Buku “Empat Musim pada Tahun Kelima” Karya Ilda V. Siregar

Buku “Empat Musim pada Tahun Kelima” karya Ilda Viviana Siregar

IMG_20210831_101040

Melihat cover buku ini di deretan buku baru terbitan Ellunar Publisher , aku sudah langsung jatuh hati. Apalagi setelah membaca isinya yang ternyata rangkaian kisah perjalanan kak Ilda selama setahun berada di Jepang.

Dikisahkan dengan unik karena disajikan dalam bentuk puisi mini khas Jepang, yaitu haiku, senryuu dan tanka. Kita bisa belajar juga di buku ini. Beberapa istilah dalam bahasa Jepang, juga dijelaskan dengan detil oleh kak Ilda. Catatan yang luar biasa karena ini sudah lewat 30 tahun lalu.

Selain itu, buku ini membawa aku kembali pada perjalananku ke tempat yang sama, walau di kota yang berbeda, tahun 1992. Jepang, kota super maju yang selalu tetap mengakar pada budayanya.

IMG_20210831_101818

Terima kasih kak Ilda, bukunya keren sangat, mengobati kangen aku pada negeri ini, yang minat baca penduduknya patut diacungi jempol.

Istana megah
Lorong berliku
Kastel Himeji
Tembok berplester putih
Bercelah rahasia

(Hal 17, Bagian II Musim Dingin)

Buku ini dapat dipesan langsung dengan japri ke Kak Ilda melalui FB nya atau ke website https://ellunar.shop/home


#BTPWBBM2021

TwiboneWBBMBTP_ADJ

Dalam rangka penilaian Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) tahun ini, maka partisipasi dan dukungan seluruh Pegawai Balai Teknologi Polimer (BTP) dan masyarakat, sangatlah penting dan diperlukan.

Ayo dukung dan terus kawal BTP menuju WBBM tahun 2021.

Buat Tim Pembangunan Zona Integritas (PZI) BTP, maju terus jangan ragu, walau jalan tampak terjal berbatu


Bukan Sekedar Apresiasi

Apresiasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan pada seseorang karena karya yang dihasilkan memberi dampak pada orang lain.

WhatsApp Image 2021-08-28 at 08.45.25

Tapi buat aku, sertifikat apresiasi yang aku terima pagi ini, lebih dari sekedar penghargaan. Apresiasi ini meningkatkan rasa percaya diriku dan hargadiri ku.

Saat aku direkomendasikan oleh mbak Rini Valentina dan dihubungi oleh Dr. Bishakha Sarma, aku menolak. Ada begitu banyak penulis hebat di Indonesia ini. Mengapa aku? Lalu kata bu Rini, untuk bercerita tentang Indonesia, bisa siapa saja.

Buat aku, menulis adalah berbagi. Tidak ada ambisi untuk menjadi apa atau meraih apa. Namun dengan penghargaan ini, aku berpeluang untuk berbagi dengan lebih baik. Bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk Indonesia. Banyak kearifan lokal yang bisa dibagikan dan berguna bagi dunia.

Tak hentinya mengucapkan terima kasih pada Manoj, Bishakha, Rini, Asian Literary Society dan teman-teman hebatku Ewith, Geva dan Yanita.


Novel Sejarah Sang Patriot Karya Irma Devita

SANG PATRIOT Hadiah Buku memang selalu tidak pernah salah diberikan pada siapa pun. Karena buku adalah jendela hati dan jendela dunia. Selebihnya penerima hadiah tersebut mau membaca atau tidak itu kembali pada minat masing-masing. Tapi buat aku pribadi, buku mengandung sesuatu dan segala sesuatu, bisa yang sudah kita ketahui dan bisa juga belum pernah kita pahami.

Hatiku sangat senang dan terharu sekali (ingat… aku memang begini) aku menerima kiriman buku langsung dari pengarang buku novel berjudul Sang Patriot, mbak Irma Devita. Aku sudah diberitahu akan dikirimi buku ini, tapi begitu menerimanya, membuka dan membaca paragraf pertama Sekapur Sirih buku ini, hatiku sudah gemetar. Rasa yang bercampur aduk.

rez_patriot

Buku ini sudah ada dalam dekapanku pada bulan Agustus 2019. Waktu itu buku ini dipamerkan di lobi Gedung Perpustakaan Nasional. Buku boleh dibaca tapi tidak boleh dibawa pulang. Waktuku tidak lama waktu itu. Kebetulan baru selesai launching 5 buku antologi bersama Penulis Perempuan Indonesia. Jadi aku hanya melihat-lihat Daftar Isi nya dan terkagum. Hebat sekali bisa detil menuliskan novel sejarah seperti ini, yang ternyata membutuhkan waktu lima tahun, untuk observasi. Wow…. Saat itu sudah punya keinginan bagaimana cara memiliki buku itu tapi karena antrian baca buku yang lain juga ada, jadi terlupa.

Hari ini, buku ini sudah ada dalam genggaman, akan aku nikmati baris demi barisnya, sambil mengingat sejarah perjuangan masa lalu yang tak pernah kualami. Kisah dalam buku ini diangkat dari kisah perjuangan Bapak Letnan Kolonel M. Sroedji, Komandan Brigadir III Damarwulan, yang adalah kakek dari Penulis.

Mari membaca buku.

Sekali lagi terima kasih Mbak Irma. Ini hadiah yang luar biasa di HUT Kemerdekaan Indonesia ke-76 buat aku


Webinar Sejarah : Rakyat Jawa Timur dalam Revolusi Indonesia (1945-1949)

Pada hari Sabtu, 21 Agustus 2021, Irma Devita Learning Centre (IDLC) mengadakan Webinar Sejarah yang berjudul Rakyat Jawa Timur dalam Revolusi Indonesia (1945-1949).

Dimoderatori langsung oleh Mbak Irma Devita, webinar ini menghadirkan tiga narasumber yang sangat kompeten dan paham betul dengan situasi kondisi masa revolusi itu. Mbak Irma Devita sendiri adalah cucu dari Letnan Kolonel M.Sroedji, Komandan Brigade III Damarwulan, yang gugur pada 8 Februari 1949

Mengapa tahun 1945 sampai dengan 1949 disebut periode Revolusi? Bukankah Indonesia telah merdeka. Ternyata Kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945 belum merupakan akhir dari perjuangan. Dalam akun FB nya, mbak Irma Devita menyampaikan bahwa justru sejak tanggal 17 Agustus 1945 tersebut menjadi titik awal kesadaran bangsa Indonesia utk mempertahankan apa yang sudah di raih nya dengan penuh pengorbanan darah dan air mata.

Perang yang paling berdarah justru terjadi di era 1945 – 1949, dimana jutaan nyawa rakyat Indonesia melayang. Berbagai peristiwa penting dan sangat heroik terjadi di Jawa Timur dalam kurun 1945 – 1949. Mulai dari dahsyatnya Perang surabaya, Peristiwa Perobekan Bendera, Hijrah TNI, Agresi Militer Belanda 1 serta ratusan pertempuran berdarah lainnya. Termasuk diantaranya Pemberontakan yang terjadi di Madiun dan dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1948.

FB_IMG_1629463852289

a4

Materi pertama disampaikan Mas RZ Hakim, yang menyampaikan paparan berjudul Jawa Timur di Masa Revolusi. Mengapa Jawa Timur menjadi penting di masa itu? Jawa Timur masa itu terdiri dari tujuh karesidenan yaitu Surabaya, Bojonegoro, Madiun, Kediri, Malang, Madura, dan Besuki. Surabaya sebagai Ibukota Propinsi tentu memiliki peranan yang besar sebagai simpul jaringan yang menghubungkan Jawa dengan wilayah luar Jawa seperti Indonesia Timur.

Mengapa Jawa Timur ? Karena Jawa Timur memiliki banyak potensi, salah satunya potensi ekonomi, yang berasal dari berbagai sektor, baik dari sektor pertanian, perikanan, tambang, hingga perkebunan.

Dalam paparannya, Mas RZ Hakim juga menyinggung mengenai Eks Karesidenan Besuki. Di masa lampau, Karesidenan Besuki dicitrakan sebagai tempat pembuangan tahanan, sarang pemberontak, dan daerah yang terbelakang. Ujung timur Jawa ini juga digambarkan sebagai wilayah yang tidak sehat, tanah dengan ancaman malaria. Namun di pertengahan Abad XIX seiring disulapnya wilayah ini menjadi wilayah perkebunan modern, ia segera berubah menjadi pusat produksi perkebunan kualitas ekspor, sebagai lumbung beras, dan sebagai wilayah metropolitan perkebunan tempat dimana banyak orang mengadu nasib.

a1

Paparan kedua disampaikan oleh Mas Ady Setiawan. Beliau seorang penulis buku sejarah. salah satu diantaranya adalah, SURABAYA, Dimana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu? Dalam paparannya yang berjudul Surabaya, Kota Pahlawan, Mas Ady menyampaikan Mengapa Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan? Karena pada masa itu, terbunuh dua jenderal besar berkebangsaan Inggris, terjadi pertempuran berskala besar yang menimbulkan jatuhnya korban hampir mencapai 20.000 orang dan Inggris mengerahkan matra penuh (laut, darat dan udara).

Mengapa harus bertempur dan berjuang? karena adanya kolonialisme berupa penjajahan, penindasan, Tanam Paksa, Politik Segregasi, Jalan Daendles dan Peristiwa Banda. Pertempuran dimulai dari terjadinya perobekan bendera Belanda di Jalan Tunjungan, lalu insiden perebutan senjata Jepang dan kedatangan Inggris sampai terjadinya pertempuran fase I dan puncaknya pertempuran fase II pada 10 November 1945, sehingga Surabaya dijuluki Kota Pahlawan, untuk mengenang peristiwa tersebut.

a2

Materi terahkir yang tidak kalah menariknya disampaikan oleh Hendi Jo, seorang jurnalis sejarah yang juga penulis buku berjudul Zaman Perang, Orang Biasa dalam Sejarah Luar Biasa. Dalam paparannya yang berjudul Darah Tertumpah Di Timur Jawa (Kekerasan Militer 1947-1949), Mas Hendi Jo menyampaikan bagaimana Belanda yang datang ke Jawa TImur dengan 16.000 personil militer plus para penjaga Negara Jawa Timur (Laskar Tjakra). Tidak adanya Konvensi Jenewa, dengan gugurnya tentara Indonesia. Dan banyak kasus lain yang terjadi di masa itu, diantaranya kasus Gerbong Maut Bondowoso – Surabaya, kasus Pembunuhan dan Pemerkosaan di Paniwen, kasus Pembantaian Rakyat Prambonwetan. Kasus yang tak terungkap menjadi tanda tanya apakah kedatangan tentara Belanda ini merupakan bentuk Operasi Pembersihan atau Aksi Kekerasan pada rakyat Jawa Timur?

a3

Webinar ini sangat menarik sekali, buat aku, belajar sejarah adalah untuk mengetahui apa yang benar, menolak lupa dan tentunya menjaga semangat kebangsaan. Mengingat bahwa Kemerdekaan yang kita nikmati sekarang bukanlah sebuah hadiah tapi hasil dari perjuangan. Perjuangan dengan darah yang mahal. Dan, jika berbicara tentang kemerdekaan, tentunya tidak lepas dari perjuangan semesta dari Rakyat Jawa Timur dalam revolusi kemerdekaan Indonesia di kurun waktu 1945-1949.

Acara ini didukung oleh komunitas Roodebrug Soerabaia dan komunitas Historika Indonesia. Juga hadir beberapa komunitas sejarah dari Bandung, Bogor, Jakarta, Jogja, Magelang, Malang, Surabaya, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi juga turut bergabung

Terima kasih IDLC, para Nara Sumber dan teman-teman yang sudah hadir. Waktu dua jam sangat pendek rasanya untuk mendengarkan sejarah masa lalu, sebagai bekal masa depan kehidupan bangsa Indonesia. Aku salut dengan antusias narasumber dan teman-teman yang hadir.

Salam Merdeka untuk Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

Sumber tulisan : IDLC dan Paparan para Nara Sumber


Tips Menulis (1) : Ide Menulis melalui Buku Bacaan

Untuk bisa menuliskan sesuatu, kita butuh sesuatu. Iya sesuatu untuk bisa dituliskan. “Sesuatu” itu bisa berwujud dan tidak berwujud. Bagaimana mendapatkan “sesuatu”itu bisa banyak caranya. Lalu bagaimana menuangkan “sesuatu” kedalam tulisan? Bisa dimulai dari hal yang paling sederhana.

rez_baca_IMG_5386

 

Aku termasuk orang yang dapat menerima “sesuatu” mulai tulisan, diantaranya dengan membaca. Masa dulu dengan membaca buku (saat ini informasi bisa diperoleh darimana saja). Tapi sampai saat ini, aku sangat suka membaca buku (hard copy). Kuno? Konvensional? Ya memang. Salah satunya ini karena keterbatasan indera penglihatan (jika membaca terlalu lama dari layar telpon genggam/komputer).

Dengan membaca buku, aku bisa mengulang-ulang “sesuatu” yang akan aku dalami. Aku juga dapat “jeda” sejenak jika ingin meresapi atau merasa isi kepalaku terlalu penuh

Mari tanamkan hal ini sejak dini pada anak-anak dan generasi muda. Minat baca orang Indonesia saat ini masih masuk dalam kategori “rendah” sayang sekali bukan.

Membaca” di sini, bisa disesuaikan dengan generasinya, namun pada intinya dengan banyak memiliki “sesuatu” kita akan mampu membagikannya lagi pada orang lain….

Foto : Aan M Kusuma


Buku Antologi Pentigraf EUNOIA

Anak bungsuku dengan teman sekelasnya di kelas XII SMA Santa Ursula BSD, menerbitkan buku. Kali ini berupa pentigraf atau tulisan tiga paragraf. Ini buku antologi ke-3 si bungsu. Efek pandemi yang positif. Walau belum sepenuhnya memenuhi kaidah pentigraf tapi ini perlu diapresiasi karena isi tulisan tema keren. 

WhatsApp Image 2021-08-20 at 21.47.11

Bukunya setebal 171 halaman. Ada 4 genre didalamnya : horor, jenaka, romance dan slice of life. Setiap murid di kelas itu membuat minimal 3 genre. Bukunya hardcover (wow). Desain cover dan ilustrasi oleh mereka sendiri. Sayangnya mereka hanya mencetak sejumlah murid kelas. Jadi harga cetak buku menjadi cukup mahal.

@danielsilahii #pentigraf #bukuantologi