The Doodle in Covid 19 Pandemic

20200627_110642

Last but not least. Mengakhiri tantangan 10 hari dari Ria Tumimomor, akhirnya aku memposting karya doodle yang kubuat hanya dengan menggunakan alat tulis bolpen. Doodle yang mulai aku tekuni serius (padahal ngerjainnya nyantai banget) sejak 2015 ini, emang bener gampang dan asik. Kita ga perlu jago gambar. Iseng asik nyante dan hepi, corat coret dan stress hilang. Ga percaya? Cobain deh, yuk…

Oh ya, karya doodle (iseng-iseng) di atas, memenangkan lomba “Journalist dan Blogger Berbagi Cerita” yang diadakan Faber Castell pada bulan Juni 2020. Puji Tuhan. Siapa sangka…

Day 10 of 10 Arts Challenge Days (doesn’t have to be drawing, watercoloring, but your own creation, like macrame or your knitting doll or your photograph)

 

I have been nominated by Ria Tumimomor to take part in this ’10 Days Art Challenge ‘to display my work for 10 consecutive days.

 

Today I nominate everybody. Come on to jazz up this event ..


Faber Castell : Journalist dan Blogger Berbagi Cerita 2020

Dalam event Journalist dan Blogger Berbagi Cerita, yang diadakan Faber Castell Indonesia, dalam rangka perayaan Ballpoint Day, aku mengirimkan tiga karya dan satu video.

Tiga karya itu berupa hand lettering doodle “June”, puisi Kopi Rindu Sabtu dan karya doodle mengenai kegiatan dan upaya yang dilakukan selama pandemi Covid 19 datang.

IMG_20200609_115006_594

IMG_20200609_115006_651

IMG_20200609_115006_657

Seru dan asik karena kegiatan dilakukan selama wfh dan menggunakan bolpen. Bukan hanya karena dalam rangka ballpoint day ya tapi ternyata bolpen dari Faber Castell, yang pasti selalu ada di tas aku ini, nyaman juga dipakai nge doodle dan lettering. Ga percaya? Cobain deh..

Disubmit 10 Juni 2020 dan diumumkan pada 22 Juni 2020. Kabar gembiranya, aku lolos dan terpilih untuk mendapat bingkisan dari Faber Castell. Puji Tuhan.

Btw … sejak aku mulai kembali menekuni kegiatan coret-coret ini, aku banyak menggunakan produk Faber Castell, bahkan salah satu buku cernakku “Aku dan Alam Semesta” 95% ilustrasinya menggunakan Faber Castell.

Selamat #ballpointday buat Faber Castell. Terus berkarya di Indonesia.


Kembali Kantor dengan New Normal Life

Sejak tanggal 2 Juni 2020, setelah sekitar 70 hari lebih, aku melakukan kerja dari rumah, yang dikenal dengan istilah #WFH, akhirnya aku kembali ke kantor. Diawali dengan masa transisi tiga hari, yang dilaksanakan full office hour, sepertinya layaknya jam kerja normal (bukan transisi lagi), okelah. Tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Kembali ke kantor, dengan gaya hidup “new normal life” istilah yang semoga dipahami semua orang. “New” yang benar-benar baru untuk keadaan yang lebih baik.

Protokol kesehatan yang mesti dipatuhi, tentu menjaga diri agar tetap sehat dan selamat, dikawal oleh Tim K3 dan Agen Perubahan

  • Mengisi Form Self Assessment Pre Covid 19 sebelum tiba di kantor
  • Memakai masker, agar saling aman
  • Menjaga jarak satu sama lain, dalam bekerja dan dalam pertemuan
  • Mencuci tangan dalam setiap kesempatan. Berusaha mengurangi memegang barang yang tak perlu, kecuali handphone dan laptop
  • Berjemur selama 10 menit setiap hari
  • Menggunakan hand sanitizer atau sabun saat mencuci tangan
  • Memakai faceshield
  • Mengkonsumsi makanan sehat, dari rumah, dengan peralatan sendiri
  • Kantor menyediakan jus kotak atau susu Bearbrand dan vitamin setiap hari

2020-06-13 06.17.35

IMG-20200616-WA0000

20200608_153639

IMG-20200602-WA0007

Mari kita patuhi semua protokol kesehatan dan keselamatan kerja, dalam masa kembali kerja di kantor ini, dengan kehidupan normal yang baru. Tetap sehat dan salam semangat selalu.


Karena Kita Pancasila

Karena Kita Pancasila

Karena Pancasila lahir kembali, dari perenungan dan perdebatan panjang para Bapak Bangsa.

Lalu menjadi pemersatu bagi Bangsa yang raya dan kaya.

Ideologi sakti yang menggerakkan semangat Bhinneka, berbeda-beda, beragam wacana,
tapi beraksi dan berkolaborasi untuk tetap satu selamanya.

Berkat bagi Bangsa yang bangga : Kita Pancasila

panc

Lahirnya Pancasila, Dasar Negara Republik Indonesia, diperingati pada tanggal 1 Juni setiap tahunnya. Bagaimana ya sebenarnya kita menghayati Pancasila sebagai sebuah dasar Negara, pandangan dan falsafah hidup Bangsa? Pancasila sudah aku kenal sejak berada di sekolah dasar. Aku pribadi meyakini betul bahwa Pancasila adalah alat pemersatu bangsa. Angkat topi dan salut pada para pemimpin bangsa di kala itu, yang bisa merumuskan Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa ini. Diawali dengan sila pertama KeTuhanan yang Maha Esa. Mau berasal dari suku bangsa, ras dan golongan mana pun, kita semua harus ber Tuhan. Tuhan yang satu. Seseorang hidup bukan dari ajaran agamanya tapi dari Tuhan, yang menjadi junjungannya bukan.

Peringatan Hari Lahirnya Pancasila tahun 2020 ini ada dalam masa pandemi Covid 19, tidak ada upacara seperti tahun-tahun lalu. Tidak ada peringatan apa-apa seheboh tahun lalu. Tidak banyak orang yang mengganti Profile Picture nya dengan slogan Pancasila. Semoga pandemi ini tidak mengurangi kobaran jiwa Pancasila dalam diri kita ya. Mari kita kembali menghayati Pancasila dan memperkenalkannya kembali pada anggota keluarga, sebagai kelompok masyarakat terkecil. Caranya? dengan kembali menghayati sila-sila dalam Pancasila. Semangat KeTuhanan, semangat kemanusiaan, semangat persatuan, semangat kerakyatan dan semangat keadilan, yang sesuai dengan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

#KitaPancasila
#HariLahirPancasila
#INITARKIPancasila
#IniSaatnyaBeraksi
#INITARKIbersatu
#INITARKITumbuhBersama
#BhinnekaTunggalIka


#KamiPatuh

Hashtag di atas memang paling pas buat aku, yang memang pekerja. Kami patuh, terutamanya pada Pemerintah. Apalagi kalau sudah ada embel-embel “ini penugasan”. Duh.

Singkat cerita, besok, aku akan memasuki masa transisi menuju new normal life. Setelah 70 sekian hari dalam kondisi upnormal. Harus bersiap. Suka ga suka. Meninggalkan semua ke-upnormal-an yang telah coba dinikmati itu.

kb

Salah satunya dengan menikmati kegiatan positif untuk keseimbangan jiwa raga, dengan berkebun ala-ala aku. Berkebun yang murah meriah, dengan tanaman yang ada, yang sudah penuh dan terlalu banyak rumpi dengan teman2nya, dipisah2 ke pot baru supaya lebih subur. Ada sempat beli tanaman yang agak mahal, menurut aku, karena suka sama warna bunganya yang merah mengkilap. Ada juga diberi sama ibu sepuh di ujung jalan karena aku kerajinan jalan pagi dan ngintip2 tanamannya (hari ini diberi lagi lho satu pot).

Semua keasikan ini harus ditinggalkan, karena akan kembali bersiap, jalan pagi (lebih pagi seperti biasa) dan berangkat kerja. Kami patuh, semoga kegiatan positif lain selama masa upnormal, dapat diselip di antara waktu kerja new normal.

Dan…mari kita nikmati hasil kebun ini nanti sepulang kerja yang sesungguhnya di minggu new normal. Salam sehat. Semoga sehat dalam bekerja dengan mematuhi protokol kesehatan. Tetap (berusaha) bahagia


M.A.A.F

Melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi.
Maaf adalah pengakuan atas kesalahan.
Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan adalah sebuah kewajiban
Memaafkan adalah penghargaan atas pengakuan kesalahan. Memaafkan adalah juga salah satu sifat Allah yang Maha Pengampun.

Postingan ini bisa dilihat dari dua sisi. Aku sebagai pelaku alias orang yang bersalah dan aku sebagai seorang yang harus memaafkan orang lain. Kedua sisi ini bukan berada dalam posisi yang enak. Yang enak adalah tidak pernah berbuat salah dan tak pernah menyalahkan orang lain. Tapi mana ada orang yang tidak pernah berbuat salah? setiap orang tidak pernah luput dari namanya kesalahan. Dosa dari turunan nenek moyang saja sudah melekat pada kita bukan.

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah berbuat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam perjalanan pulang ke rumah libur Paskah yang lalu, kakak tengah bercerita panjang lebar tentang kesalahan-kesalahan saya sebagai orang tua (aka Ibu) di masa lalu. Kesalahan yang sama sekali tak aku sadari karena aku menganggap semua yang aku lakukan adalah untuk sebuah tujuan kebaikan. Dengan amat berat hati karena menganggap itu benar, aku (tentunya diawali dengan argumentasi bahwa aku menganggap itu benar), akhirnya aku meminta maaf dan mengaku salah. Salah sebagai orang tua, salah sebagai seorang Ibu, yang kadang mementingkan tercapainya sebuah tujuan tanpa melihat bahwa proses mencapai tujuan itu menimbulkan luka pada anak-anak ini. Itu sebuah contoh dalam keluarga. Rasanya, aku punya juga kesalahan lain dalam interaksi dengan orang lain, baik dalam keluarga maupun di tempat pekerjaan.

Selanjutnya, jika ada orang lain yang berbuat salah padaku. Sebisa-bisanya aku memaafkan dan melupakan kesalahan itu, baik ketika orang tersebut meminta maaf maupun tidak. Tapi banyak kejadian, ada orang yang mengatakan, “aku memaafkan tapi aku tidak akan melupakan” wah sebenarnya itu akan menjadi akar pahit dan penyakit jika terus diingat-ingat ya. Memaafkan kesalahan orang lain tentu juga buat hal yang mudah. Tapi dengan mengingat bahwa siapalah kita ini, yang tak luput dari kesalahan. Dan mengingat juga bahwa kita punya Allah yang Maha Pengampun dan telah mengampuni dosa-dosa kita. Itu membuat kita “lebih” mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Hal lain, yang lebih lebih sulit, adalah memaafkan diri sendiri. Bisa jadi orang lain, bahkan Tuhan pun sudah, memaafkan kesalahan kita, tapi kita sendiri terus sesal dan menyesali kesalahan kita. Itu butuh healing untuk mengobati luka itu.

m

Tapi…. kalau ada orang yang ga pernah ngaku salah, gimana ya? Mungkin kita yang salah karena berpersepsi bahwa itu sebuah kesalahan….. jadi ya #dijogetiaja sambil ingat lirik lagunya Didi Kempot (alm)

Wong salah ora gelem ngaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sek betah
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Kowe selak golek menangmu dewe
Tak tandur pari jebul tukule suket teki

#suketteki #dirumahaja