Belanja Oleh-oleh Khas Yogya di Ongko Joyo

Rapat sudah. Makan sudah. Sekarang saatnya belanja…….Jadwal berikut ini adalah belanja. Apa oleh-oleh yang paling khas dari Yogya? Pasti orang akan menyebut Gudeg dan Bakpia. Kadang tidak semua orang suka membawa Gudeg, karena selain takut tidak fresh tiba di Jakarta, juga kadang tidak praktis. Jadi, pilihan lain yang lebih praktis adalah Bakpia. Kebetulan si bungsuku sangat suka bakpia. Jadi, ketika ada tawaran untuk mampir membeli bakpia, tentu tidak kusia-siakan. Apalagi temanku memberi petunjuk kepada supir untuk langsung menuju ke Jalan AIP KS Tubun Yogyakarta, dimana ada berderet-deret toko yang menjual aneka oleh-oleh khas dari Yogya.

Kami tiba di jalan KS Tubun, kurang lebih pukul 17 dan kami hanya diberi waktu untuk berbelanja selama 30 menit sampai 1 jam. Tempat yang kami datangi adalah Pusat Oleh-Oleh ONGKO JOYO, tempatnya besar untuk ukuran toko jajanan dan oleh-oleh. Parkirannya juga luas. Disitu tersedia aneka macam oleh-oleh khas Yogya, aku langsung mencari makanan khas Yogya, yaitu Bakpia Patok. Ternyata sekarang sudah ada aneka modifikasi rasa bakpia, selain yang original dari kacang hijau, juga ada rasa keju, dan rasa coklat. Hehe..dasar aku, karena begitu banyaknya jajanan lain, yang sangat banyak macamnya, rasanya ingin mencicipi dan membeli semuanya, hehe..aku membeli bumbu pecel, krupuk gendar mentah, krasikan, dodol, krupuk paru dan yongko. Disana juga masih tersedia Brem, Kue Moci, Getuk Eco Marem, Jamur Merang, Sagon, dan masih banyak lagi. Jadi kalau mau mencari oleh-oleh khas Yogya datang saja ke Ongko Joyo, semuanya ada disini.


Wedang Uwuh, yang bukan ‘uwuh’

Menyambung tulisan sebelumnya, ketika tiba saatnya, kami diminta untuk menulis pesanan minuman, aku bertanya kepada temanku, ada minuman apa yang khas disini? Temanku menjawab, ‘Wedang Uwuh”. Apakah itu? Pokoknya, ‘enak deh, anget kayak wedang jahe’, lanjutnya. Wokelah kalo begitu, aku pesan wedang uwuh. Ternyata benar, wedang tersebut dengan warna yang sangat menarik, panas dan rasanya benar-benar hangat dan menyegarkan.

“Uwuh” dalam bahasa Jawa bermakna “sampah”. Sampah yang dimaksud adalah sampah dedaunan organik. Namun di Imogiri, Wedang Uwuh justru menjadi minuman khas. Meski bernama “uwuh”, namun minuman justru menyegarkan dan menyehatkan. Kok bisa? Makam raja-raja Yogyakarta dan Surakarta yang sering disebut dengan Pajimatan Imogiri ini rupanya mempunyai tradisi kuliner yang unik. Salah satunya adalah Wedang Uwuh. Disebut demikian memang karena penampilan minuman ini mirip-mirip “uwuh” atau “sampah dedaunan”.

Terang saja, di dalam gelas, terdapat berbagai macam rempah dan dedaunan, antara lain potongan jahe gepuk yang dibakar, serutan kayu manis, serutan kayu cengkeh, daun cengkeh, daun pala, secang, dan gula batu yang diseduh dengan air mendidih.  Warna air yang merah cerah terbentuk dari air seduhan secang. Bau harum muncul dari aroma kayu manis. Rasa hangat-pedas terbentuk dari jahe dan dedaunan rempah lainnya. Akibat racikan berbagai rempah inilah, wedang yang sering juga disebut dengan Wedang Jahe Cengkeh ini dipercaya berkhasiat dan mampu menjaga kesehatan badan. Waktu yang pas untuk menikmati wedang ini tentu saja ketika cuaca dingin, seperti siang itu….


Sego Abang Lombok Ijo, Pakem…slurp sedaap !

Kumpul-kumpul dilanjutkan ke Lombok Ijo Sego Abang Mbah Wiji, Mangunan, Harjobinangun, Pakem, Sleman…sebuah rumah makan sederhana yang berada di tepi jalan Kaliurang, tapi menyajikan makanan yang bukan hanya enak tapi juga uenaak tenan.

Cuaca mendung dan agak gerimis ketika kami satu bis tiba di rumah makan ini, agak remang-remang, becek pula, agak segan sebenarnya, dan juga agak ragu tapi menurut temanku yang asli Yogyakarta, Eltribakti, ia mengatakan bahwa kalau kita tidak memesan tempat terlebih dahulu, pasti kita tidak akan mendapat tempat. Inilah yang membuat aku ikut penasaran, apa kelezatan yang disajikan oleh warung sederhana ini ya?

Kami yang berjumlah 30 orang ini, masuk kedalam sebuah bale lesehan beralas tikar, ditambah dengan 4 orang anak cilik, dua anak dari Azhari, dua lagi dari pasangan Hermanto dan Dewi Trirahayuni. Kami duduk dan mulai melanjutkan pembicaraan mengenai angkatan kami, penunjukan wakil ketua angkatan, iuran anggota dan pemanfaatannya, rencana reuni yang ditetapkan pada 2013 serta tempat pelaksanaan di Jawa Timur. Oh ya, rapat di tempat ini, dipimpin oleh Hermanto.

Sambil kami rapat, minuman dan makanan mulai dipesan dan disajikan. Minuman pertama yang hadir adalah teh poci dengan gula batu, aku memesan Wedang Uwuh, yang akan aku ceritakan tersendiri nanti ya. Ada teman yang memesan es jeruk, jeruk anget, teh manis dan es teh. Menyusul kemudian nasi merah yang diletakan didalam centing (tempat nasi dari bambu), wah wangi bau kepulan nasi hangat ini…kemudian didalam beberapa mangkuk tampak sayuran dengan lombok ijo bersantan yang ternyata bercampur dengan irisan tempe..hm…tak lama muncul gorengan ayam dan empal gepuk yang sepertinya sudah diungkep terlebih dahulu…hmmm (saat menuliskan ini, aku rasanya menelan air liurku nih, terbayang masakan dan suasana disana). Kami mulai membagi piring dan nasi dan sibuk menikmati hidangan yang tersedia.

Kabarnya, halaman parkir warung bercat hijau ini hampir tiap saat dipenuhi mobil pengunjung. Karena itu, bila kita mau datang ke tempat ini, harus bersabar menunggu antrean. Sego abang lombok ijo memang makanan khas Gunungkidul. Menu makanan ini dilengkapi dengan tempe bacem goreng, ayam goreng, empal, babat, iso, dan daun kates (pepaya). Rasa sayur tempe dan rajangan lombok ijo ini tidak pedas dan sedikit manis, sesuai citarasa orang Yogya. Sambil menunggu hidangan ini disajikan, pengunjung akan disuguhi sajian khas minuman teh poci (gula batu). Nikmat rasanya, karena dinikmati di tengah hawa segar Kaliurang. Apalagi menikmatinya bersama keluarga atau bersama teman-teman.  

Nasi yang masih mengepul di ceting, siraman sayur lombok ijo yang gurih dan sedikit pedas, dengan lauk empal yang baru saja diangkat dari penggorengan, menggugah selera makan siapa pun pengunjungnya. Apalagi menikmatinya secara lesehan di atas bale-bale bambu beralas tikar. Kabarnya kita juga bisa menikmati pemandangan kaliurang, tapi saat aku disana, rasanya jalan di depan kami sangat ramai sekali dilewati kendaraan, walaupun hujan cukup deras dan aku benar-benar menikmati makananku, lupa sama yang lain….hmmh slurp sedap sekali…makanan biasa yang disiapkan dengan luar biasa….


Grand Puncak Sari, Kintamani, Bali

Grand Puncak Sari

We have very large restaurant on two floors [upstairs has an open terrace as well as glassed-in area, whilst downstairs is only glassed-in, spectacular views from front tables downstairs].  We serve Chinese and Indonesia menus. Contact Us Grand Puncak Sari (0366) 51.073 Penelokan, Kintamani.

Bagian akhir dari perjalanan siang ini adalah makan siang di Kintamani..oh bukan paling akhir, tapi paling jauh dari penginapan adalah di Kintamani. Pagi tadi, setelah berjalan ke Celuk dan Pura Tirta Empul, kami lanjut ke Kintamani, ditemani dengan hujan rintik yang makin lama makin deras. Aku diantar Rai ke restauran Grand Puncak Sari, yang memang memiliki tempat strategis untuk menikmati keindahan Danau dan Gunung Batur. Sayang kami datang dalam keadaan mendung dan hujan, jadi hasil foto kami nampak bewarna abu-abu saja, jiaah…sambil berharap langit menjadi kembali cerah, kami menikmati hidangan ala buffet, all you can eat, yang di charge Rp 100 ribu per orang, terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, makanan penutup, buah, teh dan kopi, kecuali jus buah…sedap…kita bisa berjam-jam disana dengan menikmati aneka hidangan.

Makanan pembuka, ada sup tomat dan sup sayuran, dilengkapi dengan potongan roti panggang (crouton, bener kah begini nulisnya?). Makanan utamanya standarlah, biasa, nasi goreng, mie goreng, pecel, tumis-tumisan daging, tahu, sayuran. Namun yang istimewa, ada sate lilit khas Bali yang terbuat dari ikan dan sate babi dalam gubuk tersendiri. Makanan penutup ada buah-buahan, goreng-gorengan seperti pisang dan nangka goreng disiram dengan madu, juga jagung grontol, ketan dan labu yang ditaburi parutan kelapa, yang juga ditemani dengan siraman gula merah..hmmm enak banget, apalagi ditemani teh manis hangat, di tengah rintik hujan (ah sayang ya, tidak ditemani anak dan suami, qiqiqi…). Pemandangan disini sesungguhnya betul-betul indah di saat tidak hujan, aku pernah datang pada bulan Juni 2003, enam tahun yang lalu.

Namun kali ini mendung tidak beranjak pergi juga, hasil jepretan pasti tidak akan berubah. Jadi kami pun pulang, karena kami masih merencanakan untuk mampir ke tempat belanja berikutnya di Jogger.

Ini hasil referensi yang kuperoleh dari internet mengenai restoran ini :

  • This place was the worst dining experience of my trip to Bali. Prices for the buffet were 200,000rp per person plus 21% taxes which made it 242,000rp per person. The food was similar to what you would find at a cheap Chinese all you can eat place. The restaurant had a money exchange service but it was the lowest rate in Bali, it even out did the airport. I am suspicious about the fact that our tour guide gave the restaurant high recommendations and drove quite recklessly to get us there by lunch time, he followed us to our seats and encouraged us to spend as much time there as we wanted. The total bill for the 3 of us, with one drink each, was 788,000rp. I found this restaurant to be a huge rip-off and recommend that people go elsewhere, especially if your tour guide is recommending the place
  • Kalau yang diatas ini, foto waktu kita makan siang di Grand Puncak Sari. Salah satu restoran yang berjejer disepanjang jalan Kintamani. Restorannya lumayan bagus karena punya pemandangan ke Gunung Batur dan Gunung Agung segala. Kami duduk di teras yang berbatas langsung dengan alam terbuka. Harga makan di restoran ini dipukul rata Rp. 60.000++. Udah termasuk teh dan kopi hangat. Sebenarnya harganya mahal lho karena variasi makanannya tidak terlalu mewah. Tapi ya, demi membeli pemandangan.
  • Setelah puas berjalan-jalan sekitar Kuta, Legian, Seminyak dan sekitarnya, hari ini giliranku ke Kintamani. Sebelum ke Kintamani, aku mampir dulu ke Putri Bali tempat mama beli aneka snack Bali untuk oleh-oleh. Belum lama masuk, cuaca hujan sudah menunggu. Untungnya hujan hanya sekitar dataran rendahnya, begitu mendekati lereng gunung Batur, sudah cerah kembali. Dalam perjalanan, banyak sekali aku lihat anjing Kintamani di pinggiran jalan. Aku sukaaaaaa sekali. Karena mereka seringnya berlenggang santai di tengah jalan, jadinya aku yang sibuk berteriak, `Heyyyy.. doggy.. ayo minggir! Ayo donkk… nanti ketabrak, kamu bisa mati loh` Sesampainya di Kintamani dan membayar karcis masuk 10rb untuk 2 orang, tadinya akan diajak untuk makan siang di tempat makan yang paling tinggi sehingga bisa melihat pemandangan dengan lebih jelas di Gong Lawang Batu, namun ternyata sudah tutup karena sudah kesorean. Terpaksa deh makan di restaurant all you can eat dekat situ, Grand Puncak Asri. Pemandangan dari balkonnya spektakuler juga kok. Aku bisa melihat kaldera Batur yang merupakan bekas letusan gunung Batur dulu, sisa bukit Gunung Batur, Danau Baturnya dan juga hamparan hutan hijau yang banyak dipenuhi hitamnya pasir yang biasa ditambang penduduk sekitar. Di sebelahnya terlihat Gunung Agung yang kerucutnya menantang awan di langit. Makan siang di balkon ini sungguh asyik, sejuk dan sedikit dingin. Aku sich ribut ini jalan-jalan ke bawah kaldera sana yang banyak jalan kecil itu, sampai diomelin mama baru deh berhenti.

Semoga di lain waktu, aku bisa pergi bersama suami dan anak-anakku, terutama si bungsu, Daniel, yang belum pernah ke Bali….


Tirta Empul, Tampak Siring, Bali

Terakhir  aku datang ke Pura ini pada tahun 2003, Pura sedang mengalami renovasi, jadi aku kurang leluasa menikmati ketenangan dan keindahan Pura ini. Sekarang, aku kesana dan keindahan dari keheningan itu amat sangat terasa di jiwa ku. Pura semakin indah dengan kolam yang dipenuhi dengan ikan mas koi berbagai ukuran, dengan warna warni yang sangat indah. Sayang aku tak bisa berlama-lama disana, karena perjalanan harus kulanjutkan lagi. Tirta Empul tetap indah dan nyaman di hati, sebuah tempat untuk menenangkan hati dan pikiran, didukung dengan halaman, pelataran parkir dan area belanja yang bersih, bersih dari debu dan sampah.

Tirta Empul terletak di desa Tampak Siring, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, sekitar 39 km ke arah timur kota Denpasar. Lokasi tersebut merupakan lembah, dikelilingi daerah yang lebih tinggi dan di sebelah baratnya terletak Istana Presiden Republik Indonesia.

Nama Tirtha Empul termuat dalam sebuah prasasti yang pada saat ini disimpan di Pura Sakenan, desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, sekitar 3 km dari Pura Tirta Empul. Dalam prasasti ini, Tirtha Empul dinamakan “Tirtha ri air hampul”, lama kelamaan menjadi Tirtha Hampul dan akhirnya menjadi “Tirta Empul”. Tirtha ri air hampul maksudnya adalah “patirthan yang airnya mengepul atau kolam suci yang airnya mengepul”.

Mata air tersebut kemudian pada tahun 960 M (882 Caka) ditata menjadi / sebagai kolam yang disucikan oleh raja “Indrajayasinghawarmadewa” dengan nama “Tirtha ri air hampul”. Data tersebut dimuat dalam prasasti di Pura Sakenan seperti tersebut diatas. Selain data efigrafi tersebut diatas, di Pura Tirtha Empul ditemukan pula peninggalan arkeologi sebagai berikut :

  1. Lingga yoni, terletak di halaman II, diatas sebuah altar di balik tembok (aling-aling) dari gapura yang menghadap ke sebelah barat.
  2. Arca Singa, yang telah aus/rapuh di bagian mukanya sehingga sulit dikenali. Dalam mithologi Hindu, singa adalah kendaraan Dewi Durga.
  3. Tepasana, adalah bangunan yang pada saat awalnya (dahulunya) hanya berupa teras. Bentuk bangunan yang ada sekarang merupakan hasil pemugaran / direstorasi pada tahun 1967 M. Tanda selesai dilakukan pemugarandengan mengunakan tahun Caka dalam bentuk rangkaian relief yang disebut Candrasangkala / kronogram yang terdiri dari relief matahari nilainya 1, gajah nilainya 8, naga nilainya 8, candi bentar nilainya 9. Bila dirangkai nilainya menjadi 1889 Caka atau 1967 M.
  4. Kolam Tirtha Empul, mata airnya mengepul sendiri dari tanah, lokasinya terletak di paling bawah pada kawasan dataran rendah yang dikelilingi oleh dataran yang jauh lebih tinggi yang berada di sekitarnya. Pada tahun 960 M, mata air yang mengepul dari dalam tanah ini dibangun / diperluas oleh raja “Indrajaya Singawarmadewa.

Kolam suci yang debit airnya cukup besar dengan ukuran sekitar 15 x 50 meter ini kemudian dialirkan ke arah hilir melalui pancuran-pancuran yang airnya digunakan sebagai ‘tirtha‘ dalam upacara ritual atau dalam berbagai upacara. Pancuran yang terdapat sekarang telah mengalami perubahan / perbaikan, karena tulisan yang dipahatkan dalam beberapa pancuran sebagai petunjuk pemanfaatannya mengunakan tulisan huruf Bali baru. Pancuran-pancuran yang terdapat sekarang dikelompokan menjadi 2:

  1. Kelompok 5 pancuran, terletak paling timur, oleh masyarakat sekitar sangat disucikan, karena itu dikelilingi oleh tembok pembatas dan di tengah kolam terdapat tempat suci. Air yang dianggap suci ini digunaan sebagai tirtha untuk upacara agama.
  2. Kelompok 8 pancuran, terletak di sebelah barat kelompok 5 pancuran. Kelompok pancuran yang berjumlah 8 ini disekat menjadi 2 bagian yang terdiri dari 5 pancuran diantaranya ada yang berfungsi sebagai pengleburan gering, yang artinya menghilangkan beragam penyakit dan 3 pancuran (di sebelah barat) diantaranya ada yang berfungsi sebagai tirtha yang berkaitan dengan sumpah. Klam pada pancuran 8 tersebut juga dipakai sebagai penyucian diri secara ritual bagi lagi-laki.
  3. Kelompok 13 pancuran, terletak paling barat menghadap ke selatan. Kolam dari 13 pancuran ini antara lain berfungsi untuk pengeleburan dasa mala yaitu melebur berbagai jenis dosa dan sebagai tirtha pembersihan dan tirtha pangentas yaitu tirtha untuk menyucikan rohani bagi orang yang telah meninggal. Selain itu juga digunakan oleh perempuan untuk penyucian diri dengan ritual tertentu.
  4. Kelompok 5 pancuran, menghadap ke barat berfungsi untuk pancuran ‘pengelebur maklum bawah’, air suci yang bersifat membersihkan serta menyucikan wanita yang belum haid pada masanya.

Karena obyek wisata ini sangat disucikan oleh masyarakat, bagi pengunjung yang sedang cuntaka tidak diperkenankan masuk ke areal suci.


Segara Cafe, Jimbaran, Bali

Jimbaran located in south of airport, the beach has white sand. The area originally fishing Village with fish market. Now there are luxury hotel built, Bali Intercontinental Resort and Four Season Resort. Jimbaran bay well known with beachside Sea food Restaurant while enjoying the sunset and scenery with cold drink and a fresh grill fish with live group music by local singer offered international song and the sing title could be request. The most famous Grill Sea Food restaurant futher north (Kedonganan Village) is Segara cafe. The sea food cost by weight.

Segara Cafe, Jimbaran, Bali


Kepiting Dandito, Balikpapan

Sajian seafood bisa ditemukan hampir di seluruh penjuru Balikpapan. Selain ikan bakar, yang istimewa di sini adalah kepiting. Sampai-sampai ada yang bilang, belum ke Balikpapan kalau Anda belum mencoba kepitingnya! Setuju atau tidak dengan pendapat tersebur, tapi aneka sajian dan olahan kepiting yang ada di kota ini memang wajib dicoba. Ukuran kepitingnya yang besar begitu menggoda. Malas mengupasnya dan takut tergores cangkang yang tajam? Pilih kepiting soka yang kulitnya lunak dan bisa dimakan.

Masakan favorit pelancong adalah kepiting lada hitam, kepiting asam manis, dan kepiting saos. Kepiting lada hitam dengan bumbunya yang pekat memang sangat lezat Satu porsi kepiting dihargai mulai dari Rp 80.000-Rp 120.000. Isinya empat ekor, pas untuk berdua. Ingin membagi kelezatan kepiting ini pada keluarga? Restoran Kepiting Kenari dan Kepiting Dandito adalah dua di antara beberapa restoran kepiting di Jln. Marsma Iswahyudi yang menyediakan paket oleh-oleh kepiting yang dikemas rapi.

Karena aku dan rombongan menginap di Tenggarong, selama perjalanan di Kalimantan Timur, maka tentu saja, Kepiting Dandito baru bisa kunikmati di rumah. Sangat mudah memesan hanya melalui telpon dan beberapa saat sebelum kami terbang, pesanan sudah tiba di bandara. Aku sendiri memesan Kepiting Telur Saus Tiram di rumah makan ini, tapi yang terkenal adalah Saus Dandito, seperti resep yang kudapat dibawah ini…hmm yummy, crunchy, lezat, gurih, asyik…lupa semuanya kalau sedang menguliti kepiting..hahaha….Selamat menikmati

Bumbu Merah a la Kepiting Dandito ( Balikpapan )
Source : Tabloid Koki edisi 129/ Agustus 2008 hal. 19

Bahan :
4 siung bawang putih, iris
4 siung bawang merah, iris
1 buah bawang bombay, iris
2 buah cabe merah besar, buang isinya lalu iris
5 buah cabe merah keriting, iris

1 ruas jahe merah, kupas lalu parut

3 lembar daun jeruk, iris halus
4 batang serai, memarkan
100 – 200 gr gula merah
1 sdt angciu / arak merah

garam, gula dan penyedap secukupnya

Cara membuat :
Panaskan beberapa sendok makan minyak goreng, lalu tumis semua bawang bawangan dan cabe hingga harum dan layu. Masukkan bahan bahan lain ( kecuali gula merah dan angciu ), lalu tumis sebentar hingga semua bumbu benar benar layu. Angkat dan sisihkan serainya. Haluskan bumbu dengan blender.

Panaskan wajan, lalu tuang angciu hingga aroma menguap. Tumis kembali bumbu yang telah dihaluskan ( serehnya aku masukin lagi ), tambahkan sedikit air lalu masukkan gula merah. Aduk hingga gula merah mencair , tercampur rata dan bumbu kesat/ mengental. Bumbu siap digunakan.

Beberapa Referensi mengenai Rumah Makan Kepiting Dandito yang kuperoleh dari internet :

  • ada tempat namanya Restaurant Dandito, di Jl. Marsma Iswahyudi No. 76 RT 56 (Dari Klandasan sebelum, dan satu sisi jalan dengan Bandara Sepinggan) Phone (0542) 764367, yang jualan Kepiting, cumi, udang, ikan. makanannya Halal. Katanya sih, …Kepiting Saus Dandito-nya sangat enak dan favorit saya. Cumi-nya juga dihidangkan dengan saus yang istimewa. Setelah saya pikir cukup kenyang dengan kepiting dan cumi, ternyata udang saus dan ikan kakap goreng masih bisa masuk perut karena begitu mengundang. Padahal biasanya saya tidak begitu suka udang. Cah kangkung hot plate menambah nikmatnya makan malam. Sangat memuaskan. Untuk weekend sebaiknya reservasi dulu karena mungkin tidak kebagian tempat.
  • Malam itu saya dan beberapa teman berniat mencari kepiting buat menu makan malam.. hmm.. kali ini pilihan jatuh di Resto Kepiting Dandito di Jl. Marsma Iswahyudi.. saya pesan Kepiting Saos Asam Manis, ada tiga jenis pilihan kepiting.. bisa kepiting super.. kepiting telur.. atau kepiting soka.. saya pilih kepiting super karena kepiting soka-nya habis.. dan yang kepiting telur (kepiting yang sedang bertelur) saya kurang begitu suka.. (pengalaman alergi telurnya) disamping saya tidak tega.. karena bagaimanapun juga telur-telur kepiting itu kan cikal bakal kepiting dewasa.. kalau kita makan terus telurnya.. lama kelamaan kepiting bisa punah dong… Jangan ditanya deh, karena namanya kepiting super.. wow.. besar-besar kepitingnya.. mantabs.. Puas deh makannya…
  • Di Rumah Makan Dandito, saus lada hitam ini disajikan kental dengan rasa dominan manis gurih dengan tingkat kepedasan lada hitam yang pas, yang menggenangi setiap potongan kepiting. Menyantap kepitingnya, Anda tak akan berhenti menyendok saus lada hitamnya yang kental, dan membubuhkannya pada daging kepiting. Apalagi bila Anda memesan kepiting betina, telur kepiting yang gurih padat berwarna oranye, bercampur dengan saus kental lada hitam itu, pasti membuat Anda lupa kandungan kolesterol kepiting yang tinggi!  Tetapi, menurut pemilik Rumah Makan Dandito, Rudi Setiawan, kadar kolesterol akan berkurang apabila seusai menyantap kepiting, kita minum air kelapa muda yang berfungsi sebagai penetralisir.

Jalan-jalan ke Kawasan Pecinan Glodok

(Foto-foto ada disini)

Anak-anak masih liburan sekolah, tapi karena belum ada jadwal pergi kemana-mana setelah hampir 2 minggu di rumah, aku ingin mengajak Dita dan Arum ke Glodok hari ini, Jumat, 3 juli 2009, ada beberapa tempat yang menjadi tujuan kami, cari makanan di Gloria, beli piring makan di Pasar Pagi Lama dan beli alat tulis menulis di Pasar Asemka. Kami berangkat pukul 06.00 pagi, ikut suamiku ke kantor diantar supir. Kami berangkat berempat, aku, Dita, Arum dan adikku, Ananda. Kami janjian bertemu dengan adikku, Adinda di Glodok jam 10.00. Ternyata perjalanan sangat lancar sekali. Dari kantor suami, di Muara Angke menuju ke Glodok hanya kurang dari 1 jam. Tempat parkir masih kosong, mobil diparkir di depan Ayam Pancoran Glodok (kesukaanku…hehe). Yuuk waktunya jalan-jalan…

Dari tempat parkir, kami menyeberangi jalan yang masih lenggang menuju Petak Sembilan. Kesibukan sudah sangat terasa di sepanjang jalan petak sembilan, kepala kami berganti-ganti menengok ke kiri ke kanan, aku suka banget melihar pasar tradisional disini, mulai dari pedagang sayuran yang banyak macamnya dan segar, ada brocoli, slada, lidah buaya dan daun pandan dan aneka sayuran yang membuat mata kita manjadi segar dan hijau, belum lagi ikan, cumi-cumi, kodok, kepiting, kerang, ayam, bebek, walah semua lengkap dan teratur serta bersih sekali area pasar yang kita lalui, suasananya penuh keakraban, ada orang tawar menawar, ada yang bercanda, suasana yang membuat aku kangen, ketika dulu aku kecil tinggal di Kebayoran Lama, aku diajak Ibu berbelanja di Pasar Mayestik atau Pasar Kebayoran Lama. Dan kembali kemarin aku bisa mengenang pasar tradisional yang dijaga kebersihannya, aku ngga liat ada lalat ya…

Sepanjang gang masih banyak toko  permanen   yang menjual aneka bahan makanan chinese, Bahan pelengkap jahitan (renda, kancing, benang), peralatan rumah tangga, kain sprei dan gorden dan lain-lain. Di ujung gang, ada sebuah toko, yang menjual aneka ragam barang, sandal, sepatu sampai peralatan sembahyang multi agama. Di sebelah toko itu, ada penjual handuk kiloan, aku membeli 3 lembar handuk besar dan beberapa saputangan handuk buat anak-anak.

Di sekitar gang petak sembilan juga banyak penjaja cincau hijau yang enak. Ada juga penjual tape singkong yang kualitasnya bagus sekali. Nah, tape singkong ini kalo dibikin cake, jadinya cakep dan rasanya enak bener.

Kalo menelusuri jalan petak sembilan agak ke belakang, di sisi kanan jalan ada jalan tembus menuju Gang X. Gangnya sempit dan banyak orang berdagang. Kebanyakan yang dijual adalah katak (swikee). Kami memang sedang mencari sarapan pagi, jadi mata mencari kesana kemari, bukan mencari tapi melihat-lihat, tapi diantara sekian banyak ketertarikan aku melihat sayur, berbagai sea food, jajanan ringan pagi, bebek dan ayam yang digantung, babi panggang renyah dan ada tripang besar.

Di pasar itu di berbagai sudut kita bisa menemukan para penjual bubur. Anggaplah, itu sebagai dessert atau makanan penutup. Dari bubur kacang ijo, ketan item, sampai bubur candil bisa ditemukan di situ.

Buah? Mungkin bisa beli sekalian untuk oleh-oleh pulang ke rumah. Dari buah sampai ke bahan makanan lainnya umumnya berkualitas bagus di Petak Sembilan. Tempe saja misalnya, yang dijual di sini kalau digoreng berbeda rasanya dengan tempe taruhlah yang dijual oleh para penjual sayuran keliling yang biasa berkeliling di perumahan- perumahan. Alpukat mentega, di situ tak pernah kehabisan stok.

Pada kesempatan-kesempatan tertentu, di Petak Sembilan banyak dijumpai penjual bunga sedap malam. Bunga sedap malam yang dijual di sini umumnya batangnya besar-besar, begitu pula bunganya. Pendeknya, kelihatan sehat dan segar. Kalau Anda cukup romantis (terkecuali Anda termasuk yang mabuk kalau membaui bunga sedap malam) bisa pula membeli sedap malam itu untuk dipasang di pot-pot besar sebagai penghias ruangan. Dengan demikian, lengkaplah petualangan Petak Sembilan.

Dari Petak Sembilan, kami lanjut ke Gang Kali Mati, yang mulai dari ujung gang sudah dipenuhi oleh buah-buah segar yang jarang kita dapatkan, misalnya buah srikaya, yang banyak terdapat di Yogya dan Solo. Buah ini buah kesukaan Ibu, memang terasa manis dan kurang baik dikonsumsi ibuku yang penderita diabetes, namun karena sudah lama Ibu tidak makan buah ini, aku membelikannya 2 kg saja, untuk tombo kangen, obat rindu. Tentu tidak untuk ibu sendiri, tapi dimakan beramai-ramai.

Gang Kalimati adalah salah satu gang yang paling padat dipenuhi penjual aneka makanan yang mengundang selera. Dari makanan ringan yang sedap untuk mengganjal perut di pagi hari macam combro hangat, getuk, atau aneka bubur manis, sampai makanan berat seperti mi serta nasi, lengkap dengan bermacam lauk pauknya.

Suasana gang-gang ini sangat kental nuansa pecinannya. Terdengar beberapa penduduk sepuh berkomunikasi dalam bahasa leluhur. Selain itu, arsitektur bangunannya pun sangat mencerminkan nuansa melayu cina. Di beberapa kedai kopi khas Cina, berkumpul kaum bapak yang asyik ngobrol dan bercanda sambil yam cha. Yam cha adalah tradisi minum teh yang berasal dari Guangdong, Cina, dan masih bertahan sampai sekarang.

Hampir seluruh bangunan di sepanjang gang yang lebarnya tak lebih dari dua meter ini merupakan bangunan tua yang masih dipertahankan bentuknya sampai sekarang. Berjalan menyusuri gang ini, dapat ditemukan pula pedagang yang menjual buah-buahan yang sudah jarang ditemukan di kota besar. Yaitu buah delima dan buah duwet yang bila dimakan, membuat lidah berwarna ungu kehitaman itu.

Khusus buah delima, rupanya ada konsumen khusus. Ibu hamil yang akan menyelenggarakan upacara tujuh bulanan, akan mencari buah delima sebagai salah satu kelengkapan syarat upacara.

Anakku mulai kelaparan, akhirnya kami menyeberangi jalan, menuju ke Gloria. Ada Toko Gloria yang sudah berdiri sejak lebih dari 30 tahun lalu. Di toko ini bisa ditemukan makanan-makanan unik lain, semisal aneka jajanan Cina seperti kue bulan dan moci. Kami membeli sebungkus moci rasa pisang susu, sebungkus hanya Rp 5000,- saja.

Di lantai dasar ada Toko Evergreen yang menjual sirip ikan hiu, sarang burung walet, serta perut ikan. Ketiga makanan ini tergolong makanan mahal dan sering dicari untuk dibuat sup. Menurut A Kiat, pemilik Toko Evergreen, bahan makanan di tokonya tetap ramai oleh pembeli, meskipun harganya sama sekali tak bisa dibilang murah. Coba tengok sarang burung walet super yang dihargai Rp 5,250 juta untuk 1 onsnya, dan Rp 2,4 juta untuk yang biasa. Sirip ikan hiu yang masih berbentuk sirip utuh dibanderol Rp 6 juta/kilogram, sedangkan yang sudah dalam bentuk suwiran besar Rp 650-750 ribu/ons.

Jika ingin mencari makanan murah meriah, ada seorang penjual opak ketan khas Tangerang yang sangat gurih. Pedagang ini biasa menggelar dagangannya di samping Toko P&D Jap Heng Lay, yang menjual bebek asin yang diimpor langsung dari Hongkong.

Toko di paling depan dari pertokoan Gloria, di sebelah timur yaitu Jap Heng Lay, yang tersohor dengan barang2 import dan ham dan sosis dari Bali. Di sebelah baratnya, toko peralatan rumah tangga yang tampak kusam, menjual aneka mangkuk sapo dan berbagai macam cucing porselein. Di tengah antara Jap Heng Lay dan toko peralatan ini, ada yang jual Moaci bikin langsung di depan pembeli. Moaci ini berbeda dari moaci sukabumi, karena ini lebih mantap ukuran dan isi kacangnya banyak.

Setelah membeli beberapa kantong kue kering, kami menyusuri gang di samping Gloria, hm banyak makanan disini yaa. Dari ujung gang, pedagang sudah memanggil-manggil kami menawarkan dagangan mereka. Aku seperti biasa, mampir ke rumah makan didepan gerobak bebek panggang Sedap Wangi yang terkenal itu karena aku ingin makan nasi campur. Kami masuk dan memilih tempat duduk di depan pintu masuk. Aku memesan nasi campur, Dita memesan lontong cap gomeh disamping bebek panggang Sedap Wangi, sementara Arum dan adikku memesan mie ayam bakso. Hm benar-benar sarapan yang mantap.

Mie ayam baksonya standarlah rasanya seperti mie ayam bakso yang lain, tapi jelas enak. Yang mantap justru lontong cap gomehnya, lontongnya lembut, kuah sayur labu siam bersantan kental dengan bumbu yang agak pedas. Nasi campur juga standar seperti di RM Kenanga atau rumah makan di Pasar Modern BSD.

Laporan pandangan mata kami, disini banyak penjual makanan, dari yang non halal seperti Bek Tim (aneka jerohan dan daging babi dimasak kuah), nasi campur, mie, chinese food. Ada juga cakwe, nasi kare medan, soto betawi, rujak Juhi yang marem. Pi Oh, yaitu bulus yang di masak kuah taoco, konon katanya ini berkhasiat menyembuhkan suatu penyakit. Di gang ini ada Toko Kawi yang ngetop dengan Ham Bali dan Sosis Balinya.

Selesai makan, kami berjalan keluar gang untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya, membeli piring makan. Maklum sudah bertahun-tahun, kami tidak mengganti piring makan kami. Kami bertemu dengan adikku yang lain juga di tempat penjualan barang pecah belah. Ada beberapa toko di sepanjang jalan ini, namun kami memilih satu, yang tampak besar dan walaupun harganya agak lebih mahal dari toko yang lain, namun mempunyai barang dengan kualitas ekspor dan motif-motif menarik kelas hotel berbintang. Disini, aku membeli selusin piring makan, 6 buah mug, beberapa piring sayur dan selusin sendok dan garpu.

Dari jalan raya di depan toko Tian Liong, telusuri jalan ke belakang (bukan kembali ke jalan raya glodok), nanti akan ketemu pertigaan yang ramai. Di sisi kanan ada gedung bertingkat bekas terbakar dan tidak terawat. Inilah yang disebut pasar pagi Asemka. Pasar grosiran ini menjual segala macam kebutuhan dalam jumlah besar. Aneka hiasan dan pernak pernik wanita, seperti jepitan, bros, peniti, gelang, kalung, bermacam model, ada yang dari batu imitasi maupun batu alam, dan dari besi bakar yang dijual dengan harga sangat murah. Tempat makan dan minum anak, tas sekolah, frame foto, alat tulis dengan bentuk yang cantik dan lucu dijual dng harga yang tak terduga. Demikian juga dengan mainan anak, boneka dan pernak-pernik utk ulang tahun anak, semuanya lengkap tersedia disini dng aneka pilihan bentuk dan warna. Namun tujuan kami kali ini ya membeli alat tulis sekolah, aku membeli buku tulis, pensil, bolpen, buku gambar dan sampul plastik. Di Asemka, aku juga membeli tas sekolah dengan gambar Ben Ten, kaos kaki dan celana dalam untuk Daniel serta beberapa parfum abal-abal untuk Dita.

Kalau butuh kemasan cantik, souvenir dan keperluan lainnya bisa dicari disini. Tapi jgn coba2 beli dalam jumlah sedikit karena semua barang dijual dalam satuan lusinan. Jadi kalo beli cuma 1 atau 2 buah, pasti deh dicuekin. Di sisi kiri jalan juga ramai toko2/ruko2 yang menjual barang2 impor dan lokal. Biasanya, para pedagang mengambil barang dagangan mereka dari pasar pagi asemka ini.

Selesai sudah berbelanja, kami kelaparan lagi, Adinda mengajak kami makan di Ayam Goreng Pancoran. Sementara kami berdua memesan ayam kremes dan nasi. Dita dan Arum memesan pempek kapal selam. Rumah makan Ayam Goreng Pancoran ini berada sejajar dengan pertokoan Gloria, seberang Tian Liong, lokasinya sudah pindah dari tempat lamanya dan sekarang ditambah dengan beberapa gerobak makanan lain, seperti pempek, sehingga ada banyak pilihan makan yang lain, jika tidak mau makan berat.

Laporan pandangan mata yang lain, di depan pertokoan Gloria, juga ada beberapa toko yang menjual aneka permen impor dan snack curah, penjual snack curah tersebar di sekitar Glodok, dari basement city hotel, sepanjang pancoran, sampai di gedung gloria. Semua pedagang ini pasang harga seragam, dan nggak bisa ditawar. Tapi memang harganya sesuai. Bayangin aja, aneka kacang mede siap makan, hanya 50 ribu sekilo. Ada mede oven, mede tepung, mede madu, aneka kacang (kacang bali, kacang telur, dll) rata-rata 20 ribuan, aneka emping rata2 20 ribuan. Kita boleh mencicip dulu sebelum membeli. Aneka permen, dari permen kelinci yang sudah ada sejak jadoel, permen obat batuk yang pedes segar dan permen obat turun panas. Sayang permen kelinci sudah ditarik dari peredaran, padahal itu permen kesukaan kami waktu kecil. Aku ingat betul karena harganya mahal (waktu itu) kami makan sedikit-sedikit.

Kawasan pecinan juga akrab dengan toko-toko obatnya. Deretan toko-toko obat yang menjual aneka herbal kering khas Cina menjadi pemandangan menarik tersendiri di sepanjang Jalan Pancoran ke arah Jalan Pintu Kecil.

Tak jauh dari deretan toko obat itu bisa ditemui sebuah toko buku khusus berbahasa Cina. Toko buku bernama Mandarin Bookstore ini menjual buku-buku sejarah, sastra, manajemen, serta buku cerita anak-anak berbahasa Mandarin. Banyak mahasiswa Sastra Cina datang ke sini untuk mencari buku-buku yang susah dicari di tempat lain.

Selesai sudah perjalanan sejak pagi dari Petak Sembilan, Gloria dan Pasar Asemka, sekarang waktunya pulang, aku dan anak-anak turun di depan halte ITC Mangga Dua untuk kembali pulang dengan shuttle bus BSD City, sementara belanjaan sudah aman di mobil bersama supir yang akan kembali ke kantor suami….

(Sumber: dari berbagai sumber n pribadi)