Temui Hulu (Coffee) Di (Bendungan) Hilir

Good coffee is a pleasure and Good friends is a treasure. So a cup of gourmet coffee shared with a friend is happiness tasted and time well spent. Coffee and friends are perfect blend.

Gabungan quote di atas itu sangat pas menurutku. Secangkir kopi yang enak itu merupakan sebuah kenikmatan sedangkan teman-teman yang baik adalah sebuah harta karun. Menikmati kopi yang enak bersama teman adalah perpaduan yang sempurna karena menghabiskan waktu dan mencicipi kenikmatan kopi sebagai suatu kebahagiaan.

2019-11-10 18.10.42Kadang tempat tidak selalu menjadi penting, tapi bisa berada di sebuah tempat yang cozy dan asyik, tentu semakin meningkatkan kenyamanan dan kualitas waktu bertemu kan? Bagaimana kalau kita tiba di suatu tempat dan tempatnya ga nyaman, pasti ada sesuatu yang mengusik kan?

WhatsApp Image 2019-11-10 at 17.59.34(1) WhatsApp Image 2019-11-10 at 17.59.34Kemarin, Minggu, 10 November 2019, dalam waktu perencanaan yang cukup singkat, akhirnya kami berenam berjumpa di Hulu Coffee, yang berlokasi di Jalan Danau Limboto C1 No 2 di wilayah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Lokasinya mudah ditemukan dengan fasilitas Maps Google.

WhatsApp Image 2019-11-09 at 21.11.35Tempatnya cozy, adem, enak buat ngobrol. Aku pulang saat menjelang magrib, yang ternyata suasana jadi berbeda, ada lampu-lampu, plus pohon berbunga kecil berwarna pink keunguan, yang membuat suasana jadi agak romantik, gimana gitu. Pelayanannya bagus, cukup cepat. Walau mereka terbatas tapi ga rese dengan pengunjung yang ga pulang-pulang seperti kami (ga berani ngusir kali ya…. 🙂 )

Hulu Coffee sendiri dirintis oleh dua orang muda (perempuan), yaitu Euodia dan Heni. Menu minumannya cukup bervariasi, ada kopi dan non kopi. Buat pengunjung yang datang bersama orang yang bukan penikmat kopi, ada beberapa pilihan minuman yang lain di sini, seperti teh leci, yang segar atau susu coklat.

Aku sendiri kemarin menikmati es kopi susu, yang pas racikannya dan seger adem mak nyes, maklum berada di Jakarta yang sedang panas-panasnya (plus…. baru turun dari ojol).

20191110_163305

20191110_163223Untuk makanannya, masih seputar makanan ringan, ada rujak cireng dan indomie serta beberapa yang lain tertera di daftar menu. Aku akan mengusulkan roti bakar, singkong goreng atau pisang keju. Tapi memang makanan jangan terlalu bervariasi ya, supaya tetap terfokus pada sajian kopinya.

WhatsApp Image 2019-11-10 at 18.02.13(1)Tentang harga, okelah, masih terjangkau untuk kalangan mahasiswa atau pekerja kantoran. Rasanya enak kok, pas aja dan penampilan juga oke. Masukan lagi, agar ditambah gelas-gelas yang semakin bervariasi, gelas jadul atau gelas berlogo kopi, mungkin dengan quote-quote khas Hulu Coffee, seperti misalnya,

“Jangan ke kantor dulu, sebelum ngopi di Hulu”

atau

“Ojo kesusu turu, yuk nyuruput ning Hulu”.

WhatsApp Image 2019-11-10 at 18.02.13Tempat masih bisa disulap bertahap, supaya semakin instagramable, ada spot-spot yang masih bisa dikembangkan, dengan gambar atau grafiti atau dipasang poster-poster menarik dan foto atau tandatangan pengunjung di salah satu sudutnya.

Buat teman-teman yang sudah berkumpul, terima kasih untuk luang waktunya, terima kasih untuk Klara yang sudah membawa siomay (ndak sempat terfoto karena …. you know lah), Eltri yang membawa pempek dari Jambi, Iwien dengan ilmu nutrisinya, Ririen dan bung Maxie untuk firman Tuhan yang sudah dibagikan dan Mega untuk sharingnya. Sepakat untuk jumpa lagi ya, jaga kesehatan….

20191110_164032

Yuk nikmati kopi di sini, dengan teman atau tidak, tempat ini asik kok, terutama kopinya. Sesuai dengan tagline mereka, Temui Hulu di Hilir, yang artinya temui Hulu Coffee di Bendungan Hilir.

Instagram Hulu Coffee, klik di sini ya


Kopi Tanpa Janji

Mentari hadir menyambut pagi.
Awal gerak jalani hari
Kita berdua tak pernah buat janji.
Tapi selalu hadir di antara kita,
dua cangkir kopi

kopikok

Kopi Kok Tong Pematang Siantar, dengan segala memori (lelah, rumpi, lucu, serius dan blur) di Lantai 5 Ruang Rapat. Baru sempat diseduh setelah hari-hari persiapan Entry Meeting Evaluasi Kegiatan RB.

Catatan : Ga nyambung, antara tulisan, memori dan gambar ~ disambung-sambungkan boleh juga sii…. 😀


Cangkir Kopi Ibu

“Nindya…Nind…,” ayah memanggilku dari ruang makan, tempat biasa ayah memulai aktivitasnya setiap pagi. Bangun tidur, menuju meja makan, membaca koran pagi, sarapan, minum obat, lalu mandi dan berjemur.

“Ya ayah,” sahutku segera menghampiri ayah. Aku sedang memanaskan opor ayam dan sambal goreng kentang, sedikit kelebihan dari makan malam silaturahmi keluarga semalam.

“Ini teh ayah kan, tapi kenapa tidak kau buatkan minum untuk ibu? Ibu suka kopi tanpa gula kan?” kata ayah sambil menunjuk cangkir coklat Ibu yang masih tertelungkup.

cangkir

“Ibu? Hm….Ibu kan…,” sahutku sambil mengusap-usap punggung ayah. Ayah yang sudah semakin tampak tua, semakin tak tega aku meninggalkannya kembali ke Ibu Kota. Ayah yang semalam tampak begitu ceria bersenda gurau dengan besan, dengan kerabat, dengan suamiku, para mantu dan adik-adikku, serta cucu-cucunya.

“Iya Nind, Ibu, cepat dibuatkan, sebentar lagi Ibumu keluar kamar lho, wis ayu dandan. Ibu selalu mandi pagi-pagi lebih dulu dari Ayah,” sahut ayah lagi memotong perkataanku yang masih terbata-bata.

“Tapi ayah….., Ibu kan sudah pergi tiga tahun lalu, sudah tiga lebaran ayah,” jawabku perlahan dengan sesak di dada, yang menyeruak, dari lambung, dada, naik, memenuhi rongga hidung dan pelupuk mataku, air, air mulai menetes di ujung-ujung kedua mataku. Sedih. Rindu pada Ibu memenuhi dada.

Kasihan Ayah. Ayah lupa. Ayah juga rindu Ibu pastinya. Ayah termangu terdiam, sambil memainkan cuping cangkir kopi berwarna coklat kesayangan Ibu, dengan tangan tuanya yang kerap mulai tremor.

#fiksimini
#delarasngopi
#cangkirkopiibu

?


Paket Kopi

Selamat pagi….
– Selamat pagi juga…

Paket kopinya sudah diterima
– Paket kopi ?

Iya, paket yang dikirim kemarin. Kamu kirim paket kan?
– Iya, kirim paket

Nah lalu, kok bertanya…
– Kamu yakin itu kopi ?

Bungkusnya sih kopi, belum aku buka. Aromanya juga kopi. Memang kamu kirim apa ?
– Racun…

Racun… ? Racun apa ?
– Racun rindu mengandung aku

😀 yuk diseruput dulu kopinya…kamu kebanyakan ngopi ya 😀

?????????????

#tentangkopi
#delarasngopi
#halusinasikopi

(BSD, 7 Mar 2019, mendung, 08.45WIB)


“Kopi” Itu (Memang) Pahit

Kopi itu pahit ? Ya, semua juga mengetahui bahwa biji kopi atau bubuk kopi itu rasanya pahit.

kopi1

Dulu, semasa orang tua masih mempunyai kebun di daerah Cipanas, Jawa Barat, kami memiliki beberapa pohon kopi. Aku tidak ketinggalan ikut serta memetik atau memunguti buah kopi yang berwarna hijau kemerahan atau berwarna merah kehitaman jika telah tua dan jatuh di tanah. Beberapa dari hasil panenan, akan dibawa Ibu ke rumah untuk diolah sendiri, selebihnya ? Jangan tanya pada aku, kemana selebihnya, karena Bapak Ibu tidak begitu peduli dengan hasil kebun kami, yang penting penjaga dan keluarganya menjaga dan merawat baik kebun kami. Hasil kebun, ya bonus buat mereka, itu prinsip Bapak Ibu. Baiklah….

Kembali mengenai kopi yang kami bawa pulang. Biasanya akan dijemur beberapa hari di rumah kami di Jakarta, lalu (lagi) aku ikut membantu mengupas kulit buah kopi yang sudah kering itu lepas dari bijinya. Mengupas kulit buah kopi itu bisa membuat jari-jarimu lecet lho, bahkan kadang aku mesti memukulnya dengan uleg an atau batu agar terpecah. Tapi Ibu selalu menginginkan agar biji kopi tidak terpecah tapi tetap bulat sempurna. Aku juga tidak mengerti mengapa Ibu ingin biji kering bersama dengan kulit buahnya, Mengapa biji tidak dikupas selagi kulit buah masih lunak. Salah satu alasan karena akan mempengaruhi rasa kopi, ntah itu benar atau tidak, tapi aku selalu percaya pada yang Ibu katakan, tepatnya aku tidak mau membantah. Setelah itu menampinya agar antara sampah kulit dengan biji terpisah, untuk memastikan biji kopi yang akan disangrai benar-benar bersih.

Selanjutnya Ibu akan menyangrai sendiri biji kopi itu, menyangrai ya, itu artinya meletakkan biji kopi di dalam wajan, di atas kompor dengan api sedang, tanpa minyak. Mungkin ini salah satu penyebab mengapa aku menyukai aroma kopi. Aroma kopi menjadi aroma keseharian kami di rumah. Wangi sekali. Ah aku jadi rindu masa-masa itu karena aku akan duduk di sebelah Ibu, di atas dingklik kayu, di dapur di rumah masa kecilku. Rindu aroma kopi. Rindu dapur Ibu. Rindu rumah masa kecil. Rindu Ibu, tentunya. Aroma kopi mengingatkan aku pada banyak hal. Rasa rindu itu terutamanya.

kopi2

Oh ya, satu rahasia Ibu saat menyangrai kopi adalah memasukkan potongan daging buah kelapa tua, yang membuat aroma dan rasa kopi semakin kuat. Namun, setelah selesai menyangrai, jangan lupa memisahkan daging kelapa tersebut dari biji kopi sangrai yang akan digiling ya, atau memarut daging kelapa tersebut agar tidak merusak mesin penggiling kopi.

Kembali pada maksud tulisan ini dibuat, sama seperti kenyataan dalam kehidupan ini, kopi yang tersedia di hadapan kita, tak bisa langsung sesuai dengan apa yang kita inginkan atau harapkan mempunyai rasa seperti yang kita inginkan, kopi (default) istilahnya adalah kopi tubruk, kopi yang diseduh air panas saja, tentu pahit. Asli pahit.

Namun, secangkir kopi panas yang ada tersedia di hadapan kita, dapat kita nikmati dengan merekayasanya dengan (sedikit) gula, susu atau creamer. Karena yang pahit itu memang mesti kita terima, kita hadapi dan jalani serta nikmati, tinggal bagaimana kita saja meramunya.

kopi3

Satu kegemaranku dalam menikmati kopi adalah biarkan kopi itu menjadi dingin dan ampas kopi itu mengendap dengan sempurna (tentunya setelah berbagai rekayasa seperti gula, rempah-rempah atau susu dan creamer kita campurkan sesuai selera), dan buatku yang sudah mengendap dan meresap itu terasa lebih nikmat, persis sama dengan filosofi hidup ini, “biarkan gelombang hidup itu menjadi tenang dan meresap, maka hidup yang sesungguhnya baru bisa kita nikmati” eaaaa…. nyambung tak ? 😉

Yuk mari menikmati secangkir kopi panas di awal tahun baru yang dingin ini (hujan turun sejak semalam, mengguyur BSD dan sekitarnya)

#delaras
#kopiitupahit


Menikmati Gangan, Sup Ikan Kuliner Khas Belitung

Selain dikenal sebagai kota seribu warung kopi, Belitung juga terkenal dengan kulinernya yang enak-enak, terutama yang memakai bahan dasar ikan laut. Salah satunya adalah sup ikan kuah kuning bening, yang dikenal dengan sebutan Gangan.

20171124_133605

Gangan menjadi kekhasan Belitung karena menggunakan bahan dasar ikan laut yang banyak terdapat di perairan Belitung, diantaranya ikan kepala ketarap, ikan ilak, ikan kerisi (terisi), ikan bebulus, ikan ekor kuning, ikan belanak, bahkan di Belitung banyak yang gemar gangan ikan pari dan ikan hiu. Namun tidak tertutup kemungkinan menggunakan ikan lain seperti ikan kue dan ikan kakap. Jika tidak suka ikan laut, bisa gunakan alternatif lain seperti ikan air tawar, ayam atau bahkan daging yang sudah direbus dulu sampai empuk.

Selain ikan laut khas perairan Belitung, sup ini juga memberi cita rasa yang unik karena menggunakan buah nanas segar, yang menjadi manis saat bercampur dengan kuah ikan. Aku juga suka masakan ini karena ringan, kaldunya bening, tidak amis karena ada paduan rasa dari buah nanas.

Membuatnya ternyata juga mudah saja. Menggunakan bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabe, kunyit, lengkuas, kemiri serta perasa seperti garam dan gula secukupnya. Setelah itu rebus bumbu halus bersama ikan sampai matang dan terakhir masukkan nanas sampai lunak. Gangan siap dihidangkan dan dinikmati bersama nasi putih hangat. Menyehatkan dan kaya gizi bukan ?

 

 


Gudeg Yang Selalu Ngangeni

Buat aku, yang memiliki nenek moyang dari garis keturunan Jawa (tepatnya Yogyakarta), tentu sudah sangat familiar dengan makanan Gudeg. Dan tentu tidak akan pernah bosan dengan Gudeg, apalagi jika ditambah dengan sambal krecek yang pedas dengan cabe rawitnya itu, hm

Gudeg (ejaan bahasa Jawa diucapkan sebagai Gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan.

20160612_231659

20160612_231709

Namun bagaimana dengan anak rantau, macam anakku yang sempat merengek karena kangen berat, minta dikirimi gudeg sambal krecek ini ? Semula sempat bingung, namun sekarang sudah ada jawabannya, dengan gudeg dalam kemasan kaleng. Itu pun tidak hanya dari pembuat tertentu saja. Sekarang sudah tersedia dalam berbagai merk, seperti Gudeg Wijilan Bu Lies, yang sempat aku beli ini, dengan harga Rp 40.000,- per kaleng, yang terdiri dari telur bebek rebus, gudeg nangka dan sambal goreng krecek. Gudeg ini bisa tahan dalam kemasan kaleng selama 1 (satu) tahun, bagaimana dengan rasanya ? cukuplah kalau untuk mengobati rasa rindu 🙂

Juga sudah tersedia merk lain seperti Bu Tjitro, Gudeg Bagong, Gudeg Wijilan Hj Rini, dan juga mungkin merk lainnya.

20160912_101325

Jadi buat anak rantau atau siapapun yang rindu dengan gudeg asli Yogyakarta, jangan kuatir lagi, rasa kangenmu akan cepat terobati kok, tinggal pesan dan siap dikirim 🙂

 

 


Kuliner Salatiga, Dari Yang Tradisional Sampai Yang Modern

Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada di jalan negara yang menghubungkan Semarang-Surakarta.

Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara cukup sejuk.

Dari letak administratif yang ada menjadikan kota Salatiga menduduki peringkat luas wilayah ke-18 kotamadya terkecil di Indonesia.

Walau merupakan salah satu kotamadya terkecil di Indonesia, Salatiga banyak mencetak lulusan yang berprestasi,dengan hadirnya banyak sekolah seperti  Universitas Kristen Satya Wacana, STAIN Salatiga / UIN Salatiga, Institut Roncali, Stekom PAT, Amika, Akbid ArRum, Akbid Bhakti Nusantara, sekolah perhotelan Wahid Hospitality School, sekolah berkuda Arrowhead, dan STIBA Satya Wacana. Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga.

Dengan munculnya banyak sekolah di sana, membuat industri kuliner juga menjadi cukup berkembang. Selain bervariasi, harganya pun beragam mulai dari harga mahasiswa, harga anak kost sampai harga normal. Tidak semua tempat makan bisa dibilang harganya murah, mesti rajin bertanya di sini, terutama pada anak kost 🙂

Sedikit ulasan beberapa tempat yang aku datangi di Salatiga pada bulan Agustus 2016 yang lalu, mulai dari wedang ronde pinggir jalan harga Rp 5.000,- sampai pizza di resto harga puluhan ribu

Wedang ronde ini mungkin bisa ditemui di banyak tempat di Salatiga, tapi satu yang aku temui ada di Pasar Jalan Jend Sudirman Salatiga. Buat aku yang biasanya bertemu penjual sekoteng di malam hari, senang rasanya bisa bertemu penjual wedang ronde di siang hari. Semangkuknya hanya Rp 5.000,- saja

20160807_100138

20160807_122234Pujasera Jalan Diponegoro 37. Pujasera ini berada di tempat yang strategis, berada di Jalan Diponegoro, dekat dengan tempat kost dan berseberangan dengan Gereja Katolik. Disini ada banyak pilihan menu makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Bolehlah sekali waktu jadi tempat alternatif makan bagi anak kost.

Salah satu yang aku nikmati adalah nasi ayam kremes telur dengan sambal dan porsi nasi yang besar untuk ukuranku.

Nasi Bakmoy masih di Pujasera Dipo 37. Nasi bakmoy ini terdiri dari potongan tahu dan ayam serta nasi, disajikan panas, mempunyai rasa seperti nasi semur tahu. Cocok banget dinikmati di pagi hari atau cuaca dingin.

 

Sate Sapi SURUH dan Bakso, warungnya terletak di Jalan Jend Sudirman, di deretan ruko Mimusa. Kalau berjalan dari arah Jalan Diponegoro, warung ini terletak di sebelah kiri jalan dengan spanduk besar di depannya. Menu utamanya hanya dua yaitu sate sapi dan sup, yang ternyata sup bakso sapi. Sate disajikan dengan ketupat atau nasi. Bumbu sate berupa sambal kacang yang manis.

20160805_145446

20160805_143729Warung Sate, dekat GKI Salatiga Jalan Jenderal Sudirman 111, tepatnya ada di sebelah kiri jika keluar dari gerbang gereja. Waktu itu kami mengikuti Kebaktian pagi, jadi selesai kebaktian karena lapar, kami langsung menuju warung ini dan memesan dua piring nasi, sate kambing dan gule kambing. Semuanya disajikan dengan baik walau gule nya berwarna pucat tapi semua dagingnya empuk. Herannya tidak ada jemaat gereja yang lain, yang sarapan seperti kami, jadi malu hehehe, mungkin karena masih pagi ya…

20160807_091255

20160807_090545

Gerobak Soto Ayam Jalan Raden Patah, sebelah Gereja Katolik. Gerobak ini terletak di pinggir jalan, amigos beneran (agak minggir got sedikit). Semula agak enggan, tapi karena ramai dan selokannya bersih, akhirnya aku mencoba juga mampir ke gerobak ini dan rasanya tidak mengecewakan, pas sangat untuk sarapan di pagi hari.

Satu porsi soto ayam dengan perkedel dan keripik tempe hanya Rp 7.000,- saja. Really ? OMG dengan porsi sekenyang itu ? Puji Tuhan 😀

20160808_07260420160808_072711Gudeg Bu YAM, depan toko ROMA Jalan Jenderal Sudirman Salatiga, seberang pasar. Masih seputar sarapan, ini salah satu alternatif di pagi hari. Salatiga juga terkenal dengan gudeg koyor, sambal tumpang dan ungkep jerohannya dan disini tempatnya untuk lesehan dan menikmati masakan bu Yam. Berjualan sejak subuh sampai pagi hari, jika sudah siang akan pindah ke warung di seberang toko ROMA. Mantaps lihat cabe rawitnya.

20160806_075504

20160806_074539

Selain yang tradisional, ada juga alternatif tempat makan dengan pizza home made nya, yaitu MANNA RESTO di Jalan Patimura, Salatiga. Merayakan HUT si tengah ke – 18 berdua saja di tempat yang cozy seperti ini, semoga menjadi kenangan indah buat si tengah ya. Akan kuposting selengkapnya tentang tempat ini di postingan berikut.

20160807_14123120160807_145233
Nah karena waktuku hanya sebentar berada di Salatiga kali ini, sementara info di atas yang bisa kusampaikan, tapi kabar dari anakku ada banyaaak tempat murmer yang bisa dieksplorasi di sana. Selamat berkunjung dan selamat menikmati 🙂