Roti Ganda, Siantar

Kota Pematang Siantar, yang biasa disebut dengan Kota Siantar saja, adalah kota kedua terbesar di Propinsi Sumatera Utara, letaknya hanya 128 km saja dari Medan, jadi bisa diperkirakan jika kita berkendaraan dengan kecepatan sedang saja, maka kita akan tiba disana hanya dengan waktu kurang lebih 2 (dua) jam, namun seperti yang aku sampaikan pada tulisan Hari ke-1 kunjungan kami ke Sumatera Utara, kami menemui banyak jalan rusak dan titik kemacetan diantaranya di Sei Rampah.

Banyak yang enak bisa dicicipi di kota ini, diantaranya Mie Pangsit Siantar dan duduk-duduk di Kedai Kopi disana, namun apa daya, waktu yang sempit karena mengejar penyeberangan ke Pulo Samosir, kami hanya sempat singgah di toko roti Ganda saja, yang tak mungkin dilewatkan.

Beberapa teman tidak mengenal persis apa itu roti Ganda, sebenarnya roti Ganda adalah roti loaf besar yang dibelah dua dan dipotong-potong tebal, sepertinya biasa saja ya, tapi yang jelas, rotinya empuk sekali

selanjutnya roti akan diberi isi sesuai selera kita, biasanya selai srikayanya yang terkenal itu, atau krim dan meises.

dan siap dikemas

Dimana Roti Ganda ? Semua orang tahu, ada di jalan Soetomo sebelah kanan jalan. Jalan itu merupakan jalan satu arah yang sangat ramai dilalui orang dan kendaraan dan toko roti ini pun tidak pernah sepi oleh pengunjung dan pembeli yang dapat mampir membeli roti Ganda dan selai srikaya, khas dari toko ini.

Toko Roti Ganda, ku kan kembali lagi…. 🙂

 



Dodol Pulut Asli Sejahtera, Perbaungan

Melewati kecamatan Perbaungan di Kabupaten Serdang Bedagai, dari kota Medan menuju kota Siantar atau Parapat, kita pasti akan melewati sebuah pasar yang bernama Pasar Bengkel. Mengapa diberi nama Pasar Bengkel, aku juga kurang paham, tapi kita akan menemui berderet-deret toko di kiri kanan jalan yang menjual dodol dan makanan khas lainnya dari daerah itu.

Seperti yang aku ceritakan dalam tulisanku mengenai Hari ke-1 kunjungan kami ke Sumatera Utara, kami singgah di Pasar Bengkel ini, dan kami beruntung, berkat penjual yang ramah, kami diberi kesempatan untuk menengok ke dapur belakang tempat pembuatan dodol pulut asli Pasar Bengkel, Perbaungan.

Mulai dari bahan dasar kelapa yang diparut dan diambil santannya

Dilanjutkan dengan mempersiapkan wajan untuk mengaduk dan mengolah bahan santan dan gula

Dan siap mengolah bahan, selama kurang lebih 3 jam

Siap dipasarkan, dodol tersedia dalam beberapa varian yaitu rasa vanila, rasa durian dan rasa pandan, semuanya enak dan lembut di lidah.

Singgahlah bila anda melewati daerah ini, rasanya tak tertandingi, dengan dodol di daerah lain.

 

 


Srikaya – Selai dan Buah

Apakah selai srikaya terbuat dari buah srikaya? oh belum tentu dan tidak selalu. Buah srikaya atau buah nona (Annona squamosa), adalah tanaman yang tergolong dalam genus Annona yang berasal dari daerah tropis. Di Indonesia, walau jarang, kadang bisa ditemui di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

Buah srikaya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih.

Termasuk semak, semi-hijau abadi atau pohon yang mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu di dasarnya.

Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik. Daging buahnya putih, menyerupai dan  memiliki rasa manis seperti podeng.

Cara menanamnya cukup mudah, bisa melalui biji atau cangkokan. Pohon di rumah kami tumbuh secara tidak disengaja. Ibuku sangat menyukai buah ini dan menyebarkan bijinya secara sembarangan di belakang rumah, setelah 5 tahun ditanam, pohon itu akhirnya berbuah.

Nah sedangkan yang dimaksud dengan Selai Srikaya adalah selai yang terbuat dari bahan utama santan, kuning telur dan gula. Membuatnya juga tidak sulit, sebagai berikut :

  • 250 cc santan kental dimasak sampai mendidih
  • 250 gr gula dibuat karamel cair
  • 5 kuning telur dikocok sampai mengembang
  • Masukkan ketiga bahan diatas dalam wadah tahan panas, tambahkan mentega dan tim hingga seluruh bahan tercampur merata

Selai Srikaya yang terkenal kelezatannya berasal dari toko Roti Ganda, di kota Siantar, yang sempat kami datangi dalam liburan kami.

Jadi, mau yang mana, buah srikaya atau selai srikaya ? siapa berani menolak kelezatannya ?

Sumber : Pribadi, Wikipedia, Google


Hari ke – 1 : Polonia-Parbaungan-Siantar-Prapat

Perjalanan kami hari pertama adalah dari bandara Polonia menuju Siantar dan menyeberangi Prapat menuju Samosir, tepatnya ke Hotel Sopo Toba di Ambarita.

Berangkat dari Bandara Polonia kurang lebih pukul 10.00 pagi yang cerah, melalui Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Siantar dan Prapat.

Kami sempat berhenti untuk Makan Siang di Rumah Makan Simpang Raya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. Rumah Makan bernuansa Padang ini seperti rumah makan sejenis, lauk disajikan dalam piring-piring. Kami memilih lauk ayam gulai, sambal goreng udang dan ayam goreng dengan minuman jus jeruk nipis, jus jeruk dan jus martabe. Total makan siang kami berlima hari itu sebesar Rp 160.000,-.

Diiringi rintik hujan, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Parbaungan, yang terkenal dengan Dodol di Desa Bengkel. Dodolnya tanpa bahan pengawet dan bisa langsung kita beli dalam keadaan baru diangkat dari tempat pembuatan (tentunya masih panas dan cair). Ini juga salah satu tujuan kami karena aku suka sekali dodol di tempat ini. Satu pak dodol seberat 1/2 kg dijual dengan harga Rp 15.000,- Kami membeli beberapa pak dodol, untuk oleh-oleh dan kami sendiri.

Dari Parbaungan, perjalanan kami lanjutkan menuju Siantar. Mobil melaju dengan kencang walau suami tetap berhati-hati karena kami mengharapkan dapat menyeberang ke Pulo Samosir dengan Kapal Feri pada pukul 17.45. Perjalanan menuju Siantar, tersendat di beberapa tempat diantaranya Sei Rampah, karena kerusakan jalan dan volume kendaraan.

Kami tiba di Siantar pukul 15.00, tujuan kami langsung ke Jalan Soetomo, yang terkenal dengan toko kue Roti Ganda dan kedai kopi Kok Tong. Jalan Soetomo merupakan jalan satu arah yang ramai dan berisik sekali, mobil-mobil saling bersahutan membunyikan klakson, namun apa boleh buat, bayangan roti Ganda yang tebal dan empuk sangat menggoda kami, jadilah kami bersabar bermacet ria disana.

Kami tidak sempat mampir di Kedai Kok Tong yang terkenal itu, tapi beruntung bisa membeli bubuk kopi Kok Tong di toko roti Ganda ini. Ternyata ada dua pilihan yaitu bubuk halus dan bubuk kasar, karena tidak mau ribet dengan bubuk ini, ya tentu aku beli bubuk yang halus saja.

Perjalanan langsung kami lanjutkan ke Prapat, suami tancap gas mengejar penyeberangan kapal Feri….namun saking terburu-buru, kami sempat salah jalan juga tapi tak terkejar juga, padahal kami sudah tiba disana pukul 17. Memasuki tempat penyeberangan di Ajibata, antrian mobil sudah panjang, ada sekitar 30 an mobil berada di luar area pemberangkatan. Ya sudah apa boleh buat, dua kapal Feri untuk keberangkatan pukul 17.45 sudah penuh dan malah salah satunya sudah bergerak maju. Di area pemberangkatan (mungkin ini semacam ruang boardingnya) sudah terparkir sekitar 30 sampai dengan 40 kendaraan, jadi yah kami harus ikut antri di luar.

Menit menit pertama masih bisa kami nikmati dengan berjalan-jalan dan berfoto di sekitar dermaga, lama-lama anak-anak mulai bosan dan masuk kedalam mobil. Suami membeli makanan nasi bungkus, dengan nasi panas, mujair goreng, teri kacang dan ikan mas arsik….hm enak sekali, makan dengan tangan, sambil menyuapi si bungsu.

inilah anak-anak Ajibata, yang menghibur kami sejenak melepas kelelahan dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Batak dan melompat ke air untuk mengambil koin-koin.

 

Akhirnya Kapal yang akan membawa kami menyeberang datang juga, dan kami berhasil menyeberang dari Prapat ke Tomok dengan kapal yang berangkat pukul 20.30…..Puji Tuhan akhirnya kami berangkat juga ke seberang.

Pulo Samosir do haroroanku….kami datang 🙂

 


Menuju Samosir dengan Luxio

Mendarat di Medan, kami sudah ditunggu keponakan suami, Lisbeth Udur Sidabariba, yang telah menjadi Nyonya Ginting, bersama temannya, Yanuar Pakpahan, yang menyewakan mobilnya untuk kami bawa dalam perjalanan kami di Medan dan sekitarnya.

Mobil yang baru dibeli 5 bulan ini bermerk Luxio, keluaran Daihatsu, semula suami agak ragu untuk mengendarainya, karena belum terbiasa, namun setelah mobil ini dibawa Yanuar mengarah ke Jalan Kartini, suami bersedia menggunakan kendaraan ini. Dengan susunan duduk 2-3-3 sebenarnya kurang lebih sama dengan Daihatsu Xenia, tapi kelihatannya lebih luas.

Suami memerlukan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan Luxio dan selanjutnya, kami mulai memasuki Tol Tanjung Morawa, yang biasa disebut dengan Tol Belmera, singkatan dari Belawan – Medan – Tanjung Morawa yaitu Tol yang menghubungkan ketiga kota tersebut.

Jalan Tol Belmera mulai dioperasikan pada tahun 1986 dan merupakan jalan tol pertama di luar Jawa, dengan total panjang 34,4 km, dan 2 jalur tanpa pulau jalan.

Jalan tol ini mempunyai 5 pintu tol:

Tarif jalan di antara pintu tol berkisar antara Rp.500 sampai Rp.4.500.

Rencana perjalanan kami hari ini memang mulai dari Bandara Polonia, langsung menyeberang ke Pulau Samosir, melewati Lubuk Pakam, Parbaungan, Bengkel, Tebing Tinggi, Siantar dan Prapat.

Mengapa kami langsung menyeberang ? karena hotel yang memadai yang kami dapat, ada di seberang sana. Maklum musim liburan, selain tingkat hunian meningkat, harga-harga juga melambung tinggi, jadi kami mesti pintar-pintar memilih.

Oh ya, selama perjalanan kami enam hari mulai dari Medan-Prapat-Samosir-Brastagi-Medan, suami hanya membeli bensin 5 kali @ Rp 100.000,- hemat bukan ? 🙂

 


“Trust Us To Fly” – Batavia Air menuju Medan

Minggu, 28 Agustus 2011, adalah hari yang kami berlima tunggu-tunggu dengan berdebar-debar sejak berapa hari terakhir ini. Semua, terutama aku terlalu gembira membayangkan perjalanan kembali ke Tano Batak ini.

Hari Sabtu, 27 Agustus 2011 masih melakukan belanja sana sini untuk mempersiapkan ini itu di rumah, menyiapkan untuk Ibu dan adik sekeluarga yang akan menemani Ibu di rumah. Packing alias ngepak baju kedalam koper, yang walau sudah dicicil sejak 2 hari yang lalu, masih saja perlu dilakukan bongkar pasang, karena kami berkomitmen cukup 2 koper saja untuk perjalanan 6 hari 5 malam untuk kami berlima (plus beberapa ransel tentunya 🙂 ). Alhasil, tidur agak larut, namun harus bangun dini hari karena pesawat kami terjadwal terbang jam 7 pagi, berarti harus tiba di bandara jam 5 pagi dan berangkat dari rumah pukul 4.30 pagi paling tidak.

Dengan berbagai gedebrak gedebruk, kami berangkat dari rumah, yang penting sudah sedikit ‘memaksa’ si bungsu untuk sarapan roti dan minum susu. Puji Tuhan, perjalanan lancar menuju bandara, suami memutuskan untuk menitipkan mobil di bandara, proses check in lancar dan masuk ke Gate 7 ke ruang boarding yang sudah super penuh untuk penerbangan pagi itu, sudah seperti pasar, banyak orang duduk di lantai menunggu penerbangan.

Panggilan untuk memasuki pesawat telah dikumandangkan melalui pengeras suara, tepat 30 menit sebelum pesawat kami terbang. Proses masuk kedalam pesawat tidak secepat yang kami duga, kami antri menuruni tangga, masuk kedalam bis menuju hanggar pesawat yang cukup jauh dan ternyata penumpang pesawat kami juga banyak karena pesawat yang kami naiki adalah pesawat Batavia Air yang tipe Airbus 330….mantabs kalipun…susunan duduk 2-4-2…agak salut juga dengan tidak adanya delay jam penerbangan dan terbang dengan pesawat yang besar pula.

Penerbangan menuju Medan memerlukan waktu 2 jam 30 menit, sesuai rencana kami (juga rencana Tuhan) kami mendarat di Medan dengan selamat. Namun sayang perjalanan yang nyaman ini tidak didukung dengan fasilitas bandara setingkat Polonia Medan, lama sekali waktu yang digunakan untuk melakukan klaim bagasi, malah kami sempat mengira bagasi kami terbang ke negara lain 🙁

“Trust Us to Fly” dari Batavia Air, semoga ini seterusnya dan bukan hanya kebetulan saja buat kami, yang sempat diragukan beberapa orang ketika kami ingin terbang mudik dengan Batavia Air.

Foto : sementara dari Google dulu yaa


Pulo Samosir Do Haroroanku

Pulo Samosir do haroroanku Samosir do

Ido asalhu sai tong ingotonhu

Saleleng ngolungku hupuji ho | 2x

Disi do pusokhi pardengkeanhu haumangki

Gok disi hansang nang eme nang bawang |

Rarak do pinahan di dolok i | 2x

 

Ref :

Laope au marhuta sada

Tung sopola leleng nga mulak au

Di parjalangan ndang sonang au

Sai tu Pulo Samosir ma sihol au

Molo marujung ma, muse ngolungku sai ingot ma

Anggo bangkeku disi tanomonmu |

disi udeanku sarihon ma |2x

Molo masihol ho, di natinombur masihol ho

manang niura dohot na margota

Di Pulo Samosir do dapot ho, manang niura

dohot namargota di Pulo Samosir do dapot ho.

 

Bisa juga dengar lagu ini yang dinyanyikan Victor Hutabarat disini nih ….Pulo Samosir


Tips Perjalanan bersama Keluarga

Pulang Kampung atau yang biasa disebut dengan Mudik adalah hal yang paling menyenangkan bagi setiap keluarga, apalagi jika bisa membawa anak-anak untuk ikut serta ke kampung halaman. Namun, apa yang perlu dipersiapkan agar hal-hal tak terduga dapat dihadapi dengan tenang dan akan membantu kami untuk mudik bersama anak-anak tanpa rasa khawatir.

Apa yang harus kami persiapkan?

Tidaklah mudah membayangkan betapa repotnya kami jika anak-anak harus ikut dalam perjalanan yang panjang dan melelahkan. Tahap awal yang kami lakukan adalah :

  1. Persiapkan mental. Saat sadar bahwa perjalanan ini akan panjang yang mungkin membosankan dan melelahkan anak-anak, cepatlah berpikir bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar bila kami mempersiapkan semuanya dengan baik.” Kebahagiaan saat anak-anak bertemu dengan semua keluarga akan menghapus kekhawatiran kami.
  2. Pastikan kami, sebagai orangtua yang akan membawa anak-anak dalam keadaan sehat untuk melakukan perjalanan. Hal ini penting karena kami harus menyediakan waktu dan tenaga kami untuk mendampingi anak-anak dan periksalah kesehatan anak-anak sehari sebelum melakukan perjalanan. Jangan melakukan perjalanan jika kesehatan anak-anak sedang terganggu. Lebih baik menunda perjalanan sampai kondisi kesehatan anak-anak normal. Namun kadang hal tak terduga bisa saja terjadi, seperti mendadak tenggorokan sakit atau flu karena itu penting untuk mengingatkan anak-anak agar menjaga kesehatan menjelang perjalanan panjang
  3. Buat daftar keperluan anak-anak agar tidak ada yang tertinggal maupun terlupakan. Jangan membawa peralatan atau perlengkapan secara berlebihan karena akan membuat kendaraan menjadi penuh, apalagi jika melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, usahakan membawa tas atau koper seringkas mungkin
  4. Biasanya jika kami pulang kampung ke Pulo Samosir, kami akan naik pesawat terbang dari Jakarta ke Medan, baru dilanjutkan dengan sewa kendaraan. Jika kami menggunakan kendaraan (jalan darat), biasa lakukan pemeriksaan kondisi kendaraan dan pastikan semuanya baik-baik. Jangan lupa membawa perlengkapan mobil, seperti : senter, pompa ban, ekstra ban, segitiga pengaman, dongkrak, payung, perlengkapan P3K, dan lainnya. Beri ruang yang lega bagi tempat anak-anak agar ia bisa bergerak dengan leluasa dan tidur dengan nyenyak. Sebaiknya kendaraan dilengkapi dengan tape dan lagu agar anak tidak bosan selama perjalanan.
  5. Bawa peta jalur mudik yang menyediakan jalur alternatif secara detil dan jelas. Lengkapi peta dengan beberapa nomor penting yang akan memberikan info penting terkait perjalanan kami. Aku biasanya melakukan searching beberapa tempat wisata dan tempat makan yang wajib dikunjungi di tempat tujuan, jika waktunya memungkinkan.
  6. Perhatikan jam berangkat agar terhindar dari kemacetan jalan. Dengan memperhitungkan lamanya perjalanan, maka bisa ditentukan waktu yang nyaman untuk melakukan perjalanan.

Apa saja persiapan untuk anak-anak ?

  1. Kebutuhan utama anak-anak, karena anak-anak sudah cukup besar (14, 12 dan 7 tahun), jadi selain pakaian, makanan dan minuman, obat-obatan, tentu yang mesti dibawa adalah buku cerita sesuai keinginan mereka, headset, handphone dan charger. Semua kebutuhan dalam perjalanan sebaiknya ditaruh dalam tas tersendiri agar mudah untuk dijangkau. Untuk kakak-kakak, mereka sudah bisa menyiapkan sendiri perlengkapan dan kebutuhan selama perjalanan, namun aku tetap mengingatkan saja agar tidak ada yang tertinggal. Untuk si kecil, rasanya dia masih memerlukan untuk membawa bantal kesayangannya.
  2. Sediakan makanan kecil dan permen yang disenangi anak-anak yang tidak membuatnya mabuk dan juga air putih secukupnya.
  3. Sediakan kantong muntah jika sewaktu-waktu anak-anak mengalami mabuk selama perjalanan. Usahakan berhenti setiap 2 jam sekali agar anak-anak mendapatkan oksigen dari luar mobil.
  4. Seringlah menanyakan apa yang dirasakan anak-anak. Misalnya, apakah ia ingin buang air, apakah ia lapar atau haus, apakah ada yang dirasa sakit, dst. Jangan lupa untuk memeriksa popok anak-anak yang belum bisa bicara.
  5. Sediakan mainan, beberapa cerita dongeng dan nyanyian yang biasa kami nyanyikan bersama anak-anak untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak saat perjalanan berlangsung. Ajak bicara atau cek tiap anak agar ia merasa tetap diperhatikan dan merasa aman karena perjalanan mudik adalah pengalaman baru baginya dan bisa saja membuatnya cemas.
  6. Kesabaran sangat dibutuhkan anak-anak jika ia mulai merasa bosan dan mulai menangis. Dengan ketenangan, maka anak-anak juga akan merasa tenang. Penting juga bila kendaraan sudah berjalan lebih dari dua jam untuk berhenti dan menghirup udara segar.
  7. Akhirnya, ajaklah anak-anak untuk selalu berdoa agar Tuhan menyertai perjalanan kami bersama keluarga.

Gambar dari Google