Makna Ramadhan Di Masa Pandemi

#delarasfiksi

cov

“Aku senang ibadah puasa di bulan Ramadhan tahun ini,” kata Asti. “Kenapa? kan sedang pandemi begini. Kemana-mana ga bisa. Ga bisa sholat tarawih di masjid. Ga bisa bukber sama teman-teman,” jawab Julia.

“Kamu tahu kenapa?” Asti balik bertanya.

“Ya enggalah. Kan aku ga senang,” sahut Julia dengan kesal melalui video call.

Asti pindah lokasi bicara, sambil berbisik, ia berkata,” Selama bulan Ramadhan, ibuku ada di rumah, tidak rapat-rapat di kantor sampai malam. Ayah tidak dinas ke luar kota selama bulan Ramadhan. Biasanya aku hanya sholat tarawih sama Mbak Yem dan adik. Kali ini, aku bisa bikin kue lebaran sama Ibu, walau payah buatan Ibu tapi seru. Besok kami akan buat ketupat sama-sama. Dan ayah bisa jadi Imam setiap malam saat kita tarawih, walau ayat yang diulang itu-itu aja. Aku dan adik senyum-senyum aja, tapi ga apa-apa, kita semua belajar.”

“Iya sih bener juga. Aku juga begitu,” sahut Julia.

“Tahu ga, apa yang bikin aku bahagia dan terharu setiap selesai sholat tarawih masa ini?” kata Asti lagi, dengan suara lebih pelan. Mungkin kuatir terdengar Ayah Ibu nya.

“Apa? ah kok sampai terharu segala?’ tanya Julia ingin tahu.

“Aku terharu setiap selesai sholat, Ibu mencium tangan Ayah. Dan Ayah mencium kening Ibu. Bertahun-tahun aku tak pernah menyaksikan itu,” jawab Asti sambil menghapus tetes air di ujung sebelah matanya.

#maknaramadhan #ibadahdirumahaja #delaras


#karyabersamauntuksesama

Sebagai penulis (karena bisanya hanya menulis) maka ketika mendapat ajakan mengikuti program ini, tentu aku semangat untuk ikut berkontribusi dan berpartisipasi. Berkarya dan berdonasi. Wah apalah aku ini, bagaimana lagi aku bisa ambil bagian dalam membantu orang yang terdampak wabah pandemi Covid 19. Jadi aku ikut dalam kegiatan ini, dengan mengirimkan sebanyak 4 (empat) buah naskah. Naskah yang kukirimkan, dua merupakan opini, satu merupakan puisi dan satu cerpen yang terbaru aku tuliskan dua hari yang lalu.

gmb

1 Karyamu= 1 Buku Untukmu + 1 Porsi Makan Untuk Masyarakat + 1 Warung Terberdayakan= 1 Upaya Penyelamatan
#KARYABERSAMAUNTUKSESAMA

Kegiatan ini merupakan program yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berkolaborasi dalam karya, belajar bersama, dan berupaya untuk membantu masyarakat terdampak corona.

Dari setiap karya yang Anda kirimkan, Kami akan mengubahnya menjadi 1 buku terbit, 1 paket pembelajaran limited, 1 sertifikat, 1 dagangan laku di warung terdampak, 1 porsi makanan bagi mereka yang membutuhkan, dan sehimpun kebahagiaan di indahnya Ramadan.

Kegiatan yang berakhir pada Minggu, 17 Mei 2020 pukul 23.59 ini, diperpanjang sampai dengan 20 Mei 2020. Semoga apa yang aku lakukan dan dikoordinir oleh Gerakan Menulis Buku ini dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi sesama. Aamiin.


Didi Kempot : Bersikap Untuk Sebuah Patah Hati

Belum sampai 40 hari musisi multi talenta Glen Fredly meninggalkan penggemarnya dan kancah musik Indonesia. Kita telah kehilangan seorang lagi penyanyi fenomenal, Didi Kempot pada tanggal 5 Mei 2020. Glen Fredly meninggal pada 8 April 2020 di Jakarta. Keduanya meninggal di masa pandemi Covid 19, namun itu tidak mengurangi langkah penggemar mereka, untuk mengantar kedua penyanyi tenar ini ke peristirahatan mereka yang terakhir.

dk1

Keduanya adalah penyanyi, pemusik dan pencipta lirik lagu. Liriknya sama-sama menyentuh hati, sebagian untuk orang yang mengalami patah hati, baik karena ditinggal pacar, hubungan tak direstui orang tua, hubungan jarak jauh atau pun hal lain.

Keduanya sama-sama punya penggemar dan panggung di hati masyarakat. Namun, mengapa aku memilih menuliskan mengenai Didi Kempot dalam blogku adalah karena Didi Kempot mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menghadapi kepedihan hati.

Didi Kempot mengajak masyarakat untuk selalu berpikir positif dan berpengharapan sekalipun hidup sudah terasa ambyar hancur berantakan. Lirik lagunya yang disampaikan dalam Bahasa Jawa dengan irama musik campur sari, sangat mudah dicerna oleh masyarakat kebanyakan, yang juga berpikir sederhana saja. Biasanya tidak perlu hiburan yang rumit, saat hati sedang sedih dan pilu bukan? Didi Kempot adalah ahlinya, mengolah rasa, terungkap dalam pernyataan atau quotenya yaitu Sobat Ambyar (demikian beliau menyapa penggemarnya) Patah Hati, Dijogetin Aja.

Mas Didi Kempot memang maestro. Ia, yang sudah menulis hampir 800 lirik lagu, dapat menulis sebuah lagu dalam satu jam saja, untuk lagu Sewu Kutho dan paling lama selama dua hari. Luar biasa kan? Dalam salah satu wawancaranya dalam #NgobamDidiKempot (Ngobrol Bareng Musisi) bersama Gofar Hilman di Solo pada tahun 2019, yang bisa disimak di link berikut ini, aku cuma bisa komentar,”Luar Biasa”. Perkiraan Bang Gofar hanya akan hadir 100 orang menjadi sekitar 1.500 orang. Wow, betapa ia dicintai.

#NgoBaMDidiKempot

Lalu bagaimana aku sendiri mulai mengenal lagu-lagunya? Betul tak disengaja, mendengarkan liriknya, saat sedang Gathering Karyawan dalam perjalanan di bis dari Stasiun Purwokerto ke Wonosobo.  Itu bulan November 2019. Dan ternyata itu memang sedang puncak karir Didi Kempot, berhasil menyentuh hati masyarakat, yang bukan hanya dari golongan menengah ke bawah, tapi sampai menengah ke atas. Kaum muda milenial baik yang mengerti Bahasa Jawa maupun tidak. Beberapa lagu yang aku sukai adalah Sewu Kutho, Banyu Langit, Layang Kangen, Suket Teki dan Kalung Emas.

Simak beberapa potongan lirik berikut ini ya, yakin membuat kita meleleh….

Sewu Kutho

Wis tak coba nglaliake
Jenengmu soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Isih tresno sliramu
Umpamane kowe uwis mulyo lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku aku pengin ketemu
Senajan sak kedeping moto
Kanggo tombo kangen jroning dodo

 

Banyu Langit

Sworo angin
Angin sing ngreridu ati
Ngelingake sliramu sing tak tresnani
Pengen nangis
Ngetokke eluh neng pipi
Suwe ra weruh
Senajan mung ono ngimpi

Layang Kangen

Layangmu tak tompo wingi kuwi
Wes tak woco opo karepe atimu
Trenyuh ati iki moco tulisanmu
Ora kroso netes eluh neng pipiku

Suket Teki

Wong salah ora gelem ngaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sing betah
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Kowe selak golek menangmu dewe
Tak tandur pari jebul tukule malah suket teki

Kalung Emas

Kalung emas sing ono gulumu
Saiki wis malih dadi biru
Luntur koyo tresnamu
Luntur koyo atimu
Sak iki kowe lali karo aku

Sobat Ambyar telah kehilangan The God Father of Broken Heart, The Legend atau The Maestro. Berbagai tribute dibuat untuk mengenang kepergian beliau melalui karya-karyanya yang fenomenal. Didi Kempot yang telah berhasil menyentuh hati berbagai kalangan status dan lapisan masyarakat. Tugas kita selanjutnya, meneruskan semangat beliau untuk mencintai dan melestarikan budaya bangsa Indonesia, khususnya kesenian campur sari berbahasa Jawa.

Sugeng tindak Mas Didi Kempot. Dari beliau, yang selalu rendah hati, menurut orang-orang yang diwawancarai dan pernah berinteraksi dengan beliau. kita bisa memperoleh persepsi baru, bahwa kesedihan dan patah hati, tidak selalu harus disikapi dengan tangis dan air mata tak berkesudahan, ojo jeru-jeru, menurut beliau, tapi dijogeti saja.

Tuhan memberkahi Mas Didi Kempot. Meninggal pada puncak ketenaran, bahkan sempat berkegiatan amal dengan show dari rumah dan mengumpulkan donasi sebanyak 7 (tujuh) milyar rupiah. Luar biasa, donasi untuk orang-orang yang mengalami dampak pandemi wabah Covid 19 ini. Semoga menjadi berkah buat sesama. Kebaikan nyata yang dilakukan sebelum tiada.

 


Pasrah Berserah

Ketika harus menerima keadaan, tanpa bisa protes. Tanpa argumentasi. Tanpa debat.

kun2

Sedang semangat kuliah. Mendadak kuliah dibekukan. Dianggap cuti 1 semester. Kuliah online, sekolah online. Mendadak pelajar dipaksa paham teknologi. Bersyukur bagi yang punya sarana mendukung di rumah, bagaimana yang tidak.

Tiket sudah di tangan, semangat untuk kembali, berjumpa keluarga, mendadak tidak ada penerbangan. Bukan hanya harga ratusan ribu rupiah, tapi mencapai puluhan juta karena dari luar negeri. Mengurus refund tak semudah membalik tangan. Tiket diganti voucher, padahal momen sudah berlalu.

Sedang punya proyek besar, mendadak semua berhenti, pegawai dirumahkan, roda bisnis tidak dapat berputar.

Famili sedang sakit, rindu ingin jumpa, tak ada akses menuju rumah sakit. Bahkan ibadah pemakaman pun melalui zoom meeting.

Tradisi mudik, silaturahmi keluarga, rindu orang tua, rindu kampung halaman, ditunda demi kebaikan orang di kampung.

Berbicara pun tak bisa. Apa yang bisa dilakukan selain memanjatkan doa? Pasrah berserah…..kehendak Tuhan yang jadi dengan terus berusaha, melakukan yang terbaik, yang kita bias pada keadaan ini. Percaya Tuhan ada menyertai kita. Amin.

#delaras
#delarassemesta


April dan Kenangan

Bulan April sejatinya selalu menjadi bulan yang spesial buat aku secara pribadi. Sedangkan Bulan Oktober adalah bulan spesial buat kami sekeluarga. Sesungguhnya semua hari dan bulan, diciptakan baik adanya. Tapi mungkin karena pada bulan itu banyak hari jadi anggota keluarga, maka kedua bulan itu menjadi bulan yang spesial. Seluruh anggota keluarga akan berkumpul untuk mensyukuri hari-hari spesial di bulan itu.

gb

Namun bulan April 2020 ini menjadi bulan yang bukan hanya spesial buatku, tapi sungguh menjadi bulan yang penuh arti. Tiada ada satu hari pun yang tak memberikan makna buatku. Bulan April tahun ini dimulai dengan sapa pagiku karena suka citaku memasuki bulan April, yang menjadi kelanjutan bulan Maret. Bulan Maret yang mana sejak pertengahan bulan, virus Covid 19 mulai merebak di Indonesia dan menjadi pandemi dalam waktu singkat.

April menjadi harapan bahwa pandemic akan berakhir dan kehidupan akan kembali normal. Tapi rupanya belum. Kita semua (di hari ke-46, 1 Mei 2020, kasus positif penderita sudah mencapai jumlah 10 ribuan orang) diminta untuk bersabar, dengan terus berkomitmen melakukan hal-hal positif.

Kemarin sore, menjelang waktu berbuka, di WAG Kantor beredar video motivasi dari Ary Ginanjar. Beliau menyampaikan bahwa di masa bekerja dari rumah itu, kita harus melakukan tiga komitmen, yaitu komitmen intelektual, komitmen emosional dan komitmen spiritual. Betul, ketiga komitmen yang kemudian mempengaruhi perilaku keseharian kita selama berada di rumah saja.

Selama bulan April, jujur aku banyak merenung dan berpikir. Walau aku (sok) sibuk karena punya empat orang yang memberi tugas (Ka Balai, Ka Program, Ka Subbag TU dan Manajer Unit SDM), aku juga mesti memperhatikan kebutuhan anggota keluarga di rumah. Bukan hanya kebutuhan jasmani tapi juga kebutuhan emosional dan pendampingan anakku yang masih sekolah. Yang biasanya dia didampingi guru di jam belajar, menjadi belajar di rumah, tentu aku mesti siap untuk ditanya-tanyakan.

Kebutuhan emosional lebih menguras waktu, pikiran, perasaan dan energi tentunya. Bagaimana kita bias tetap menghibur anak atau orang lain, sementara kita sendiri juga sedang berada dalam titik jenuh yang sama. Selain bersyukur dengan grup teman dan keluarga, yang saling menguatkan dengan sapa pagi, semangat hari, kiriman sticker lucu atau video yang menyemangati (di antara berita Covid baik yang positif sembuh atau pun meninggal), ada waktu untuk refleksi dan merenung.

Di kala kehidupan normal, sering kita menghindari pertemuan atau kunjungan untuk menjaga silaturahmi, seperti reuni teman atau arisan, sehingga rasanya di masa ini menyadari betul bahwa hal-hal itu sangat berharga. Sebaliknya dengan ikatan dalam keluarga, yang biasanya diabaikan dan terabaikan, menjadi lebih dekat dan banyak berbicara dari hati ke hati, terutama dengan anak-anak.

Bulan April ini, saat kepulangannya yang selama 3 minggu ini (datang 30 Maret 2020 dengan kejutan karena nebeng teman dan kembali juga sudah dalam masa pembatasan arus mudik dengan mobil travel pada 24 April 2020), aku banyak berbincang dengan kakak tengah, LAAS. Pembicaraan yang sungguh mendalam, di antara tangis air mata dan gelak tawa. Bagaimana ia mengeritik habis-habisan pola asuhku di masa lalu, bagaimana kebodohanku dalam kehidupan pernikahanku (yang menurut dia, bukan sebagai panutan) dan juga kebenciannya selama setahun ini (aku tidak mengira karena kukira kami baik-baik saja) pada apa yang aku lakukan. Bersyukur akhirnya, semua menjadi jelas dan kami berdamai di bulan April 2020. Aku sungguh tak mengira itu menjadi kepahitan dan kekesalan yang mendalam dari kakak tengah. Pembicaraan yang dari hati ini akhirnya menata kembali hubungan kami.

bed

Dengan teman-teman dan keluarga, juga semakin kuat walau hanya secara virtual. Semoga semakin tulus dan memperkaya kesehatan batiniah.

Aku juga semakin banyak waktu bertanya pada diriku sendiri, apa yang sesungguhnya jiwaku ini inginkan dalam hidup. Istilah banyak orang, self love. Selama ini, tubuh, pikiran dan perasaan hanya digunakan tanpa jiwa ini ditanya apakah mau melakukan dan menjalankan ini semua. Teman baik mengingatkanku, saat memberi ucapan pada hari ulang tahunku (tepatnya ucapan ulang tahunku di hari ulang tahunnya) agar “Jangan lupa bahagia.” Betul, jangan siksa diri ini terlalu keras berpikir, terlalu Lelah raga dan terlalu makan hati, tapi lepaskanlah itu semua, agar bahagia lahir batin, jiwa raga.

Terima kasih April dengan begitu banyak yang bisa dikenang di bulan April ini, untuk melangkah memasuki bulan Mei 2020. Salam sehat, salam kuat, hari-hari akan masih panjang menjelang. 😉


Mari Kita Patuh yuk…

Mari kita patuh yuuk….

Kalau menuruti ego sih, aku juga udah ingin cepat beraktivitas normal lagi. Udah ingin promo buku ke kota-kota lain (baca : jualan). Cuap-cuap di radio. Story Telling ke anak-anak. Ingin ketemuan sama illustrator bukuku, mbak Tanti Amelia untuk bikin rencana-rencana buku selanjutnya. Ketemu sama editor novelku, mbak Shinta.

IMG_20200428_114512_972

Liburan sama keluarga, walau ya yang dekat aja. Ingin nengok kakak tengah Leona Aditia Arum Silalahi Jalan sama teman seperjuangan Ari Dianing Ratri , Dwi Hartati Dwi Hartati dan Noenoeng (teman seperjuangan – senasib maksudnya). Ngopi dan ngobrol asyik santai sama teman. Ketemu teman kantor, teman gereja dan saudara. Juga ketemu mbak-mbakku untuk latihan karawitan Hetty Reksoprodjo dan mbak-mbak yang lain.

Dan terutama olah raga atau aktivitas di alam terbuka, untuk cari inspirasi.

Tapi demi buat kita semua, aku milih lebih baik bersabar dan ikutin semua prosedur yang dihimbau Pemerintah untuk situasi sekarang ini.

Memang nggak enak sih, tapi dari pada ini jadi semakin lama akhirnya kita juga yang mesti menanggung. Makin lama kembali ke aktivitas normal. Ayo dong patuh, kita bisa kok. Semangat dengan bersabar dan berdoa, jangan bandel ah….

#kamipatuh #dirumahaja #kerjadarirumah #stayathome #fightforcovid19 #indonesiabisa


Kartini dalam Pandemi

Kartini sejati
Kartini yang punya hati
Kartini yang tidak memikirkan diri sendiri
Kartini bukan hanya soal rias diri
Kartini yang rendah hati
Kartini yang menyediakan diri
Kartini yang berempati
Kartini yang tidak menindas harga diri
Kartini yang berinovasi
Namun tetap paham arti emansipasi
Dan sadar kodrat diri
.
943388_618793014815621_1546457797_n-1

Selamat Hari Kartini buat perempuan Indonesia. Hari-hari yang tidak mudah di masa pandemi ini.
.

#delaras #dirumahaja #workfromhome #bekerjadarirumah #inisaatnyaberaksi #tributetokartini #kartinimasakini


Pakai Masker yuuk….

Memakai masker adalah hal yang baru di awal pandemi ini. Sempat terjadi panic buying dan barang hilang di pasaran sehingga harga masker menjadi melambung tinggi. Ini dimungkinkan terjadi karena kurangnya sosialisasi, masker apa yang cukup buat kita pakai dan yang mana yang dibutuhkan para tenaga medis.

2020-04-20 15.13.12

Mengapa kita mesti mengenakan masker dan bagaimana sosialisasi atau himbauan Pemerintah terkait hal ini untuk mengurangi penyebaran virus Covid, bisa disimak di infografis di bawah ini ya..

92392140_1469117446610433_5243003484604727296_o

IMG-20200328-WA0011

IMG-20200302-WA0012

Nah, demi kebaikan buat diri kita dan juga melindungi orang lain, mari kita gunakan masker. Bagi kita, untuk pencegahan, bisa menggunakan masker dari kain, yang bisa bertahan dipakai selama empat jam dan bisa dicuci. Selamat bermasker melawan Covid 19.

Salam sehat.