BPK Serasi Rasa, Berastagi

Maap ini edisi non halal, tapi kalau ga di-sharing rasanya kok mubazir ya punya pengalaman enak, menyenangkan dan mengenyangkan kok tidak dibagi kepada sesama….bisa dosa juga kan ? Heee…. 🙂

Dalam perjalanan kami menuju Medan dari Berastagi, kami sudah bertanya-tanya kepada keponakan, rumah makan BPK mana yang paling maknyus saat ini, maklum di Berastagi dan sekitarnya, amat banyak namanya rumah makan dari level warung sampai restoran, atau restoran dengan cabang-cabang BPK ….ah iya lupa pulak kasi kepanjangan singkatan dari BPK ini, BPK itu singkatan dari Babi Panggang Karo, yang top markotopnya alias paling mantabs ya disini tempatnya menurut keponakan suami, Lisbeth,  yang merekomendasikan rumah makan BPK Serasi Rasa, yang terletak di sebelah kiri jalan menuju Medan dari Berastagi.

Menu di rumah makan ini tidak macam-macam, standar lapo-lapo yang lain, tapi ramainya minta ampun, belum kami selesai makan pun, orang sudah banyak berdiri menunggu kami, belum lagi orang yang datang untuk pesanan dibungkus dan dibawa pulang (take away), jangan-jangan adapula yang delivery order… Menu, bisa dilihat di foto-foto dibawah ini, ada menu 1. Panggang Rp 12.000,- (maksudnya ya tentu Babi Panggang … 🙂 ) 2. Sop Tulang Rp 12.000, – 3. Nasi Putih Rp 4.000,- 4. Nasi dan Panggang Rp 15.000,- 5. Nasi dan Sop Tulang Rp 15.000,- itu menu yang terpampang didalam rumah makan, tapi kita bisa memesan ikan mas arsik, B2 panggang, saksang, sayur singkong tumbuk, sup kaki babi plus aneka sambal cabe ijo dan sambal andaliman. Kalau minumannya hm bermacam-macam, termasuk jus martabe (markisa terong belanda)…mantabs kalipun…sluurrrp….

Oh ya sekalian menjelaskan, saat B2 panggang mau disajikan, pramusaji bertanya, pakai sambal gota? Gota? Gotcha kali ? eh ternyata gota itu…hm sekali lagi ini benar-benar non halal ya, karena buat kami yang menghalalkan pun kadang agak tidak berani memakannya walau rasanya enak karena sudah dicampur dengan aneka rempah, gota yaitu darah daging hewan tersebut, kalau B2 ya gota B2, yang terkenal enak juga ada Ayam Gota (kalau yang ini Eda dan Inang Mertua ku yang jago membuatnya).

Singkat kata, kami puas makan di RM BPK Serasi Rasa ini, semua masakan segar dan masih baru, masakan tidak berbau, rumah makan cukup bersih, pisang barangan tersedia banyak…. mantabs tabs….yuk kesana lagi yuuuk…. 🙂

 


Pasar Berastagi

Berkunjung ke Berastagi, rasanya kurang lengkap jika tidak mengunjungi Pasar  Berastagi di Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kami datang pagi-pagi,kira-kira pukul 7.00 pagi, udara masih terasa dingin, padahal matahari bersinar cerahnya saat itu. Pasar belum seluruhnya buka dan didatangi baik oleh pedagang maupun  pengunjung, jadi kami masih bisa leluasa mengamati pasar buah dan sayuran yang menjadi pusat wisata belanja bagi orang-orang yang berkunjung ke Kabupaten Karo, karena selain buah dan sayurannya segar, juga memiliki kualitas yang prima. Disamping itu, kadang pengunjung yang berasal dari Sumatera juga bisa menemui aneka buah dan sayuran yang tidak ada di kota asal, misalnya seperti terong belanda dan pepino.

Pasar ini berada tidak jauh dari pusat kota Berastagi. Untuk mencapai kota Berastagi, bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam  di hari biasa dan bisa lebih di hari libur dari kota Medan atau berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Medan. Pasar yang terletak dekat Tugu Perjuangan Berastagi ini mempunyai luas sekitar 1 hektar. Pasar ini tampak bersih dan tertata rapi, buah-buah disusun menurut jenisnya secara teratur, demikian juga untuk sayuran dan tanaman hias.  Menurut pedagang yang berjualan disana, pasar ini telah ada sejak tahun 1984 dan pernah mengalami peremajaan di beberapa tempat. Selain buah, sayur dan tanaman, di pasar ini juga banyak dijual cenderamata, seperti kaos, gantungan kunci, ukiran kayu  dan kain-kain khas Sumatera Utara.

 

 

 

Selamat berwisata di Pasar Berastagi


Wisata Kuliner (Malam) di Jalan Jamin Ginting

Perjalanan panjang telah kami lalui sepanjang hari ini, hari ke-4 liburan mudik kami, yaitu dari Aek Paulak Hosa, Desa Silalahi, Tugu Silalahi, Tongging dan Air Terjun Sipisopiso, serta Kebun Jeruk di Kaban Jahe. Badan sudah lelah, mata sudah mengantuk, tapi rasanya kok ga seru ya kalau kami ga icip-icip di Jalan Jamin Ginting, Berastagi, yang semerbak mewangi dengan bau makanan dan masakana, yang berasal dari rumah makan, kedai dan tenda-tenda di sepanjang jalan itu.

Sebenarnya kami juga masih kenyang, ingat kan kami baru makan siang sekitar pukul 16 di Tongging ? Jadi ya seperti rencana semula, kami mulai dengan makan durian di depan Bank Mandiri, hmm sedapnya….lanjut …lihat apa yang kami nikmati sepanjang jalan ini, disamping aneka makanan seperti ikan nila goreng dan bakar, aneka chinese food, sate manis dan jajanan lain.

memilih durian

pedagang roti bakar yang tidak pernah sepi

roti bakar

sate padang

pedagang martabak india

tempat makan di sepanjang jalan Jamin Ginting

dan yang tak pernah sepi pengunjung sejak pagi

Jadi manakala kita kelaparan dan kedinginan akibat dinginnya udara di Berastagi dan sekitarnya, tidak perlu kawatir karena banyak tempat yang dapat mengenyangkan dan menghangatkan tubuh kita.



Petik Buah di Kaban Jahe

Kaban Jahe, 31 Agustus 2011, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Berastagi, hari memang sudah semakin sore, tapi langit masih cerah, waktu itu hampir menjelang pukul 18.00, sebenarnya badan kami, suami terutama dan anak-anak juga sudah cukup lelah, tapi di wilayah Kaban Jahe, banyak sekali pedagang yang menawarkan untuk memetik buah jeruk atau markisa di kebun mereka.

Tak tahan untuk tidak berhenti melihat buah yang ranum-ranum itu, akhirnya kami berhenti di kebun milik Bapak Sembiring, yang dijaga istrinya Ny Sembiring boru Ginting. Harga buah jeruk yang dipetik langsung dari pohonnya sekitar Rp 12.000,- per kg.

akhirnya kami berbelok kemari

kami turun dan tak tahan untuk tidak memetik buah-buah ini

dan lihatlah apa saja yang dijual selain jeruk yang manis itu ? ada markisa, ada terung belanda, ada salak, dan ada juga buah pepinos….rasanya semua segar dan manis

 

Jangan sampai menyesal tidak mampir dan menikmati buah-buahan di Kaban Jahe ini, yang merupakan salah satu potensi pertanian berupa buah dan sayur terbesar di Sumatera Utara.


Air Terjun Sipiso-piso

Dalam perjalanan kami dari Tongging menuju Merek, kami diingatkan teman untuk mampir ke Air Terjun Sipiso-piso, karena penasaran dengan informasi yang kami terima mengenai air terjun in, maka suami pun membelokkan mobil ke arah obyek wisata ini. Setelah membayar tiket tanda masuk, kendaraan pun diparkir. Saat itu kami tiba disana sekitar pukul 17, namun masih banyak pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan suasana disana, dan sekali lagi kami masih punya kesempatan berfoto dengan latar belakang pemandangan Danau Toba (lagi).

Lokasi Air Terjun Sipiso-piso ini tidak jauh dari desa Tongging, terlihat dari waktu yang kami gunakan dari desa Tongging ke lokasi ini. Hanya kalau desa Tongging berada di dataran rendah lebih dekat ke danau, maka untuk menuju ke air terjun ini kendaraan yang digunakan akan melalui lereng-lereng yang cukup tinggi. Jaraknya ke arah kota Berastagi juga hanya sekitar 35 kilometer saja. Selain pemandangan danau Toba, dari gerbang puncak menuju air terjun ini, kami bisa melihat derasnya air terjun ini mengalir dari dari atas bukit, sehingga oleh karena itu derasnya air yang menyerupai pisau ini, maka air terjun ini disebut Air Terjun Sipiso-piso (piso dalam bahasa Karo berarti pisau-red).

Untuk melihat air terjun ini dari dekat, disediakan jalanan berbatu yang harus ditempuh melalui anak tangga menurun kebawah. Melihat ketinggian air terjun, yang kabarnya mencapai 120 meter dengan kondisi kami yang sudah cukup lelah melakukan perjalanan sejak pagi tadi, ditambah lagi (alasan) hari sudah menjelang sore, rasanya kami menyerah dan tak sanggup untuk turun kebawah, kami hanya berfoto sebentar dan berjalan di sekitar obyek wisata, yang menjual aneka souvenir khas daerah setempat seperti kaos dan aneka kerajinan lain.

Air Terjun Sipiso-piso, obyek wisata yang masih patut untuk dikunjungi, walau kabarnya curah air yang mengalir sudah mulai berkurang.


Nikmati Tongging ? Ya Di Sini …..

Hari sudah menunjukkan pukul 15.00 saat kami tiba di Tongging, lalu apa yang mau dilakukan disana? Tentu makan ikan bakar, yang dipelihara dan diternak di keramba, jadi segera kami merapat ke salah satu rumah makan yang cukup ramai didatangi pengunjung, yaitu Rumah Makan SABAR HITA….ya betul mesti bersabar. Selain sabar menunggu tempat duduk di pondokan, sabar mencari ikan di keramba, juga sabar menanti ikan dimasak sesuai pesanan kita.

Mari mulai mencari ikan di keramba

Oh ya untuk tambahan informasi, saat kami makan di rumah makan ini, harga ikan mas segar per kilogram nya Rp 60.000,- rupiah, harga ini sudah termasuk proses pemasakan sampai ikan dihidangkan sesuai pesanan. Sedangkan harga ikan nila segar per kilogram Rp 55.000,-. Ikan mas nya besar-besar lho, saat kami kesana tidak ada yang kurang dari 1 kilogram per ekor beratnya.

Inilah pondok-pondok di RM Sabar Hita

Menunggu ikan ditangkap

Menunggu ikan dimasak

Nah ini dia salah satu pesanan kami, ikan nila masak tauco

dan yang satu ini lagi…. ikan mas bakar

dan main bebek-bebekan di tepi danau


Nikmati Tongging, ya disini tempatnya…. 🙂 sambil menunggu ikan dimasak, tak bosan-bosannya keindahan sekeliling bisa kita nikmati.

 

 


The Beautiful Tongging

Desa Tongging, desa yang tak cukup bisa untuk dilukiskan dengan kata-kata saat kita menghampiri keelokannya, mulut bisa ternganga alias speechless melihat keindahannya. Desa Tongging terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kami lalui setelah beberapa saat sebelumnya kami mampir ke Desa Silalahi, dalam perjalanan kembali ke Berastagi. Desa Tongging hanyalah sebuah desa kecil biasa di Sumatera Utara, namun yang merupakan desa yang mempunyai potensi pariwisata yang cukup besar jika dikelola dengan baik, karena letaknya yang berbatasan dengan 4 kabupaten yang ada, yaitu kabupaten Karo, Simalungun, Pakpak dan Toba Samosir.

Mengapa harus dikelola dengan baik, karena desa yang dilimpahi keindahan dan kekayaan alam berupa hasil perikanan yang melimpah ini, memerlukan akses jalan darat yang memenuhi syarat, dalam arti mudah dilalui, tidak hancur atau rusak, sehingga orang mudah mencapai wilayah ini. Letak geografisnya yang berada diantara bukit yang terjal, memang membuat desa ini agak sulit dijangkau, apalagi jika berjalan datang dari arah Desa Silalahi seperti yang kami lalui.

Selain akses jalan dan infrastruktur yang mesti diperbaiki, keindahan desa ini membuat siapa saja yang singgah akan terpana, oleh air danau yang berwarna biru, awan putih bergulung-gulung, langit yang bersih, burung-burung camar beterbangan, ikan yang beranak pinak didalam keramba serta suasana desa yang tenang dan nyaman dan juga hasil tangkapan ikan yang dimasak serta dinikmati diantara semilir angin membuat siapapun yang berada disana, enggan meninggalkan tempat itu.

.

 

 

 

Indah nian bukaaan …… 🙂

 


Makam dan Tugu Raja Silalahi

Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Silalahi untuk mengunjungi Makam dan Tugu Raja Silalahi, yang terletak di Kecamatan Silalahi, Kabupaten Dairi. Mengapa bersemangat menuju kesana? Ya tentu saja karena suami ber-marga Silalahi dan ingin menunjukkan pada anak-anak mengenai asal usul keluarga besar kami.

Desa Silalahi, terkenal dengan keindahan Danau (Tao) Silalahi-nya, yang merupakan bagian dari Danau Toba. Wilayah ini masih sepi dan aku pikir perlu pengembangan yang lebih serius, terutama akses untuk menuju daerah ini, apakah melalui Sumbul atau melalui Tongging. Kami sendiri berangkat melalui Sumbul dan pulang melalui Tongging. Jalan melalui Sumbul, jauh lebih baik daripada melalui Tongging yang berbatu dan rusak, namun jika kami pulang melalui Sumbul, kami tidak dapat menikmati keindahan Tongging, yang akan kutuliskan pada postingan selanjutnya.

selanjutnya berfoto bersama di tepian Danau Toba, yang ternyata belum sepenuhnya kami tinggalkan

Inilah Gereja HKBP Huria Silalahi

Makam dan Tugu Raja Silahi Sabungan diresmikan pada tanggal 27 Nopember 1981

dan Ruma Bolon Silahi Sabungan, disamping Tugu

dan selanjutnya….Tuhan sediakan yang indah-indah terhampar di hadapan kami dalam perjalanan kami menuju Tongging