Saulina Resort, Aek Rengat

Kenapa kami berada di seberang sana ? Sederhana saja, karena kami ingin menikmati Danau Toba dari sisi yang lain. Jadi karena malam sebelumnya kami menginap di Ambarita, maka aku mencari informasi sebelumnya, dimana sebaiknya kami menginap untuk dapat memandang Danau Toba dari sisi yang lain. Semula pilihan kami adalah hotel di Pangururan, tapi karena informasi yang kami peroleh dari internet kurang lengkap, akhirnya pilihan jatuh pada hotel Saulina Resort di Aek Rengat.

Lokasi hotel ini cukup membuat hati berdebar (terus terang sesungguhnya suami agak keberatan) karena letaknya yang hanya terpisah jalan dengan Gunung Pusuk Buhit. Gunung Pusuk Buhit terletak di Kabupaten Samosir, dipercayai memiliki nilai sakral bagi penduduk setempat. Gunung ini memiliki ketinggian berkisar 1.800 dpl dan merupakan bekas gunung vulkanis yang berada persis dekat Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir). Terdapat dua jalan darat yang dapat kita lalui jika ingin mengelilingi gunung tersebut. Dari Tomok (arah timur)  dan dari Tele.

Hotel kami berada di Aek Rangat, yang berada di kaki Gunung Pusuk Buhit, Kelurahan Siogung-Ogung Kecamatan Pangururan. Kami tiba sudah menjelang sore, lapak kami alias tempat kami duduk di depan kamar hotel dikuasai pihak lain yang jauh lebih sangar dan lebih banyak dari kami, malas berdebat karena sudah cukup lelah hari ini, kami bersantai saja di kamar dan di tepian danau. Kamar kami terletak di lantai 1, hanya berjarak beberapa meter dari danau. Bangunan hotel masih tampak baru. Kantor operasional dan restoran agak jauh dari kamar kami, selain itu telpon antar kamar tidak berfungsi, jadi sudahlah kami berjalan-jalan sejenak di sekitar itu. Kamar kami adalah kamar yang cukup besar dengan dua tempat tidur dan kamar mandi yang bersih, tanpa AC dan dilengkapi sebuah televisi, dengan harga Rp 400 ribu semalam dan extrabed seharga Rp 77 ribu.


Karena hari sudah mulai gelap dan udara mulai dingin, suami mengajak kami untuk menuju tempat pemandian air panas di sekitar Aek Rangat, sayangnya kami salah memilih tempat. Di Aek Rangat yang dingin ini kita dapat berendam air panas. Aek Rangat merupakan air belerang yang konon menurut cerita mampu menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis, kurap. Sumber air panas ini juga mampu digunakan memasak telur tanpa bantuan api. Caranya hanya dengan mencelupkan ke dalam air belerang tersebut. Kolam ataupun pemandian air panas tersebut dikelola olah masyarakat setempat, seperti yang telah aku ceritakan pada tulisan sebelumnya. Setelah mandi, kita harus makan ataupun minum di warung tempat kita mandi sebagai imbalannya. Namun Anda yang ingin berkunjung di sini harus berhati-hati, karena setiap pemilik warung menawarkan harga yang berbeda-beda.

Menikmati Danau Toba dari Hotel Saulina Resort






Tidak banyak yang kami lakukan untuk mengeksplor hotel ini, termasuk menu makanannya, karena seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, keesokan harinya kami pergi lagi ke arah Pelabuhan Simanindo, pantai Pasir Parbaba, ziarah ke Makam Bapak di Lumbansuhi-suhi dan mencari sarapan di Pangururan, jadi yaa kami tiba kembali di Saulina, sudah saatnya untuk check out karena akan melanjutkan perjalanan ke Brastagi. Padahal konon kabarnya, disini disajikan makanan khas batak yang enak dan harga terjangkau. Lain waktu kami kembali lagi…

Pemesanan aku lakukan melalui telpon langsung ke kantor Saulina Resort di 0626-20810


Kejutan Manis di Awal Tahun

Pertama-pertama, melalui tulisan ini aku mau berterimakasih kepada teman baikku sesama blogger yaitu, Eka Situmorang, yang mempromosikan kegiatan Adira Best 100 Faces of Indonesia yang diselenggarakan oleh Adira Finance, melalui blognya disini. Kedua, aku juga berterimakasih kepada suamiku yang baik hati, yang memberikan kejutan mengajak kami sekeluarga pulang kampung pada libur Lebaran tahun 2011 sehingga koleksi tulisan dan fotoku bertambah untuk dapat dilombakan. Ketiga, aku tentu berterimakasih kepada teman SMA ku, Imelda Coutrier, yang menginspirasiku membuat blog dan tetap membantuku dalam memelihara blog ku ini.

Menulis memang sudah menjadi hobi ku karena aku enggan mengeluarkan kata-kata (dulu lho – kalau sekarang kata anak-anak, mama cerewet banget sih 🙂 ) Aku memang suka menulis, dulu tugas Mengarang dalam pelajaran Bahasa Indonesia, adalah tugas kesukaanku, ditambah lagi dengan kecepatan tanganku dalam menguntai kata. Jadi kegiatan menulis memang sudah lama sekali aku lakukan, mulai dari menulis buku harian (diary) setiap hari sejak aku di bangku SMP, membuat korespondensi dengan banyak teman di luar negeri (dulu melalui jalur IYS – International Youth Service) dan berkirim surat dengan keluarga atau sahabat. Kegiatan menulis buku harian praktis berhenti sejak aku menikah (pembunuhan karakter – kata temanku 😀 ) hehe tidak juga, ini lebih disebabkan karena keterbatasan waktu, sampai aku menemukan sebuah cara untuk berbagi melalui jalur blogging.

Awal tahun, aku sudah dikejutkan dengan pengumuman Lomba Karya Tulis Kisah Natal yang diselenggarakan oleh GKI Serpong. Peserta nya hanya 10 orang (mungkin kalau lebih banyak peserta, aku tidak menang yaa) dan terkumpul 11 artikel, dan secara iseng saja aku mengirimkan tulisanku tentang kisah Natal yang pernah aku tuliskan di blogku pada Desember 2010. Tulisan kukirim melalui email ke panitia (ibu Venita Lengkong) tepat pada hari terakhir 18 Desember 2011 malam, pasrah saja, tanpa beban. Dan Puji Tuhan, untuk kategori dewasa, tulisanku yang berjudul Surat buat Sinterklas, dinyatakan menang dalam urutan ke-2.

Kembali ke cerita awal semula, kejutan lain yang aku tunggu adalah pengumuman dari kegiatan diatas. ADIRA Best 100 Faces of Indonesia adalah suatu ajang perlombaan menulis mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia, yang merupakan bagian inti dari situs ADIRA Faces of Indonesia. Lomba menulis ini terbuka bagi semua kalangan. Karena itu begitu aku baca ajakannya di blog Cerita Eka, maka aku pikir saat itu (awal Agustus 2011) kenapa tidak kucoba, toh aku sudah cukup punya banyak tulisan di blog ku, tinggal meramu ulang lagi untuk konsumsi umum dan juga akhir Agustus akan ada rencana pergi pulang kampung, pasti akan ada banyak cerita dan gambar nih dengan kamera pertamaku – Nikon Coolpix 120 yang baik hati dijepret sana sini.

Akhirnya setelah mendaftar dalam portal pariwisata Adira Faces of Indonesia, aku mulai rajin men-submit tulisan-tulisanku terutama tulisan perjalananku pulang ke kampung suami. Total tulisan yang berhasil aku kirimkan mulai dari bulan Agustus sampai akhir periode lomba Desember 2011 adalah sebanyak 22 artikel dengan 16 artikel wisata di Sumatera Utara, 3 artikel wisata di Jogjakarta, 1artikel wisata di Jawa Tengah, 1 artikel wisata di Jakarta dan 1 artikel wisata di Jawa Barat.

Yang hasilnya…..adalah saat aku menerima telpon dan undangan dari Panitia Penyelenggara pada tanggal 18 Januari 2012 yang menyatakan bahwa tulisanku terpilih sebagai salah satu tulisan dalam the Best 100 Adira FOI. Penelpon memohon kehadiranku esok hari di Resto Jimbaran, Pantai Karnival Ancol.

Hari yang aku tunggu akhirnya tibalah, Kamis, 19 Januari 2012, Resto Jimbaran, Pantai Karnival, walau untuk mencapai kesana, penuh perjuangan kulakukan dari kantorku di Serpong, hm aku ceritakan kemudian ya agar tidak merusak mood dan suasana 🙂 aku tiba dengan selamat di Resto Jimbaran, dengan HP berisi beberapa missed calls dari Panitia yang menunggu kehadiranku.

Setelah kata sambutan, aku memang datang terlambat, jadi tidak dapat menikmati hiburan di awal acara, akhirnya diumumkanlah the Best 100 atau 100 karya tulis wisata terbaik versi Adira FOI dan Puji Tuhan dari 22 artikel yang aku kirimkan 2 (dua) tulisan masuk dalam kategori tersebut dari 700 artikel yang masuk ke meja juri…Puji Tuhan.

Selain memenangkan dua artikel tersebut, walau itu bukan tulisan yang aku unggulkan untuk menang, aku juga berhak menyandang predikat sebagai seorang Explorer (Penjelajah) versi Adira FOI karena telah mengirimkan sebanyak 22 artikel (dari 15 artikel). Dalam portalnya Adira FOI menetapkan 5 kategori bagi para kontributor berdasarkan jumlah tulisan yang dikirimkan, yaitu Newbie untuk pemula, Walker untuk kontributor yang mengirimkan 1 sampai 5 tulisan, Traveller untuk kontributor yang mengirimkan 6 sampai 10 tulisan, Adventurer untuk kontributor yang mengirimkan 11 sampai 15 tulisan dan Explorer adalah untuk kontributor yang telah mengirimkan > dari 15 tulisan (seperti saya, ehm… 🙂 )

Dan tidak hanya itu saja, ucapan selamat, doa dan permintaan traktir juga banyak dikirimkan oleh sanak saudara dan teman baik melalui Facebook, Twitter, BBM ataupun bertemu langsung. Apalagi setelah terpampang dalam beberapa media seperti yang dimuat dalam koran KOMPAS, 24 Januari 2012 halaman 13 atau koran MEDIA INDONESIA, 27 Januari 2012 halaman 17.

Di titik ujung kegembiraan ini, aku hanya mampu bersujud syukur, berterimakasih tak henti-hentinya untuk bapakku tercinta (almarhum) R. Soegeng Priyodarminto, S.H, yang selalu memfasilitasiku bacaan di masa kecilku, mulai dari Majalah Bobo, Ananda, Kawanku, seri Tintin, seri Lima Sekawan, seri Lima Benua dan banyak lagi. Berkat membaca, aku jadi suka menulis. Terimakasih ya pak, pasti bapak bangga di surga sana kan ?

Semoga ini adalah sebuah awal yang baik, berwisata untuk menikmati keindahan, mengabadikannya untuk dapat mengenang keindahan itu dan menuliskannya agar orang lain dapat turut menikmatinya. Jalan – Foto – Menulis adalah satu kesatuan. Tetap lukis Indonesia dengan kata, seperti semboyan Adira FOI.

sumber : Dapurpacu.com, Adira FOI


Silintong Hotel, Tuk Tuk Samosir

Kami memang tidak menginap di Hotel ini, mohon maaf kepada pihak Manajemen, walau aku telah melakukan reservasi sebelumnya dan telah mendapatkan kamar dengan tipe Moderate menghadap danau, termasuk makan pagi dengan harga Rp 450.000,- namun karena kondisi (kami berhasil menyeberang dan tiba di Samosir sudah larut malam) sehingga tidak sempat, malah tidak melihat jalur ke arah Tuk Tuk, jadi kami menginap di hotel lain di Ambarita.

Tapi kami memang penasaran untuk melihat kesana. Jadi pada hari ke-2 kami di Samosir, kami datang ke hotel ini dan benar seperti banyak diceritakan orang, tempat ini sangat nyaman. Lingkungannya seperti wilayah Kuta di Bali, banyak cafe dan tempat makan yang dikelola secara personal namun profesional. Juga banyak tempat kerajinan khas. Saat kami menyusuri wilayah Tuk Tuk ini, banyak wisatawan yang berkeliling dengan sepeda sewaan.

Hotel Silintong ini, tampak dari luar seperti ini, halaman dipenuhi tanaman anggrek,

di tepi danau bersandar dua buah boat yang siap membawa penghuni hotel berkeliling Danau.

pemandangan ke Danau

lingkungan yang asri

Kami berharap suatu saat kami bisa menginap disana. Jika bermaksud untuk melakukan reservasi, bisa melalui email ke silintong_hotel@yahoo.com atau hubungi ke nomer telpon 0625 – 451242.


Hotel Sopo Toba, Ambarita

Hotel Sopo Toba, adalah sebuah hotel yang terletak di desa Ambarita, Pulau Samosir. Hotel ini didirikan pada tahun 1983 dan mulai beroperasi pada tahun 1985.Lokasinya terletak di sebelah kanan jalan dari Tomok arah Pangururan, jadi sudah dapat dipastikan bahwa penginapan ini akan berhadapan langsung dengan Danau Toba.

Mulanya kami memilih hotel ini, karena searching di internet dan referensi dari teman, yang baru saja pulang dari Samosir. Ada satu hotel lagi yang sudah aku hubungi sebelum berangkat menuju Samosir dan berlokasi di Tuk Tuk. Namun karena kami tiba di Samosir, setelah proses menyeberang dengan antrian yang cukup panjang, sekitar pukul 21.00 malam, tidak ada kesempatan bagi kami untuk memilih. Kondisi malam itu cukup gelap dan lokasi termudah untuk dicapai ya hotel Sopo Toba ini. Jadilah, suamiku membelokkan kendaraan kami masuk kedalam pelataran parkir hotel.

Sebelumnya, aku sudah melakukan reservasi hotel sejak bulan Juli 2011 (kami berangkat akhir Agustus 2011), dan sesuai informasi yang kami peroleh dari pengelola, Rismawati Simarmata, kami reservasi kamar Junior Suite, yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari tepian Danau Toba.

Menikmati pagi dari tepi hotel

Atau bisa juga duduk-duduk disini, menikmati pagi

Ruang Makan dan Pertemuan di Sopo Toba

Kamar yang kami tempati adalah tipe Junior Suite dengan harga sewa Rp 450.000,- Kamarnya terdiri dari 2 ruang besar. Ruang pertama adalah ruang tamu dengan sofa dan TV. Ruang yang kedua adalah kamar tidur dengan kamar mandi yang cukup besar.

Secara keseluruhan, kami cukup puas berada disana, terutama karena suasana yang nyaman, pemandangan yang indah bisa kami nikmati dari sana, hanya karena lokasi yang cukup jauh kebawah dari tempat parkir ke kamar kami, membawa jalan naik turun menjadi kurang nyaman. Juga saat kami datang, air minum panas dalam termos tidak siap pada waktunya, memang kami datang kemalaman akibat padatnya jalur penyeberangan.

Silakan kunjungi website nya di www.hotelsopotoba.com

 

 


2011 yang Penuh Warna

Tahun 2012 sudah berlalu lima hari dan tulisanku terakhir adalah tulisan yang kutulis pada awal Desember. Desember memang penuh dengan kegiatan dan kelelahan itu masih terasa hingga saat ini. Namun aku mau sedikit menengok ke belakang, ke 2011 karena masa lalu adalah bagian dari hidupku juga, yang tidak bisa kulepaskan begitu saja.

Awal tahun 2011 diawali dengan masuknya anak tengahku di UGD RS Eka Hospital, sehingga kami bertahun baru dengan penuh ketenangan disana. Dan betul memang, sepanjang tahun 2011 itu ada 2 kali aku mesti berurusan dengan RS, yang pertama bulan April. si bungsu ku dirawat selama 4 hari di RS dan pada bulan September, ibuku dirawat selama 6 hari 5 malam.

Kilas balik 2011 ku, aku bagi dalam 4 kelompok besar, yang pertama adalah Perjalanan, ada beberapa perjalanan luar kota yang kami jalani bersama tanpa perencanaan besar di awal tahun, terutama perjalanan kami pada libur lebaran tahun ini, dimana libur yang berkesan ke kampung ini terwujud dengan perencanaan kurang dari 2 minggu, namun sangat mengesankan buat kami sekeluarga. Perjalanan lain yang aku lakukan adalah dalam rangka pekerjaan bersama para MUK di Jogja pada bulan April, dengan seluruh karyawan STP dalam rangka Outing dan Meeting di Jogja pada bulan Juli, kemudian perjalanan liburan sekolah kenaikan kelas pada bulan Juni ke Pangalengan, Bandung Selatan. Dan yang terakhir adalah perjalanan kami mendadak ke Bandung karena Ito ku, Ap Alus meninggal di akhir tahun 2011.

Tahun ini juga dipenuhi dengan keriaan dengan menikmati beberapa film di bioskop maupun film layar lebar di rumah bersama suami dan anak-anak. Kusebut sebagai ‘keriaan, karena sebenarnya ini bukan tradisi kami untuk menonton di luar rumah, tapi tahun ini cukup banyak kami lakukan, diantaranya mulai dari film Shaolin, Mirror Never Lies, Little Comedian, Made of Honor, Garuda di Dadaku, Arthur Christmas, sampai Mission Impossible. Dan beberapa film yang ditayangkan melalui stasiun televisi, diantaranya The Mistress Spices.


Selain Film, Puji Tuhan, kami juga diberi kesempatan untuk banyak berwisata kuliner di tahun ini, beberapa tempat baru sempat kami coba dan datangi, tapi rasanya ga perlu aku sebutkan satu per satu disini ya, ga etis rasanya, heee….

Kelompok  yang terakhir adalah kelompok Peristiwa. Tahun ini banyak peristiwa kualami berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan yang aku lakukan atau berhubungan dengan pertemanan atau orang yang aku kenal. Diantaranya tahun ini, Puji Tuhan, aku  menjadi salah seorang sponsor di Wahana Visi Indonesia, yang mendonasi 2 anak laki-laki, di Singkawang dan di Sambas, aku juga terlibat dalam kegiatan sosialisasi pencegahan penularan HIV/AIDS, bertemu teman-teman baru di Good Reader of Indonesia, bertemu dengan beberapa blogger pada event Kopdar Imelda Courtrier di Jakarta, berpartisipasi dalam kegiatan 1N3B yang melakukan kunjungan ke Sungai Lisai. Selain itu kegiatanku mendampingi anak-anak Paduan Suara Voice of Banten dalam latihan dan beberapa kegiatan pelayanan.

Peristiwa lain, adalah peristiwa perpisahan atau kematian, diantaranya Ap Ellyn di Bekasi, ito Ap Alus di Bandung dan teman sekerjaku di Inspektorat, Bp Eddy Susilo, yang semuanya sangat mendadak, tanpa sakit yang lama. Selain peristiwa kematian, juga ada peristiwa kelahiran beberapa anak dari keponakanku.

Peristiwa lain di 2011 adalah peristiwa kelulusan anak sulungku dari bangku SMP dan masuk ke jenjang SMA dan juga kenaikan kelas dari si tengah dan si bungsu. Sementara untuk karir dan pekerjaanku, walau belum ada peningkatan yang signifikan, tapi kusyukuri bahwa pekerjaan itu ada membuat hari-hari ku menjadi bermakna.

Resolusi yang aku buat di awal 2011, belum seluruhnya kulakukan dengan baik, karena itu, resolusi 2011 akan kulanjutkan di tahun 2012 dan berharap hidupku semakin berarti buat orang-orang di sekitarku dan orang lain dan terutama buat Tuhan saja.

suka duka tangis tawa marah sedih kecewa bahagia, datang silih berganti di 2011….tak kutahu kan hari esok, tapi kupercaya tangan TUHAN yang pegang…..

 

 

 


Danau Toba dari Menara Pandang Tele

Perjalanan kami lanjutkan ke Menara Pandang Tele, sebenarnya tempat ini tidak berada lagi di Pulau Samosir melainkan sudah terletak di daratan Sumatera namun masih masuk dalam Kabupaten Samosir. Setelah check out dari penginapan kami di Aek Rangat, kami pun mulai memasuki daratan Sumatera dengan jalur berkelok-kelok dan menanjak ciri khas jalan menuju tempat yang lebih tinggi dengan kondisi jalan rusak dan berdebu. Banyak orang, terutama pendatang, yang tidak berani melewati jalan jalur Tele ini menuju kota Medan karena jalannya yang sempit untuk berpapasan dua kendaraan dan curamnya tebing di salah satu sisi jalan. Namun memang indahnya pemandangan tak terelakkan untuk dinikmati dalam perjalanan ini. Jarak antara ibu kota Kabupaten Samosir atau kota Pangururan menuju Menara ini sekitar 22 km melalui Tele, yang merupakan satu-satunya akses jalan darat dari Pangururan ke Tele. Sekitar 40 menit akhirnya sampailah di Menara Pandang Tele. Konon kabarnya titik tepat di Menara ini merupakan titik dimana bangunan tertinggi ada di tempat ini, karena setelah melewati Menara Pandang, jalan yang kami lalui akan menurun sampai ke kota berikutnya.

Menara Pandang di Tele ini merupakan bangunan berlantai 3, yang hanya bisa dinaiki dengan tangga saja. Terletak tepat di tikungan jalan yang menanjak, bersyukur ada pelataran parkir untuk memarkir kendaraan, sehingga mobil bisa di parkir dengan aman. Dari tiap lantai, pemandangan indah dan luasnya Danau Toba tampak, dan tentu saja terindah berada di lantai teratas, juga keindahan alam di sekitarnya, seperti air terjun. Wah benar-benar terpuaskan mata memandang Danau Toba dari puncak Menara. Konon kabarnya, biasanya tempat ini dimanfaatkan banyak orang untuk menikmati matahari terbit dan terbenam. Setelah berfoto disana, kami beristirahat sejenak di warung yang ada, maklum hari sudah siang dan kami belum makan siang, sambil menikmati dinginnya hawa udara di Tele dengan semangkuk mie panas pedas cabe rawit dan teh manis hangat, keindahan ini kami hayati dan enggan untuk meninggalkannya.


Menyambut Pagi di Ambarita

Tulisan mengenai Ambarita akan dibagi dua judul, yang pertama mengenai Ambarita dan kedua mengenai Hotel Sopo Toba di Ambarita.

Ambarita merupakan salah satu desa di kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dari desa ini, kecantikan Danau Toba dapat kita tengok. Membicarakan Danau Toba memang tidak akan habisnya, sama seperti posisinya yang terletak di beberapa kabupaten, diantaranya yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi di Sumatera Utara, maka keelokan danau yang luas nan magis ini pun juga dapat dinikmati dari beberapa tempat di sekitarnya, tidak hanya dari beberapa kabupaten, dari beberapa desa pun kita bisa menikmatinya. Salah satunya dari Desa Ambarita, sebuah desa di Kabupaten Samosir. Menuju Desa Ambarita ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam atau 30 menit dengan kendaraan bermotor dari Tuk tuk, atau lebih indah lagi, jika langsung menikmatinya dengan berperahu dari Tuk tuk selama 20 menit. Kita bisa menikmati sekitar Danau Toba yang dikelilingi dengan perbukitan dan panorama yang indah, amat sangat tenang dan nyaman di hati.

Mencapai Danau Toba dari Pulau Samosir, itulah yang biasanya dilakukan banyak orang, melalui pintu gerbang Prapat di pelabuhan Ajibata, jika kita datang dari Medan melalui Pematang Siantar. Mulai dari ujung penyeberangan, Ajibata, Tuk tuk, Tomok, Silintong dan semua desa di Pulau Samosir, kita bisa mensyukuri keindahan ciptaan Tuhan ini, salah satunya dari Desa Ambarita, tempat kami menginap di Samosir dalam liburan kali ini, dimana keindahan pagi dari tepian Danau Toba di Ambarita dapat kita nikmati.

Dari Ambarita – – –


Arthur Christmas

Bagi seorang anak, hari Natal identik dengan kado. Bagi mereka, tidak ada hari Natal tanpa kado, apapun itu. Kadang seorang anak, tidak peduli dengan harganya, mereka memang mengharapkan apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh di hari Natal, karena itu mereka menuliskannya pada sang Sinterklas, tapi seandainya pun itu tidak mereka peroleh, mereka tetap akan bahagia jika ada kado Natal yang lain.

Ini pula yang menjadi kepedulian Arthur, sang Sinterklas sejati, yang begitu peduli, kala pengiriman dengan teknologi canggih yang dilakukan oleh sang kakak, Steve dan ayahnya, Malcolm, Sinterklas itu sendiri, melewatkan pengiriman 1 buah kado untuk seorang anak bernama Gwen.

Arthur, yang sehari-harinya bertugas menerima dan membalas surat dari anak-anak di seluruh dunia, menyadari betul keinginan hati setiap anak dan menyakinkan mereka bahwa Sinterklas itu ada dan akan menjawab keinginan setiap anak.

Arthur bersama sang kakek, seorang kurcaci, 8 ekor rusa dan kereta tua, terbang untuk memenuhi janji mereka kepada Gwen. Cerita yang dikemas begitu menarik, mampu menghibur hati, mengenai arti peduli walau hanya pada seorang anak kecil saja.

Film ini diperankan oleh Grandsanta (Bill Nighy), Mrs. Santa (Imelda Staunton), Steve (Hugh Laurie), Bryony (Ashley Jensen)dan Arthur (James McAvoy) dan disajikan secara menarik melalui teknik animasi dan diproduksi oleh Sony Pictures Animation dan Aardman Animations.

Selamat menonton.