Dear John : Ketika Cinta Diberikan untuk Kebahagiaan Kekasih

Aku sangat menyukai novel-novel karangan Nicholas Spark, buat aku, ceritanya berbeda dari cerita yang dibuat pengarang yang lain, pertama setting tempat yang digunakan selalu menggambarkan keindahan wilayah tersebut dan dituturkan sedemikian rupa indahnya sehingga seolah-olah aku turut berada disana, kedua, penuturan tentang kisah cinta yang disampaikan, selalu berkelas, tidak norak atau kampungan, walaupun tokoh yang diceritakannya adalah orang desa atau orang pegunungan dan ketiga, pada beberapa novel yang aku baca dari Nicholas Spark, ia belajar banyak tentang ilmu kedokteran, sehingga ada pelajaran baru yang aku dapat dari membaca karyanya.

Novel “Dear John” sudah cukup lama aku beli, mungkin ada 1-2 bulan yang lalu, aku jarang membeli buku atau novel setelah menikah, jadi aku sangat selektif memilih buku bacaan karena selain harganya mahal, untuk apa aku menyimpan buku yang kurang bermutu untuk diturunkan ke anak cucu nanti. Jadi, saat berniat membaca novel ini, novel ini masih dalam keadaan terbungkus plastik. Novel ini akhirnya bisa kuselesaikan dalam 2 hari saat merenungi sakit gigiku akibat operasi cabut geraham yang kuceritakan sebelumnya.

“Dear John” demikian surat itu dimulai. Dan dari dua kata itu, ada hati yang patah dan dua anak manusia yang hidupnya berubah selamanya. Dear John dimulai dengan narasi John Tyree, seorang pemuda pemberontak tentang masa kecilnya, terutama tentang hubungannya dengan sang ayah. Dengan alur maju, narasi itu terus bergulir hingga ia duduk di bangku kuliah. Namun, John tetap merasa pencarian dan tujuan hidupnya belum tercapai, terlebih karena keputusan kuliah didasarkan pada dorongan ayahnya. Hingga pada suatu klimaks, John memilih meninggalkan bangku kuliah, dan bergabung dalam dinas militer Amaerika Serikat karena tidak mempunyai tujuan hidup yang lain. Ia kemudian ditempatkan di Jerman, dan hanya mendapat beberapa waktu saja untuk berlibur di tempat asal.

Namun, saat itulah kisah sesungguhnya dalam Dear John bermula. Dalam suatu liburan, John bertemu dengan Savannah Curtis. Suatu kebetulan yang bersambungan dengan kebetulan-kebetulan lain, membuat John dan Savannah semakin akrab dari waktu ke waktu. Hal-hal yang sebelum tidak terpikirkan, tidak mungkin dilakukan, ternyata dapat menambah kedekatan antara John dan Savannah. Setidaknya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin tali kasih. ubungan yang awalnya hanya percintaan musim panas berubah menjadi cinta abadi, membuat Savannah rela menunggu John menyelesaikan penugasannya yang berjanji akan pulang dan menikahinya. Tapi tak satu pun menyangka akan terjadi peristiwa 9/11 di New York yang mengubah dunia dan cinta mereka. Pada saat itu, sebagai tentara, John harus memilih antara cintanya pada kekasih atau negaranya. ketika akhirnya pulang ke kampung halaman, John harus menghadapi kenyataan pahit dan menyadari bahwa cinta ternyata bisa mengubah manusia dengan cara yang tak pernah bisa dia bayangkan sebelumnya.

Novel ini seperti yang sudah diceritakan pada sinopsis di bagian akhir buku, membuat pembaca sudah cukup dapat menebak bagaimana akhir dari hubungan percintaan keduanya, namun Nicholas berhasil mengemas percintaan klasik antara John dan Savannah dengan lebih lembut dan manis, yang kemudian juga membuat produsen sinematografi mengangkatnya ke layar lebar, seperti The Notebook (2004) dan A Walk to Remember (2002).

Novel ini mengajarkan beberapa hal yang menarik mengenai hubungan antar sesama, bukan hanya ujian dari hubungan cinta jarak jauh bertahun-tahun antara John dan Savannah, yang hanya dilalui dengan surat, email dan telpon dalam situasi sulit saat perang. Namun juga seperti yang sudah kuungkapkan diatas, Nicholas belajar banyak hal tentang ilmu kedokteran, John belajar dari Savannah untuk mengenal ayahnya sendiri. Tuan Tyree diduga menderita penyakit sindrom Aspeger, yang tidak pernah disadari sebelumnya oleh John sendiri. Walau semula hal ini membuat John marah, namun ternyata benar apa yang diungkapkan Savannah dan hal ini membuat John lebih peduli dan memperhatikan ayah yang telah membesarkan dia seorang diri.

Ujian perang, dimana semestinya setelah 2 tahun mereka terpisahkan oleh jarak, John kembali pulang dan keluar dari Angkatan Darat, namun tidak kembalinya John membuat Savannah akhirnya menikah dengan teman sepermainannya, Tim, yang mempunyai seorang adik bernama Alan, yang menderita Autis. setelah menikah dengan Tim, praktis Savannah ikut membantu mengurusi Alan, sambil membuka terapi khusus anak autis di akhir pekan dengan berkuda. Suatu hari, Tim jatuh sakit akibat penyakit Melanoma, dan ada nya sel kanker di paru-parunya. Tentu saja ini membuat Savannah terpukul,  sehingga dia bekerja lebih keras. Tim harus dioperasi, dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tim yang sakit parah dan John hadir sebagai ‘the invisible guardian angel’ bagi Savannah.

Beberapa hal yang menjadi perenungan tersendiri bagiku. Pertama, soal hubungan ayah dan anak. Hubungan keduanya seolah-olah hambar alias sepi dari ungkapan rasa sayang terhadap satu sama lain sejak awal, walau Tuan Tyree memang berusaha keras mencintai dan membesarkan John dengan caranya, sejak Ny Tyree meninggalkan mereka berdua, yang diduga oleh John, kepergian ibunya  kemungkinan disebabkan oleh rasa frustrasi Ny Tyree menghadapi suaminya, yang ternyata mengidap penyakit Aspeger (mungkin tidak disadari oleh Ny Tyree bahwa itu sebuah sindrom atau penyakit.) Padahal, keduanya,  John dan ayahnya, entah dalam bentuk apapun mengungkapkan rasa sayang yang mungkin sulit dimengerti satu sama lain. Ini juga yang kadang membuat salah pengertian di antara mereka berdua.

Kedua, cerita ini juga mengungkapkan bahwa cinta akan mengorbankan segala sesuatu untuk kebahagiaan kekasih sejatinya, termasuk mengorbankan kebahagiaan diri John sendiri untuk tidak menikahi Savannah, tapi menginginkan Savannah hidup berbahagia. Seperti kutipan paragraf berikut ini:


Aku menjual koleksi koin ayahku karena akhirnya aku mengerti apa sebenarnya arti cinta sejati. Tim sudah mengatakan padaku—dan menunjukkan padaku—bahwa cinta sejati berarti kau mendahulukan kebahagiaan orang yang kaucintai daripada kebahagiaanmu sendiri, tak peduli betapa menyakitkan pilihan yang mungkin harus kauhadapi. Aku meninggalkan kamar rumah sakit Tim dengan kesadaran bahwa dia benar. Tapi melakukan hal yang benar tidaklah mudah. Akhir-akhir ini, aku menjalani hidup dengan perasaan bahwa sesuatu yang aku butuhkan untuk membuat hidupku lengkap telah hilang. Aku tahu bahwa perasaanku pada Savannah tidak akan pernah berubah, dan aku tahu aku akan selalu mempertanyakan pilihan yang kubuat.


Di suatu Sabtu : Geng Petualangan Upin dan Ipin

Hari ini, Sabtu, 3 Oktober 2009, suamiku ada pelatihan di kantor pusat selama dua hari sejak hari ini mengenai ‘Leadership Refreshment” , jadi sudah dapat dipastikan tidak akan ada kegiatan apa-apa sepanjang hari ini. Setelah beres-beres rumah, memandikan anjing bersama anak-anak dan juga bersantai-santai di rumah. Kami berpikir-pikir, nonton yuk, kita kan belum nonton Upin dan Ipin. Aku juga penasaran dengan film yang ramai dibicarakan oleh teman-teman di kantor, bahkan ada teman yang mendownload di You Tube untuk dimasukkan ke handphone dan jadi bahan hiburan di kala bete…hehe…nonton gak ya, duh cuaca mendung sudah berubah jadi hujan. Tapi kalau ga pergi, kasihan juga anak-anak bosan di rumah. Si kakak sih sudah berangkat latihan band dengan teman-temannya, tinggal Arum dan Daniel saja yang masih di rumah. Oke, hujan berhenti, Daniel menghabiskan makan siangnya, kemudian kami mandi dan siap berangkat. Yuk naik angkot pun jadilah, kan dekat ke Teras Kota.

Tiba di Teras Kota, kami langsung ke lantai 3, untuk memesan tiket masuk. Kami mengambil waktu pertunjukan pukul 17.00, memang itu satu-satunya waktu yang ada untuk film petualangan Geng Upin dan Ipin. Yap, kami memesan 3 tiket untuk aku, Arum dan Daniel, karena kakak Dita juga belum tiba dari latihan dan aku juga belum tahu dia akan datang menonton sendiri atau dengan teman-temannya. Setelah itu, karena masih ada waktu, kami pergi melihat-lihat buku di Toko Buku Gramedia di lantai 2. Ada 2 buah buku kudapat, yaitu Kitchen dari Banana Yoshimoto dan Studying Abroad dari siapa yaa, haha lupa. Arum juga mendapat sebuah penggaris 50 cm dan penghapus. Yup kakak datang dan akan bergabung bersama kami.

Pertunjukan dimulai….film diawali dengan petualangan Badrol (Amir Izwan) dan Lim (kee Yong Pin) saat liburan ke Kampung Durian Runtuh. Kampung tempat buat kakek Badrol tinggal. upinipinFilm produksi Negara tetangga, Malaysia ini cukup menghibur, dengan setting yang menarik dan alur cerita yang sesuai untuk anak-anak. Cerita ini dimulai dari beredarnya berita tentang mahluk yang dianggap sebagai hantu buah durian, yang selama ini belum pernah terjadi, tiba-tiba datang dan suka mencuri durian. Hal ini membuat kakek Badrol, Badrol dan kawan-kawannya menjadi penasaran. Tentu saja film ini disuguhkan dalam bahasa Malaysia yang kental, beruntung buat anak-anak yang sudah bisa membaca, ada terjemahan dalam bahasa Indonesia di bagian bawah layar, namun buat anak-anak balita seperti Daniel, bahasa Melayu ini agak sulit mereka tangkap.

Untungnya, walaupun dialog agak susah ditangkap buat si kecil, film ini cukup seru, karena ada adegan dimana Badrol dan Lim yang pergi ke hutan diantar oleh Rajoo, tersesat. Rajoo, anak kampung yang mengantar Badrol dan Lim mempunyai kemampuan untuk berdialog dengan binatang, berpetualang untuk mencari kebenaran.

Dalam petualangan mereka, tiba-tiba di dalam hutan, film ini berhubungan dengan binatang-binatang aneh menyeramkan yang tidak ada di alam nyata, entah apakah ini dihubungkan dengan alam khayal anak-anak atau bagaimana. Muncul ular yang sangat besar, lalu ada lintah atau siput yang siap mengejar dan menelan anak-anak.

Namun di akhir cerita, akhirnya mereka berhasil menemukan siapa yang menjadi biang keladi pembuat masalah di kampung kakek Badrol dan anak-anak yang tersesat bisa kembali pulang dengan selamat.

Semula aku mengharapkan Upin dan Ipin yang menjadi tokoh dalam film ini, seperti film kartun serial mereka di salah satu stasiun televisi, namun ternyata tidak. Menurut aku, disini, mereka hanya menjadi bagian dari film ini, bukan tokoh utamanya. Film ini komplit dengan kelucuan dan ketegangan. Yuk mari tertawa bersama anak-anak…

Film selesai kurang lebih pukul 18.45 dan suamiku sudah siap menjemput kami di Teras Kota.


G Force, Kekuatan untuk melawan Kejahatan

Sejak awal diajak menonton film ini, aku sudah menolak, pertama karena aku geli dengan marmot, hamster ataupun sejenisnya, yang kedua ada kata-kata ‘Force”, yang rasanya rada-rada akan ada kekerasan atau tekanan. Namun karena hari Jumat, 18 September 2009 adalah hari terakhir anak-anak libur sekolah, akhirnya kuturuti keinginan mereka untuk menonton di XXI BSD Plasa, yang ternyata filmnya lumayanlah..penuh dengan tembak-tembakan dan kejar-kejaran, yang lumayan seru untuk ukuran anak-anak

Dipersenjatai dengan peralatan teknologi tercanggih, sekelompok marmut terlatih menyadari bahwa nasib bumi ada di tangan mereka. Direkrut untuk G-Force, marmut Darwin, pemimpin kelompok yang penuh ambisi mencapai segala hal dengan berbagai cara; Blaster (Tracy Morgan), ahli senjata dengan sejuta tingkah laku dan mencintai hal-hal ekstrim; dan Juarez (Penelope Cruz), ahli bela diri yang seksi; ada pula ahli pengintai Mooch (Dee Bradley Baker), dan Speckles (Nicholas Cage), spesialis komputer dan informasi

Jenis Film : Animation

Produser : Jerry Bruckheimer

Produksi : Walt Disney Pictures

Homepage : http://disney.go.com/disneypictures/gforce/

Pemain : Nicholas Cage, Penelope Cruz, Steve Buscemi, Sam Rockwell, Tracy Morgan, Will Arnett, Bill Nighy, Zach Galifianakis

Sutradara : Hoyt Yeatman

Penulis : Cormac

G is for Guinea Pigs in G-Force. Sebuah film dengan tokoh utama tiga guinea pig yang memiliki kemampuan seperti layaknya agen khusus. Ditambah seekor mole yang menguasai alat-alat teknologi tinggi, mereka mendapat sebuah misi untuk menyelamatkan dunia. Sayang, misi itu tak berjalan lancar dan mereka dianggap menyia-nyiakan uang pemerintah. Saat hendak ditangkap, mereka melarikan diri dan berakhir di sebuah toko binatang.

Lalu dimulailah perjuangan mereka untuk kembali sekaligus membuktikan diri bahwa mereka memang pantas menjadi agen rahasia. Perjuangan ini juga bukannya mudah. Mereka awalnya terpisah-pisah, bahkan si mole masuk ke truk penghancur sampah dan dikira tewas, tapi akhirnya bisa bersatu kembali untuk melawan sebuah ancaman bagi dunia, yaitu sebuah perusahaan besar yang memproduksi elektronik di seluruh penjuru dunia. Pada tiap benda elektronik tersimpan sebuah chip yang bisa mengubah perangkat tersebut menjadi robot dan menyerang manusia pada waktu yang telah ditentukan.

Dan kekacauan pun terjadi di seluruh kota. Terutama di toko-toko yang menjual elektronik. Puluhan elektronik menggabungkan diri menjadi satu robot raksasa. Saat dilihat siapa yang mengendalikan robot tersebut, ternyata adalah si mole atau si Speckles yang ternyata masih hidup. Ia-lah dalang dibalik semua kekacauan ini dan yang menciptakan chip tersebut. Rupanya ia dendam pada manusia karena keluarganya dulu dihabisi dengan semprotan pembunuh hama. Tapi kemudian teman-temannya menyadarkan bahwa merekalah keluarganya. Tersadar, ia segera mematikan robot-robot tersebut. Pada akhirnya, dengan segala upaya, pasukan G-Force berhasil mendapat kepercayaan pemerintah dan menjadi the secret agent yang sesungguhnya. Sementara si mole menghabiskan waktunya dengan mencabuti chip-chip yang tersimpan di barang-barang elektronik ciptaannya.

Secara keseluruhan tak ada yang istimewa dari film ini. Apalagi setelah menonton 3D dalam film The Final Destination, film G-Force sungguh tak memberikan kesan dari segi visualnya. Ditambah dengan jalan cerita yang (lagi-lagi) terlalu cepat, istilah-istilah yang asing di telinga, dan pengucapan yang (rasanya) kurang jelas, membuat topik permasalahan film ini agak susah dimengerti. Bagian yang menarik dan tak terduga hanyalah saat terkuaknya tokoh tikus tanah (Yansu) yang ternyata menjadi biang keladinya. Disamping itu, peran Blaster yang membukakan hati dan pikiran Speckles, juga patut diacungi jempol karena memberi pesan moral yang jelas bahwa kejahatan tidak selalu harus dibalas dengan kejahatan, kejahatan dapat dibalas dengan kebaikan, apalagi bila kebaikan ini memberikan dampak kepada mahluk lain di sekitarnya. Dendam tidak ada gunanya tetap tinggal didalam hati, jika kita ingin hidup kita bahagia.

(Sumber : gambar, search from Google)