Event Suara Serumpun, Festival Puisi Tiga Negara

19.09.2025 Puji syukur. Haleluya. Alhamdulillah. Tiga puisiku berjudul 1. Tiga Negeri Satu Tenunan, 2. Tiga Perempuan Serumpun, 3. Arti Serumpun, yang kukirimkan, lolos kurasi dalam Event Suara Serumpun Festival Puisi 3 Negara (Indonesia, Malaysia dan Singapura).

Catatan dari Tim Kurator : Dari total 4.054 judul puisi yang ditulis 2.106 peserta, terpilih 3.371 judul puisi karya 2.033 peserta yang berhasil lolos kurasi.

Terima kasih Panitia dan selamat kepada semua penulis yang sudah berkontribusi. Salam literasi.


Puisi : Belenggu Nurani Diatas Kursi

“Demokrasi adalah panggilan hati nurani, memahami bahwa setiap suara memiliki kekuatan yang sama.” — Tan Malaka

kursi bukan singgasana emas/dipahat dari peluh rakyat/rapuh dipikul keserakahan/tegak ditopang keadilan

duduk bertelinga jadi mata air/tangkap isak hujan hari kemarau/biarlah hati jadi jendela terbuka/suara rakyat berhembus tanpa sekat

jangan jadikan takhta meninggi/kursi itu lahir dari bumi/dari tanah basah harapan dan doa/dari suara yang tak boleh sia-sia

duduk tanpa nurani diguncang/kursi bara bakar lidah khianati rakyat/duduk jiwa bening tuntun jalan/cinta rakyat bukan karena kuasa


Puisi : Larik Kebaya Lestari

Larik Kebaya Lestari

laksana rembulan renda malam/langkah halus tapaki waktu/tiada gemuruh dalam suara/bumi tunduk mendengar

di balik tirai mata bening/tersimpan rahasia lazuardi hati/sejatinya perempuan anggun/lahir dari budi, mekar dalam nurani

di beranda sunyi duduk bersimpuh/berkebaya halus, bersulam waktu/kain songket bagai alun sungai/terurai kisah leluhur dalam bisu

hanya hati bermegah/tiada gemerlap selain budi/perempuan bersahaja sejatinya/tak lekang karena setia berakar

Poem by de Laras. Picture made by AI


Buku Antologi Fiksi : Meniti Waktu, Merangkai Mimpi

Buku Antologi Artikel tentang harapan di masa 5 tahun ke depan, yang ditulis 15 Penulis Kontributor @pondok_antologi adalah buku antologi ku yang ke-2 di tahun 2025 dan merupakan buku antologi PAPI (Pondok Antologi Penulis Indonesia) yang ke-7.

Waktu berjalan tanpa kita sadari, dan tiba-tiba, angka lima tahun ke depan terasa begitu dekat. Ada masa di mana langkah kita tak lagi secepat dulu, dan ambisi tak lagi seramai dahulu. Kita mungkin tak lagi diburu rapat, target, atau jadwal yang padat. Tapi justru di sanalah, hidup memberi kita ruang untuk mengenali diri sendiri lebih dalam. Lima tahun mendatang bukan tentang berhenti berkarya, tetapi tentang berpindah peran – dari yang terus mengejar, menjadi yang lebih menjaga. Lalu, ketika hari itu tiba, sudah siapkah hati kita menyambut babak baru yang lebih tenang namun penuh makna?

delaraspenulis

delaraswriter

delaras