Pantai Pasir Panjang, Singkawang

Setelah berpisah dengan teman-teman di kantor WVI Singkawang, kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke Pontianak karena esok siang kami akan kembali ke Jakarta. Sekitar 20 menit perjalanan kami, kami singgah ke Pantai Pasir Panjang. Pantai ini kabarnya menjadi ikon pariwisata Kota Singkawang dan salah satu obyek wisata andalan Provinsi Kalimantan Barat yang telah dikembangkan menjadi sebuah paket wisata terpadu bernama Taman Pasir Panjang Indah (TPPI). Pantai ini dinamakan dengan Pantai Pasir Panjang karena pantainya membentang panjang melengkungi laut lepas.

Saat kami datang memang masih siang, menurut Bang Nevi, biasanya pantai ini akan ramai sekali pada hari Sabtu dan Minggu, tapi saat kami datang kesana, pantai masih sepi dan nyaman sekali untuk dinikmati.

DSCN6856

DSCN6853

DSCN6860-1

DSCN6861

Ada fasilitas penginapan, kolam renang, arena permainan dan juga restoran yang disediakan di tempat ini membuat kehadiran kita menjadi menyenangkan. Singgahlah jika melewati kawasan ini dan dapat menikmati matahari terbenam di sore hari.


GPIB Imanuel, Gambir, Jakarta

Peletakan batu pertama pembangunan gereja ini, bertepatan dengan ulang tahun Raja Willem I yang ke-63 pada tanggal 24 Agustus 1835. Pembangunan gedung gereja ini dilaksanakan oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang bernama J.H. Horst selama 4 (empat) tahun. Dan kemudian diresmikan pemakaiannya pada tanggal 24 Agustus 1839 dengan nama kehormatan “Willems Kerk”. Biaya pembangunan gereja ini saat itu berasal dari dana jemaat dan sumbangan Pemerintah Belanda.

Menurut sejarah, gedung gereja ini dibangun dengan menggunakan unsur arsitektur Poppies. Bentuk unik gedung ini merupakan perpaduan dari kebudayaan Hellas dan kebudayaan Romawi, bagian dalam gedung ini berbentuk lingkaran. Dan bagian atas gedung berupa kubah. Daun pintu dan daun jendela gereja lebar dan besar sehingga sirkulasi udara berjalan baik. Gedung gereja mempunyai 4 serambi dengan 18 tiang besar. Gedung ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk tempat pemain musik orgel dan tempat duduk jemaat.

Saat ini, bangunan gedung gereja masih berdiri dengan baik, walau pada beberapa tempat memerlukan renovasi yang signifikan. Alat musik Orgel yang dibuat pada tahun 1839 di Belanda oleh J Batz dan dipasang pada tahun 1843, masih berfungsi dengan baik sampai hari ini, luar biasa. Pada tanggal 31 Oktober 1948, ketika Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat berdiri, gedung gereja ini berubah namanya menjadi “Imanuel” yang berarti Tuhan Beserta kita.



Melalui SK Gubernur DKI Jakarta No 11/I/22/1972 tanggal 10 Januari 1972 dan oleh Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai Cagar Budaya (Obyek Pariwisata) yang dilindungi oleh Undang-undang RI No 5 tahun 1992. Oleh karena itu kita semua wajib menjaga kelestariannya.

Oh ya, kami kesana dalam rangka mengantar anak-anak melayani bersama PSA Eclesia dari GKI Serpong

Tuhan berkati GPIB Imanuel dan kita semua. Amin


United Hearts


God has brought you here together
To be united in His love
Joined in Holy Matrimony
With faith in God above

DonotHotlink

Let your faith guide your lives
With a measure of God’s grace
For this is what keeps love strong
Through whatever you may face

DonotHotlink

Keep building your marriage on
The foundation of Christ
It will not crumble or give way
Through the daily pressures of life

DonotHotlink

But it will stand the test of time
Growing stronger day by day
Just keep your hearts truly united
Joined as one when you pray

DonotHotlink

The cord that binds your hearts
Will not fray or break in two
When you build your lives on God
He will walk with you

© By M.S.Lowndes


Danau Toba, yang Selalu di Hati

Dalam liburan Lebaran tahun 2011 ini, aku dan keluarga berkesempatan untuk kembali mengunjungi kampung kami yang terletak di tepian Danau Toba, tepatnya di Pulau Samosir. Keindahan Danau Toba selalu membuat kami rindu kembali kesana, namun setelah 6 tahun yang lalu kami terakhir berkunjung kesana, saat ini adalah saat yang tepat untuk kembali. Liburan kami selama 6 hari ini menyusuri wilayah di Sumatera Utara, mulai dari kota Medan, Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Siantar, Prapat, Tomok, Tuk Tuk, Ambarita, sampai dengan Pangururan, Tele, Desa Silalahi, Tongging dan Merek sampai dengan Brastagi, dan kembali ke Medan.

Seluruh perjalanan ini memberi kesempatan pada kami untuk mengagumi keindahan dan keagungan salah satu ciptaan Tuhan, yaitu Danau Toba. Danau Toba sendiri adalah sebuah danau vulkanik dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer, yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, dan merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Danau ini tercipta akibat letusan gunung berapi super (supervolcano) yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Di tengah Danau Toba terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir, dimana kampung keluarga kami berada disana.

Letaknya yang berada di sekeliling Pulau Samosir, membuat Danau Toba menarik untuk dilihat dari berbagai sudut Pulau tersebut, diantaranya dari Dermaga Penyeberangan Kapal Ferry di Ajibata, dari Tomok, dari Desa Silalahi, dari Tongging dan dari Menara Pandang Tele.

Danau Toba dari Dermaga Ajibata

Dari Dermaga Tomok

Dari Menara Pandang Tele

Dari Desa Silalahi

dan dari Tongging