“Perubahan Dinamika Kerja : Dari Mutualisme ke Parasitisme”

Aku kerap menganalogkan sifat tumbuhan dengan aspek perilaku dan karakter manusia dalam tulisanku. Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa periset terkait hal ini, salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dorothy Retallack. Retallack melakukan eksperimen pada tahun 1970-an yang menunjukkan bahwa tanaman yang terpapar musik tertentu tumbuh lebih baik. Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Cleve Backster. Backster melakukan eksperimen pada tahun 1960-an yang menunjukkan bahwa tanaman dapat merespons emosi manusia, meskipun hasilnya masih diperdebatkan.

Dari beberapa penelitian ini, aku meyakini adanya kesamaan antara manusia dengan tumbuhan, yang kemungkinan disebabkan terutama dalam cara tumbuhan beradaptasi, berkembang, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Sama seperti manusia, tumbuhan juga memiliki hubungan baik dengan sesamanya (intraspesifik atau interspesifik), maupun dengan jenis tumbuhan yang lain. Pada masa duduk di sekolah dasar, kita sudah mempelajari ada tiga hubungan dasar yang dapat terjadi, dalam kurun waktu tertentu dan memberikan dampak menguntungkan atau merugikan yaitu yang disebut simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensialisme.

Seperti tumbuhan, manusia berhubungan dengan sesamanya, pada umumnya karena ada prinsip saling menguntungkan, ingin bekerja sama untuk dapat saling bertukar pendapat dan berdiskusi karena berasal dari kepakaran yang berbeda dan berharap mendapatkan solusi dari kerjasama tersebut atau ada goal atau tujuan berupa temuan atau karya tulis yang dapat memberikan dampak dan manfaat pada banyak pihak dari penelitian bersama tersebut. Atau bisa juga kerjasama yang terjadi karena satu pihak memiliki dana dan mengharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dimanfaatkan di institusi atau negaranya, sementara pihak lain, tidak punya dana tapi punya keahlian dengan kapasitas periset yang mumpuni. Ini salah satu hubungan yang mungkin terjadi dan memberikan dampak yang menguntungkan pada kedua belah pihak, yang jika menggunakan istilah dalam hubungan pada tumbuhan adalah simbiosis mutualisme.

Contoh pada tumbuhan adalah hubungan antara lebah dan bunga, di mana lebah mendapatkan nektar, sedangkan bunga terbantu dalam proses penyerbukan. Atau kalau dalam dunia penelitian, pihak yang satu punya cuan, pihak yang lain butuh dana penelitian untuk publikasi jurnal, membuat prototipe atau paten, yang digunakan untuk memenuhi angka kredit dalam Keluaran Kerja Minimal (KKM) atau sekedar menambah pendapatan berupa honor sebagai narasumber dari kegiatan tersebut.

Lalu apa yang dimaksud dengan simbiosis parasitisme? Simbiosis parasitisme adalah suatu bentuk hubungan yang terjadi kala satu organisme mendapat keuntungan, sementara organisme lain dirugikan. Contoh: kutu yang hidup di tubuh hewan dan memakan darahnya. Contoh lain yang sering kita dengar adalah kehidupan benalu, tanaman benalu yang menempel pada pohon inangnya. Benalu mengambil air dan nutrisi dari pohon tersebut, sementara pohon inang mengalami kerugian. Kerugian yang dialami adalah batang pohon akan semakin kurus kering dan lama-lama lapuk karena kehabisan air dan nutrisi.

Apakah bisa dalam sebuah hubungan, yang semula simbosis mutualisme lalu menjadi simbiosis parasitisme atau komensalisme? contohnya pada tanaman apa dengan apa? Ya, tentu saja hal itu bisa terjadi. Dalam hubungan simbiosis, interaksi antara dua organisme bisa berubah dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme, tergantung pada kondisi lingkungan atau perubahan perilaku salah satu organisme. Ini bisa terjadi karena faktor seperti perubahan ketersediaan sumber daya, perubahan iklim, atau tekanan lain di lingkungan.

Contoh perubahan hubungan simbiosis pada tanaman, misalnya adalah Jamur Mikoriza dan Tanaman. Semula, hubungan keduanya adalah simbiosis mutualisme, dimana Jamur mikoriza hidup di akar tanaman dan membantu tanaman menyerap air dan nutrisi (seperti fosfor) dari tanah. Sebagai imbalannya, jamur mendapatkan karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman melalui fotosintesis. Hubungan ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak pada awalnya. Lalu bagaimana hubungan ini dapat berubah menjadi Parasitisme? Hal ini disebabkan karena jika kondisi tanah menjadi sangat subur (misalnya karena penggunaan pupuk yang berlebihan), tanaman mungkin tidak lagi memerlukan bantuan jamur untuk mendapatkan nutrisi. Namun, jamur tetap mengambil karbohidrat dari tanaman, sehingga hubungan ini berubah menjadi parasitisme, di mana tanaman malah dirugikan.

Selanjutnya, apakah hubungan simbiosis mutualisme ini dapat berubah menjadi parasitisme pada manusia? Ya, perubahan dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme juga bisa terjadi dalam hubungan manusia, terutama dalam konteks sosial, bisnis, atau personal. Hubungan ini bisa berubah seiring waktu karena berbagai faktor, seperti perubahan kebutuhan, kekuatan, atau tujuan dari individu yang terlibat, yang disebut sebagai perubahan dinamika, yang bisa saja terjadi tanpa diduga atau bisa juga disengaja karena harapan keuntungan berupa materi atau immaterial (tak berwujud). Dan bisa saja tidak dapat saling melepaskan karena unsur balas budi atau keterikatan yang sudah terjadi.

Yang dimaksud dengan perubahan dinamika kerja adalah perubahan yang merujuk pada perubahan dalam cara individu, tim, atau organisasi bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Ini dapat mencakup berbagai aspek seperti struktur kerja, komunikasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap kondisi baru. Perubahan dinamika kerja sering dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor profesional termasuk teknologi, budaya kerja, kebijakan organisasi, serta perubahan dalam pasar dan ekonomi dan faktor non profesional seperti perilaku individu didalamnya.

Contohnya ketika salah satu pihak mulai mendapatkan lebih banyak keuntungan tanpa memberikan imbalan yang setara, atau bahkan mulai memanfaatkan sumber daya perusahaan lain tanpa izin, hubungan ini bisa menjadi parasitisme. Misalnya, jika satu pihak hanya “menumpang” popularitas atau jaringan distribusi pihak lain tanpa memberikan kontribusi nyata.

Atau dapat juga terjadi hal-hal yang “melenceng” dari perjanjian kerja sama, ketika salah satu pihak atau oknum tertentu mulai menuntut lebih dari apa yang telah disepakati dan bahkan mulai melakukan tindakan yang merugikan atau mengganggu, seperti meneror atau memanipulasi pihak lain, baik yang berada dalam tim atau diluar tim, maka hubungan ini bisa disebut sebagai hubungan parasitisme atau bahkan eksploitasi. Dalam konteks manusia, perilaku semacam ini dapat dianggap sebagai tindakan manipulatif atau abusive.

Tindakan menyimpang yang dilakukan seperti intimidasi, pemerasan, penguntitan (stalking), teror melalui media digital (cyberbullying atau cybercrime), jika memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam undang-undang, pelaku tetap dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi perdata.

Nah, jangan sampai terjadi ya, hubungan kemanusiaan yang semula menguntungkan kedua belah pihak atau banyak pihak, jadi hubungan yang berujung di meja hijau, seperti benalu yang menggerogoti pohon inangnya, salah satu mati atau mati semua atau temannya yang mati.

Selamat bekerja.


Membangun Sistem Manajemen Karir berbasis Kompetensi

Hari ini, Jumat, 10 Februari 2011, aku, sebagai karyawan yang berkecimpung mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan karyawan, ditugaskan ( = diberi kesempatan) oleh pimpinan untuk menghadiri pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh HRD Club Indonesia di JDC Slipi, Jakarta Barat.

Dengan mengangkat tema Competency Based Career Management System, yang disampaikan oleh Egiest Alnairi Siregar, pertemuan ini dihadiri oleh 168 orang insan HRD. Ini kali pertama aku hadir di pertemuan yang diselenggarakan secara rutin oleh HRD Club, setiap dua bulan sekali.

HRD Club Indonesia adalah sebuah perkumpulan yang diasuh oleh PQM Consultant yang bersifat non profit bagi para manajer/praktisi dalambidang sumber daya manusia untuk saling belajar dan berbagai pengetahuan serta pengalaman. Pertemuan pertamanya diselenggarakan pada tanggal 28 Januari 1992, yang selain berisi ceramah, juga menetapkan nama HRD Club Indonesia menjadi sebuah organisasi.

Pembicara hari ini, adalah seorang HRD Manager dari PT Indo Tambangraya Megah, Tbk, member dari Banpu Group – energy and coal mining industry. Beliau membagikan pengalamannya sebagai seorang manager HRD bagaimana mengembangkan sistem manajemen karir dengan berdasarkan kompetensi, yang dimulai sejak tahun 2009. Ada 4 (empat) komponen penting yang harus dimiliki organisasi jika ingin membangun sebuah sistem manajemen karir yang berbasis kompetensi, yaitu Success Profile (Competency, Knowledge, Job Exposure, Personality/Character), Career Path (roadmap of career movement), Individual Development Plan (IDP) Mechanism dan Policy serta Procedure.

Sharing pengalaman sepanjang 1.5 jam ini juga diselilingi tanya jawab. Dan setelah coffee break selama 30 menit dengan ramah tamah sesama insan HRD, pertemuan dilanjutkan dengan HRD Clinic yang dipandu oleh Ibu Sri Razziaty Ischaya, seorang Hakim Ad Hoc Pengadilan Hubungan Industrial,yang membahas masalah hubungan industrial dalam organisasi.

Sumber : Bahan dari HRD Club Indonesia

Mengapa Pindah Kerja

Ada beberapa alasan mengapa seorang karyawan memutuskan untuk pindah kerja. Dari sekian banyak alasan, inilah beberapa alasan utama yang aku baca, yang paling sering dilontarkan, mengapa mereka masih ingin pindah kerja meski sudah menduduki jabatan cukup tinggi dan menerima gaji relatif besar di perusahaan tempat mereka bekerja saat ini…

  • Ingin berkantor dengan jarak yang lebih dekat

Aku cukup sering mendengar alasan ini, karena mungkin sebuah kebetulan juga bila rumah karyawan dan kantor masih termasuk dalam satu wilayah, atau setidaknya berjarak jauh lebih dekat dibandingkan jarak rumah karyawan dengan kantor mereka saat ini. Dan inipula salah satu alasan mengapa aku pindah dari kantor pusat, yang telah membesarkan aku selama 12 tahun terakhir ini.

Lokasi bukan cuma urusan bisnis real estat saja. Faktor lokasi ini juga ikut menjadi pertimbangan karyawan untuk mencapai kepuasan bekerja di suatu perusahaan. Kantornya sih enak, tapi karyawan mesti bangun pukul 05.00 dan menempuh perjalanan 2-3 jam setiap hari untuk sampai di kantor. Kesenangan-kesenangan yang didapat bisa menguap lantaran kelelahan di perjalanan. Jadi, seberapa jauh jarak rumah karyawan ke kantor? Jika memang karyawan merasa “tua di jalan”, karyawan mungkin bisa mencari karier lain di lokasi yang lebih terjangkau dengan rumah. Setidaknya, karyawan bisa mencari pekerjaan-pekerjaan yang sangat fleksibel dengan waktu.

  • Ingin mencari suasana baru

Meski sedikit meragukan, tapi alasan ini cukup masuk akal, karena kondisi di perusahaan tempat mereka bekerja saat ini bisa jadi sudah tidak kondusif lagi untuk perkembangan karir mereka. Office politics yang makin meruncing sering dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa orang ingin mencari suasana baru dan berkeinginan pindah kerja ke perusahaan lain.

Bekerja bertahun-tahun mengurusi hal yang sama memang mengundang kebosanan. Awalnya mungkin senang, tapi apabila dari hari ke hari yang karyawan kerjakan itu-itu saja, ya jenuh juga. Bosan memang merupakan “penyakit utama” bagi banyak pekerja. Rasa bosan karyawan masih bisa diobati dengan cuci mata, cuti, atau liburan beberapa hari. Namun, apabila karyawan telah mengidap rasa bosan yang kronis sehingga membuat karyawan tidak produktif dan tidak pernah mencapai kepuasan bekerja, ini bisa menjadi karyawan untuk melirik tempat lain.

  • Ingin mencari tantangan baru

Rasa bosan juga bisa membuat karyawan ingin mencari tantangan yang baru, yang lebih seru. Alasan ini sangat bisa dimengerti. aku pribadi melihat kecenderungan para karyawan yang senang mencari tantangan baru adalah karyawan yang dinamis dan memiliki banyak ide-ide segar, yang mungkin tidak bisa secara optimal tereksploitasi dengan leluasa di perusahaan tempat mereka bekerja saat ini.

  • Ingin menapaki jenjang karir yang lebih baik

Alasan ini sangat sering terdengar, terutama bila atasan dari perusahaan lain menawarkan posisi yang lebih tinggi pada seorang karyawan. Katakanlah atasan menawarkan posisi level manajer pada seorang senior officer yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di posisi yang sama, rasanya wajar sekali mendengar alasan ini sebagai motivasi mereka untuk pindah kerja.

Selain itu, apakah profesi yang karyawan tekuni saat ini merupakan hal yang sudah karyawan impikan sejak kecil? Kalau sekarang karyawan belum beruntung mendapatkan karier impian, belum saatnya karyawan berhenti di tengah jalan. Daripada karyawan menekuni karier yang bikin karyawan mulas setiap hari lantaran itu bukan dari hati, lebih baik karyawan menggapai karier yang begitu karyawan impikan. Bergaji lebih kecil? Ga masalah, asal bisa bikin hati bahagia. Tidak pede dengan kemampuan yang ada? Jangan khawatir, saat ini banyak jalur pendidikan yang dapat karyawan ikuti sebagai modal karyawan membidik karier baru.

  • Ingin mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi

Suatu hal yang wajar, semua orang bekerja untuk mendapatkan penghasilan tho? Karena penghasilan akan karyawan gunakan untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak bisa ditutupi, walau karyawan tidak menjelaskan secara terbuka, namun tuntutan hidup membuat karyawan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, ntah karena bertambahnya jumlah anggota keluarga, tuntutan untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi dan juga tidak dapat dipungkiri kebutuhan sekunder seperti rekreasi bersama keluarga, gadget yang lebih up to date dan kendaraan yang lebih memadai. Meski mereka memiliki beberapa alasan yang telah disebutkan sebelumnya, tapi bila satu hal ini tidak sesuai dengan harapan, biasanya yang sering terjadi karyawan akan berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk memasuki tahapan rekrutmen selanjutnya.

Bagi sebagian besar pekerja, uang merupakan motivator penting untuk tetap semangat bekerja. Jika karyawan mulai bosan dengan pekerjaannya, karyawan bisa mengalihkan pikiran dengan mengingat besarnya penghasilan karyawan. “Jangan pikirkan pekerjaannya, pikirkan saja uangnya,” begitu kata sebuah iklan. Yah, ada benarnya juga iklan tersebut. Jadi, kalau karyawan sering berpikir, “Ah, seandainya saya punya uang lebih banyak lagi,” itu sudah menjadi clue bahwa karyawan tidak puas dengan gaji yang sekarang sehingga karyawan boleh mencoba tempat lain yang memberikan penghasilan lebih besar. Tapi ingat, dengan gaji yang lebih besar, tanggung jawabnya pun biasanya lebih besar pula.

Namun, mungkin bagi PNS yang sudah punya ketentuan dan ketetapan pembayaran gaji, tentu alasan seperti ini tidak bisa dijadikan alasan. Kan udah tahu kalau gaji PNS ya segitu-segitu ajah.

  • Manajemen Berantakan

Banyak perusahaan yang tidak mempunyai sistem manajemen yang baik, misalnya saja: komunikasi yang tidak lancar, manajemen yang tidak transparan, kenaikan promosi yang tidak jelas, beban kerja hanya kepada orang yang itu-itu saja, ntah karena menjadi anak kes aya ngan bos ataukah menjadi kuda pacu milik atasan dan lembur yang berkepanjangan. Jika karyawan terperangkap dalam manajemen yang tidak profesional, tidak jelas status karyawan dan promosinya, serta manajemen yang diterapkan masih mencari bentuk ideal, karyawan bisa mempertimbangkan untuk membangun karier di tempat baru.

  • Minim Penghargaan

Setiap karyawan yang bekerja di suatu tempat, pasti berusaha untuk mengerahkan segenap kemampuannya dalam menghasilkan karya terbaik. Namun, apa yang karyawan kerjakan ini kerap kali dipandang sebelah mata. Jangankan memberi penghargaan, memberi sedikit pujian saja tak pernah. Padahal, penghargaan sekecil apa pun memiliki efek yang dahsyat untuk menggenjot semangat untuk bekerja lebih baik lagi. Nah, kalau saat ini karyawan sering merasa kantor mengabaikan prestasi karyawan, dan tidak pernah menghargai kemampuan karyawan, mungkin karyawan bisa menoleh ke tempat lain.

Penghargaan tidak selalu dalam bentuk materi, pujian atau sapaan di pagi hari bisa sangat mempengaruhi kerja karyawan tersebut dalam sepanjang hari itu. Belum lagi, jika karyawan diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan, baik internal maupun eksternal, sesuai dengan kemampuannya dan kemampuan tempat kerja. Disini karyawan akan merasa ia diperhitungkan, dianggap ada sehingga diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya.

  • Bayang-bayang PHK

Wah, kalau alasan ini sih tidak bisa ditawar-tawar lagi. karyawan memang mesti memikirkan untuk pindah kerja, sebelum perusahaan karyawan karam. Jadi, kalau bayang-bayang PHK sudah tercium, dan kondisi perusahaan sudah tidak sehat lagi, jangan tunda lagi, siapkan diri dan CV untuk menjajal karier baru.

****************************************************************************

Penulisan diatas hanyalah pengungkapan hasil alasan beberapa orang yang merencanakan untuk pindah kerja. Jika karyawan jujur untuk menyampaikan alasan karyawan pindah kerja baik bagi perusahaan asal maupun perusahaan yang baru, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk memberikan ijin karyawan pindah dari tempat asal ataupun bagi perusahaan yang akan menerima karyawan tersebut untuk bergabung.

Kadang pindah kerja ke tempat baru belum tentu selalu memberikan solusi bagi masalah yang karyawan temui di tempat kerja saat ini. Tapi bila karyawan yakin bahwa pindah kerja ke tempat baru merupakan alternatif solusi satu-satunya, maka lakukanlah sebuah langkah untuk mengawali hal tersebut.

Nah, jika kondisi-kondisi di atas tampak jelas pada keadaan karyawan, mungkin inilah waktunya untuk melakukan perbaikan dalam karier dan kehidupan karyawan.

Ada banyak alasan untuk melakukan perubahan yang positif. Pelajari kembali seluruh perjalanan karier karyawan sejujurnya. Pertimbangkan itu sebagai bagian dari kehidupan yang karyawan dambakan.

Jika karyawan merasa harus melakukan suatu perubahan dalam pekerjaan karyawan, berbicaralah dengan seseorang yang karyawan percaya. Dapatkan pertimbangan-pertimbangan dan strategi untuk melakukannya. Banyak karyawan merasa ingin berubah, tapi takut untuk melakukan sebuah langkah perubahan.

Kemudian, susun berbagai rencana untuk mewujudkannya. Selamat meraih sesuatu yang lebih baik. Tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di depan, tapi satu hal yang pasti Tuhan setiap memimpin langkah baik tiap karyawan. Tetap optimis, tetap berusaha dan jangan lupa tetap berdoa agar setiap langkah yang karyawan tempuh selalu dalam bimbingan-NYA. Amien

Be Profesional

Dalam rapat Perumusan Definisi dan Perilaku Kunci untuk nilai ‘Profesional’, yang merupakan bagian dari nilai CIPTA (creativity, integrity, profesionalisme, team work dan accountable) yang dianut oleh BPPT ini, pada tanggal 7 Oktober 2009, kita diminta untuk mencari referensi nilai dari berbagai sumber, mendefinisikannya dan kemudian menurunkannya kedalam perilaku kunci, untuk menjadi bahan kuesioner berikutnya. Dan ternyata, konsep dan definisi tentang Profesional itu banyak sekali ya. Dulu waktu aku kecil, kata Profesional selalu memiliki lawan kata dengan Amatir. Jadi kalau profesional itu melakukan pekerjaan dengan dibayar, sedangkan amatir, ya melakukan pekerjaan dengan kemampuan seadanya. Yuk mari kita simak, ternyata definisi nya tidak sesederhana dengan yang kupahami dulu.

“A professional is someone who can do his best work when he doesn’t feel like it.”


“The mark of a true professional is giving more than you get.”


“You have to perform at a consistently higher level than others. That’s the mark of a true professional.”

Profesionalisme adalah “isme” yaitu sesuatu yang diyakini dan dianut sebagai jalan hidup.

Profesional adalah sikap DAN tindakan yang mendemonstrasikan keahlian.

Profesional adalah partisipasi dan keterlibatan penuh di dalam keahlian.
Keahlian bisa dipelajari dan dilatih, maka sikap profesional juga bisa dipelajari dan dilatih.

Profesional tidak semata-mata menyesuaikan diri dengan apa yang diterima, dalam faktanya setiap profesional harus memberi lebih dari apa yang ia terima.

Profesional adalah “giver” bukan “taker”.
Profesional selalu menyesuaikan diri dengan standar teknis dan standar etis.

Profesionalisme adalah sikap yang dikembangkan untuk menjadi karakter  permanen.

Seorang profesional adalah orang yang menyadari betul arah kemana ia menjurus, mengapa ia menempuh jalan itu, dan bagaimana caranya ia harus menuju sasarannya. Ia menyenangi pekerjaannya karena ia bisa mengerjakannya dengan baik. Ia mengerjakannya dengan baik oleh karena ia menyenangi pekerjaan itu.

Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa siap siaga dengan gagasan bila diperlukan, ditambah dengan selusin gagasan lainnya sekalipun tidak ada orang yang meminta daripadanya. Ia adalah seorang yang mau bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dan tetap juga tidak kehilangan semangat kerja keras itu dalam tugasnya.

Seorang professional adalah seseorang yang gairah kerjanya sangat mengagumkan. Ia adalah seorang yang realistis, yang menyadari kemungkinannya membuat kesalahan. Akan tetapi ia cukup bijaksana pula untuk tidak membuat kesalahan yang sama sampai dua kali.

Seorang profesional adalah orang yang cukup jujur mengakui kegagalannya, tetapi juga mampu mengatasi rasa putus asanya, dan cukup tabah untuk mencoba lagi usahanya sampai berulang kali. Ia memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Akan tetapi cukup bijaksana untuk menanggulangi segala kesulitan yang timbul.

Seorang profesional adalah seorang tukang khayal. Sekalipun angan-angannya melambung tinggi, tetapi kakinya harus tetap berpijak di atas tanah. Ia memperhatikan sampai soal-soal yang kecil, akan tetapi menolak soal-soal kecil itu mempengaruhi pikirannya sehingga menjadi cemas. Ia tahu caranya memimpin tanpa bertindak sebagai diktator, tetapi tahu pula mengikuti tanpa kehilangan kewibawaannya. Pada saat ia memimpin, ia memperkembangkan bibit-bibit kepemimpinan kepada bawahannya; sedangkan pada saat ia bekerja, ia memperlihatkan contoh bekerja yang baik bagi bawahannya. Ia tidak menunggu sampai ada orang lain mendorong dia melakukan sesuatu, sebab ia tahu mengambil prakarsa sendiri.

Seorang profesional itu penuh daya cipta, tetapi tidak eksentrik. Ia berani mencoba sesuatu, tetapi tidak pula sembrono. Ia mengabdikan diri penuh, tetapi tidak pula fanatik.

Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa merampungkan pekerjaannya sampai berhasil.
Berbahagialah kita memiliki jiwa semacam itu !

Menurut Johnson (1991:16) istilah professional dan professionalisasi,

Pertama, dipergunakan untuk menunjuk pada perubahan besar dalam struktur pekerjaan, dengan jumlah pekerjaan-pekerjaan professional, atau bahkan  pekerjaan-pekerjaan halus (white collar jobs) yang meningkat secara relative dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya,baik sebagai akibat perluasan kelompok pekerjaan yang sudah ada ataupun sebagai akibat munculnya pekerjaanpekerjaan baru di bidang jasa.

Kedua, dipergunakan dalam arti yang hampir sama dengan peningkatan jumlah asosiasi pekerjaan yang mengupayakan adanya pengaturan rekrutmen dan praktek dalam bidang pekerjaan tertentu.

Ketiga, memandang professionalisasi sebagai suatu proses yang jauh lebih rumit yang

menunjuk pada suatu pekerjaan dengan sejumlah atribut prinsip-prinsip professional yang merupakan unsur-unsur pokok profesionalisme.

Keempat, menunjuk pada suatu proses dengan urutan yang tetap, yaitu suatu pekerjaan dengan tahap-tahap perubahan organisatoris yang dapat diramalkan menuju

bentuk akhir profesionalisme.

(Johnson, Terence.J, 1991, Profesi Dan Kekuasaan: Merosotnya Peran Kaum

Profesional dalam Masyarakat, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti.)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka (2005), ‘profesionalisme dimaknai sebagai “mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional”. Selanjutnya, dalam buku Reformasi Menuju Polri yang Profesional, terbitan Mabes Polri (1999), ‘profesional’, berarti harus mempunyai dasar / basis ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, kemahiran, dan keahlian yang memadai serta mempunyai kode etik atau etika profesi yang menjadi pedoman untuk ditaati secara tulus dan ikhlas. Ciri seorang ‘profesional’ haruslah jujur, tahu akan kewajibannya, dan senantiasa menghormati hak orang lain. Tekad dalam jiwanya dan setiap moral perbuatannya dilandasi oleh niat untuk mengabdikan dirinya kepada kepentingan orang banyak.

Menurut Sinamo (2005:26), etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.

Menurut Sinamo (2005:29-189), bahwa terdapat delapan etos kerja profesional yaitu:

1.       Kerja adalah Rahmat

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.
Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman
dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.

2.       Kerja adalah Amanah

Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. “Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan”. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3.       Kerja adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim, “I’m do my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya.

4.       Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang harus kita aktualisasikan?

  1. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab
  2. Kejujuran
  3. Disiplin
  4. Kemauan untuk maju
  5. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan sebelum Anda
  6. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja adalah aktualisasi diri.

Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

5.       Kerja adalah Ibadah

Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata.

Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah.  Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6.       Kerja adalah Seni

Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita.

Materi kerja di atas diolah secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.

7.       Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi “hijau” melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki.

Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.

Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

8.       Kerja adalah Pelayanan

Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran.

Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan

(Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press. )

Sedangkan menurut aku, Profesional adalah nilai yang harus dimiliki seseorang yang mempunyai keahlian, tanggungjawab dan norma yang mengatur kegiatan perilakunya

Perilaku kunci, meliputi hal-hal yang perlu dilakukan baik oleh individu maupun organisasi/sistem dalam menerapkan tata kepemerintahan yang baik

  1. Kemampuan untuk menguasai pengetahuan, keterampilan serta cara kerja  sampai pada tingkat tertentu secara mandiri
  2. Kemampuan untuk bertanggungjawab menunjukkan hasil kerja yang berkaitan dengan keunggulan mutu jasa dan pengembangan profesinya
  3. kemampuan memberikan pelayanan keahlian yang terbaik bagi kliennya, dapat menjalin hubungan baik dengan rekannya dan mengutamakan kepentingan masyarakat
  4. Kemampuan untuk menjalankan perilaku professional sesuai dengan norma dan aturan yang mengendalikannya, yaitu Undang-undang atau peraturan pemerintah, peraturan atau kesepakatan dalam bidang profesi, pengakuan masyarakat dan kesadaran pribadi