskop lama, di belakang tempat ini.

yuk mari mulai mencari

sepertinya yang ini oke, rame banget

tuh liat si encik masak nya cepet banget, yang antri untuk dibungkus juga banyak, emang enak banget kwetiau gorengnya

lontong sayur, mau ? ini ambil dari toko sebelah

atau mie ayam ? ga ada pangsit nya nih ..payah … ga sesuai dengan judul gerobaknya 🙁

hmm mantabs kan…tunggu ya foto yang lain dari sekitar jalan ini

 


BPK Serasi Rasa, Berastagi

Maap ini edisi non halal, tapi kalau ga di-sharing rasanya kok mubazir ya punya pengalaman enak, menyenangkan dan mengenyangkan kok tidak dibagi kepada sesama….bisa dosa juga kan ? Heee…. 🙂

Dalam perjalanan kami menuju Medan dari Berastagi, kami sudah bertanya-tanya kepada keponakan, rumah makan BPK mana yang paling maknyus saat ini, maklum di Berastagi dan sekitarnya, amat banyak namanya rumah makan dari level warung sampai restoran, atau restoran dengan cabang-cabang BPK ….ah iya lupa pulak kasi kepanjangan singkatan dari BPK ini, BPK itu singkatan dari Babi Panggang Karo, yang top markotopnya alias paling mantabs ya disini tempatnya menurut keponakan suami, Lisbeth,  yang merekomendasikan rumah makan BPK Serasi Rasa, yang terletak di sebelah kiri jalan menuju Medan dari Berastagi.

Menu di rumah makan ini tidak macam-macam, standar lapo-lapo yang lain, tapi ramainya minta ampun, belum kami selesai makan pun, orang sudah banyak berdiri menunggu kami, belum lagi orang yang datang untuk pesanan dibungkus dan dibawa pulang (take away), jangan-jangan adapula yang delivery order… Menu, bisa dilihat di foto-foto dibawah ini, ada menu 1. Panggang Rp 12.000,- (maksudnya ya tentu Babi Panggang … 🙂 ) 2. Sop Tulang Rp 12.000, – 3. Nasi Putih Rp 4.000,- 4. Nasi dan Panggang Rp 15.000,- 5. Nasi dan Sop Tulang Rp 15.000,- itu menu yang terpampang didalam rumah makan, tapi kita bisa memesan ikan mas arsik, B2 panggang, saksang, sayur singkong tumbuk, sup kaki babi plus aneka sambal cabe ijo dan sambal andaliman. Kalau minumannya hm bermacam-macam, termasuk jus martabe (markisa terong belanda)…mantabs kalipun…sluurrrp….

Oh ya sekalian menjelaskan, saat B2 panggang mau disajikan, pramusaji bertanya, pakai sambal gota? Gota? Gotcha kali ? eh ternyata gota itu…hm sekali lagi ini benar-benar non halal ya, karena buat kami yang menghalalkan pun kadang agak tidak berani memakannya walau rasanya enak karena sudah dicampur dengan aneka rempah, gota yaitu darah daging hewan tersebut, kalau B2 ya gota B2, yang terkenal enak juga ada Ayam Gota (kalau yang ini Eda dan Inang Mertua ku yang jago membuatnya).

Singkat kata, kami puas makan di RM BPK Serasi Rasa ini, semua masakan segar dan masih baru, masakan tidak berbau, rumah makan cukup bersih, pisang barangan tersedia banyak…. mantabs tabs….yuk kesana lagi yuuuk…. 🙂

 


Wisata Kuliner (Malam) di Jalan Jamin Ginting

Perjalanan panjang telah kami lalui sepanjang hari ini, hari ke-4 liburan mudik kami, yaitu dari Aek Paulak Hosa, Desa Silalahi, Tugu Silalahi, Tongging dan Air Terjun Sipisopiso, serta Kebun Jeruk di Kaban Jahe. Badan sudah lelah, mata sudah mengantuk, tapi rasanya kok ga seru ya kalau kami ga icip-icip di Jalan Jamin Ginting, Berastagi, yang semerbak mewangi dengan bau makanan dan masakana, yang berasal dari rumah makan, kedai dan tenda-tenda di sepanjang jalan itu.

Sebenarnya kami juga masih kenyang, ingat kan kami baru makan siang sekitar pukul 16 di Tongging ? Jadi ya seperti rencana semula, kami mulai dengan makan durian di depan Bank Mandiri, hmm sedapnya….lanjut …lihat apa yang kami nikmati sepanjang jalan ini, disamping aneka makanan seperti ikan nila goreng dan bakar, aneka chinese food, sate manis dan jajanan lain.

memilih durian

pedagang roti bakar yang tidak pernah sepi

roti bakar

sate padang

pedagang martabak india

tempat makan di sepanjang jalan Jamin Ginting

dan yang tak pernah sepi pengunjung sejak pagi

Jadi manakala kita kelaparan dan kedinginan akibat dinginnya udara di Berastagi dan sekitarnya, tidak perlu kawatir karena banyak tempat yang dapat mengenyangkan dan menghangatkan tubuh kita.



Nikmati Tongging ? Ya Di Sini …..

Hari sudah menunjukkan pukul 15.00 saat kami tiba di Tongging, lalu apa yang mau dilakukan disana? Tentu makan ikan bakar, yang dipelihara dan diternak di keramba, jadi segera kami merapat ke salah satu rumah makan yang cukup ramai didatangi pengunjung, yaitu Rumah Makan SABAR HITA….ya betul mesti bersabar. Selain sabar menunggu tempat duduk di pondokan, sabar mencari ikan di keramba, juga sabar menanti ikan dimasak sesuai pesanan kita.

Mari mulai mencari ikan di keramba

Oh ya untuk tambahan informasi, saat kami makan di rumah makan ini, harga ikan mas segar per kilogram nya Rp 60.000,- rupiah, harga ini sudah termasuk proses pemasakan sampai ikan dihidangkan sesuai pesanan. Sedangkan harga ikan nila segar per kilogram Rp 55.000,-. Ikan mas nya besar-besar lho, saat kami kesana tidak ada yang kurang dari 1 kilogram per ekor beratnya.

Inilah pondok-pondok di RM Sabar Hita

Menunggu ikan ditangkap

Menunggu ikan dimasak

Nah ini dia salah satu pesanan kami, ikan nila masak tauco

dan yang satu ini lagi…. ikan mas bakar

dan main bebek-bebekan di tepi danau


Nikmati Tongging, ya disini tempatnya…. 🙂 sambil menunggu ikan dimasak, tak bosan-bosannya keindahan sekeliling bisa kita nikmati.

 

 


Oleh-oleh dari Kota Medan

Kota Medan, adalah kota yang terkenal dengan aneka makanan dan masakan enak, jadi untuk urusan oleh-oleh, disinilah tempatnya terdapat aneka oleh-oleh yang enak dan dirindukan banyak orang di rumah termasuk bagi yang bepergian.

Dari Kota Medan, kita bisa membawa oleh-oleh Bolu Meranti yang hanya satu-satunya terdapat di Jalan Kruing, Medan, lalu ada Bika Ambon yang terdapat di sepanjang Jalan Majapahit, Bubuk Kopi asli dari Sidikalang ber-merk Tanpak atau merk lain dijamin pasti tetap enak, atau merk Kok Tong dari Siantar, Sirup Markisa atau Terong Belanda, Dodol Pulut dari Pasar Bengkel, Selai Srikaya dari Majestik Bakery atau langsung dari Ganda Bakery di Siantar, Buah-buahan seperti Jeruk Brastagi, Markisa dan Terong Belanda atau Manisan Buah Jambu yang juga ada di sekitar Jalan Kruing atau Jalan Majapahit.

Mau yang lebih tradisional lagi dan dijamin jarang banget ada di Jakarta, adalah andaliman dan ikan pora-pora. Sekarang ada pula alternatif oleh-oleh yang ditunggu yaitu Pancake Durian, yang bisa dibeli di industri rumahan ataupun di bakery yang mulai banyak ada di Medan seperti Durian House, dan lain-lain. Yang industri rumahan memberi harga lebih murah, tapi menetapkan jumlah minimum order, jadi ya kami tidak jadi pesan karena kami kan tidak pesan banyak-banyak.

Selain dari Kota Medan, ada juga Kacang Sihobuk dari Tarutung, yang kadang ada juga dijual di Parapat dan Kacang Rondam khas dari Samosir.

Tunggu apa lagi, banyak kan alternatif untuk jadi buah tangan dari Kota Medan saja.

 


Roti Ganda, Siantar

Kota Pematang Siantar, yang biasa disebut dengan Kota Siantar saja, adalah kota kedua terbesar di Propinsi Sumatera Utara, letaknya hanya 128 km saja dari Medan, jadi bisa diperkirakan jika kita berkendaraan dengan kecepatan sedang saja, maka kita akan tiba disana hanya dengan waktu kurang lebih 2 (dua) jam, namun seperti yang aku sampaikan pada tulisan Hari ke-1 kunjungan kami ke Sumatera Utara, kami menemui banyak jalan rusak dan titik kemacetan diantaranya di Sei Rampah.

Banyak yang enak bisa dicicipi di kota ini, diantaranya Mie Pangsit Siantar dan duduk-duduk di Kedai Kopi disana, namun apa daya, waktu yang sempit karena mengejar penyeberangan ke Pulo Samosir, kami hanya sempat singgah di toko roti Ganda saja, yang tak mungkin dilewatkan.

Beberapa teman tidak mengenal persis apa itu roti Ganda, sebenarnya roti Ganda adalah roti loaf besar yang dibelah dua dan dipotong-potong tebal, sepertinya biasa saja ya, tapi yang jelas, rotinya empuk sekali

selanjutnya roti akan diberi isi sesuai selera kita, biasanya selai srikayanya yang terkenal itu, atau krim dan meises.

dan siap dikemas

Dimana Roti Ganda ? Semua orang tahu, ada di jalan Soetomo sebelah kanan jalan. Jalan itu merupakan jalan satu arah yang sangat ramai dilalui orang dan kendaraan dan toko roti ini pun tidak pernah sepi oleh pengunjung dan pembeli yang dapat mampir membeli roti Ganda dan selai srikaya, khas dari toko ini.

Toko Roti Ganda, ku kan kembali lagi…. 🙂