Sentra Batik Sogan Rejodani

 

Salah satu kunjungan STP setelah kegiatan di Kampung Ulu, adalah kunjungan ke Sentra Batik Sogan Rejodani yang beralamat di Dusun Rejodani RT01/RW01 Jl. Palagan Tentara Pelajar km 10 Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta

Sentra Batik Sogan adalah sentra batik tulis dan cap asli Yogyakarta. Disini tempat produksi baju batik maupun kain batik berkualitas dan memiliki desain yang unik tanpa meninggalkan ciri khas batik Indonesia. Produk Yang kami produksi adalah baju batik baik kebaya batik, kemeja batik, sarung batik, rok lilit batik, bandana batik, kerudung, bolero dan lain sebagainya. Sentra ini menerima permintaan pemesanan dengan desain yang diminta oleh pelanggan selain itu tidak ada minimal pemesanan.

Dengan brand SOGAN BATIK REJODANI yang merupakan produsen batik tulis dan pakaian jadi dikerjakan oleh masyarakat di sekitar dusun Rejodani-Sleman. Didirikan pada
tahun 2001, oleh Iffah M Dewi, seorang pengusaha muda, dimulai dari 4 orang, namun sekarang memiliki 50 orang anggota team kerja di bagian produksi. Sogan menerapkan budaya ” Mengaji dan Berkarya” dalam kesehariannya..

Selama berada disana, kami mempelajari proses membatik yaitu membatik dengan menorehkan cat pada kain yang sudah diberi lilin atau malam dengan menggunakan chanting.

Kami juga melihat koleksi hasil produksi Batik Sogan.

Calon juragan batik dan koleksi Batik Sogan

Halaman di Sentra Batik Sogan yang asri dan luas ini juga dimanfaatkan beberapa teman untuk mengenang masa kecilnya, seperti bermain hola hop, enggrang dan bakiak.

Pendopo Batik Sogan dan Halaman yang luas

Kami mengakhiri kunjungan di Batik Sogan dengan makan malam bersama.

Menu sederhana, yang uenaak banget (efek ber-arung jeram)

Kunjungi websitenya dan dinikmati koleksinya.

Sumber dari : www.soganbatikrejodani.com dan pribadi

 


Arung Jeram di Sungai Elo

Kegiatan Outing dilakukan pada hari ke-2 dengan melakukan kegiatan Arung Jeram di Sungai Elo, yang dipandu oleh provider dari Cognesia Visi Traveline dibawah koordinasi Ibu Santi Kurniawati dan Silvian Handy. Sungai Elo terletak di Kabupaten Magelang dekat dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur kira-kira 35 menit dari Jogjakarta.

Acara diawali dengan briefing dan pemanasan oleh Pemandu


Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok perahu berisi 6 orang plus 1 pemandu

mulai berarung jeram

Sungai Elo memiliki jarak sepanjang 12 km dan mempunyai jeram – jeram kelas II-III yang cukup menantang dan sangat menyenangkan dengan lama pengarungan lebih kurang 2,5 – 3 jam. Sungai Elo sangat cocok bagi karyawan yang belum pernah sama sekali atau pemula, karena tingkat bahayanya yang rendah. Di tengah-tengah pengarungan, kami berhenti di sebuah tempat istirahat untuk melepas sejenak dengan menikmati kelapa muda dan makanan ringan.


Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.


Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya.

Menurut American Whitewater Affiliation’s (AWA), ada enam kelas sungai berdasarkan tingkat kesulitannya dilihat dari besar-kecilnya riam.

Kelas I, adalah easy. Aliran airnya cepat dengan riam kecil. Ada halangan di sana-sini, tapi pada prinsipnya mudah diarungi dengan sedikit latihan.

Kelas II, novice. Ada sedikit riam serta lorong lebar dan lurus. Pada tempat-tempat tertentu diperlukan manuver, tapi riam kecil dan batuan mendongak dengan mudah dilalui oleh pendayung terlatih.

Kelas III, intermediate. Aliran dengan riam sedang dan tidak beraturan yang mungkin sulit untuk dihindari. Cipratan air yang terjadi bisa membanjiri perahu. Berhubung harus melakukan manuver yang rumit dalam arus yang deras, perlu pengendalian kapal oleh
pendayung mumpuni. Gelombang besar dan hempasan jeram bisa muncul, tetapi bisa dihindari. Contoh kelas ini adalah Sungai Ayung di Bali dan Citarik di Sukabumi, Jawa Barat, meski ada yang menilainya masuk kelas III plus.

Kelas IV, advanced. Beriam sangat cepat dengan hole dan bebatuan, tapi bisa diprediksi kelakuannya. Diperlukan pengendalian khusus terutama dalam pusaran air. Manuver yang dilakukan sangat cepat dan penumpang harus siap di bawah tekanan. Contoh untuk kelas ini adalah Sungai Sa’dang di Sulawesi Selatan.

Kelas V, expert. Sungai ini memiliki riam panjang dan besar dengan gelombang serta hole yang tidak bisa dihindari. Sungai kelas ini sangat riskan untuk dibisniskan

Kelas VI, merupakan kelas tertinggi, extreme. Sangat berbahaya dan tim penyelamat harus siap siaga. Kelas ini hanya khusus bagi pengarung jeram yang benar-benar pakar.

Yang seru

Sungai Elo memiliki jeram-jeram kelas II dan III, yang berarti masuk kategori aman untuk pemula, dengan tetap memperhatikan instruksi dari pemandu.

Start dan Akhir dari kegiatan ini berpusat di Restoran Kampung Ulu, yang terletak di Jalan Raya Borobudur, Desa Ngrajek Pabelan, Mungkid, Magelang.

Ini pengalaman pertamaku ber-arungjeram, dan akan jadi awal untuk berarung jeram dengan jeram-jeram selanjutnya di tempat lain. Selamat Mencoba.

Sumber : Yahoo, dan sumber foto dari : Cognesia Visi Traveline, Santi Kurniawati, Prima Widi Hatmi

 


Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)

Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)

Pengarang : Yoshichi Shimada @ 2001, 2004
Penerjemah : Indah S. Pratidina (Terj.)
Penerbit : Kansha Books (a division of Mahda Books), Cet. I, April 2011, 245 hal.

Buku ini tak sengaja aku dapatkan saat sedang mencari hadiah buku untuk sahabatku Imelda sebelum kami kopdar pada tanggal 30 Juli 2011 di Toko Buku Gramedia, Blok M. Aku tertarik pada buku ini, bukan karena gambar covernya, tapi karena judulnya dan pengarangnya yang berasal dari Jepang.

Sebelum membaca buku ini, aku selalu berpendapat bahwa seorang nenek pasti akan memanjakan cucunya, tapi ternyata itu tidak terjadi pada si kecil Akihiro. Ditengah keterkejutan dan dukanya karena terpaksa berpisah dengan Ibunya, nenek Osano langsung mengajak Akihiro menjadi pribadi yang mandiri dan tidak berlarut dalam tangisannya.

Akihiro berpisah dengan Ibunya, karena sang Ibu sebagai orang tua tunggal mesti membesarkan anak-anaknya akibat kematian suaminya yang meninggal terkena dampak radioaktif di Hiroshima. Keputusan menitipkan Akihiro kepada nenek Osano, ternyata bukanlah keputusan yang salah. Nenek Osano juga sangat menyayangi Akihiro, tapi tidak ingin membuat Akihiro menjadi anak yang cengeng, karena hidup memang susah saat itu. Nenek pun mesti bekerja sebagai pembersih ruangan di sebuah sekolah.

Didikan nenek Osano membuat Akihiro menjadi anak yang tegar dan tangguh, ia berhasil menjadi pelari yang hebat dan selalu menjadi juara dalam Festival Olahraga di Saga. Walaupun miskin namun mereka bahagia, malah mereka menjadi kreatif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dengan mengumpulkan logam yang tercecer di jalan dengan magnet yang diikatkan di pinggang, menjaring segala sesuatu di sungai, yang disebut nenek Osano sebagai supermarket alam, sehingga mereka bisa menjual temuan mereka dan mendapatkan uang tambahan.

Banyak nilai hidup yang dapat kita pelajari dan maknai untuk kehidupan kita, diantaranya nasihat bahwa

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh uang.

Kebahagiaan itu ditentukan oleh diri kita sendiri.

Akihiro Tokunaga – kini lebih dikenal dengan nama Yoshichi Shimada – adalah seorang pelawak yang terkenal di Jepang. Kisah ini terinspirasi dari kehidupan masa kecilnya bersama Nenek Osano di Jepang. Ia ingin menularkan semangat Nenek Osano kepada orang banyak.

Yoshichi Shimada, penulis memoar ini, saat dewasa menekuni dunia entertainment di Jepang, meskipun pada masa remajanya ia amat menggemari baseball dan berniat menjadi pemain baseball profesional. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 2001 ini semakin meledak di pasaran setelah dipromosikan dalam acara televisi “Tetsuko no Heya” (Kamar Tetsuko) yang dipandu Tetsuko Kuroyanagi, penulis buku bestseller Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Kisah Nenek Hebat dari Saga ini begitu terkenal di negeri asalnya dan telah diadaptasi menjadi film layar lebar, game dan manga.

 


Meeting and Outing STP, Yogyakarta, 25-27 Juli 2011

Dalam rangka Pelatihan Sumber Daya Manusia Bidang Behavioral dan Pembinaan Karyawan Balai Pengkajian Teknologi Polimer, melalui kegiatan Peningkatan Motivasi Kinerja dan Internalisasi Values Sentra Teknologi Polimer (Care, Creativity, Visioner, Integrity dan Profesional), STP melaksanakan kegiatan tersebut pada tanggal 25 sampai dengan 27 Juli 2011 di Yogyakarta, dengan mengangkat tema Meeting and Outing STP : Satu dasawarsa STP-BPPT, Tingkatkan Hasil Inovasi dan Wujudkan Reformasi Birokrasi”

Adapun agenda kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut, pada hari pertama setelah melalui perjalanan dengan waktu tempuh 1 jam dengan maskapai Air Asia, kami langsung menuju hotel tempat kami menginap di Grage Ramayana Hotel, tepatnya di Jalan Sosrowijayan 33, Yogyakarta. Sesi pertama diisi dengan pemaparan oleh Kepala Sentra Teknologi Polimer, Bapak Wawas Swathatafrijiah, M.Sc dan dipandu oleh moderator Asep Bustanil Aripin, ST yang diawali dengan WIFLE : What I Feel Like Expressing, yang mana seluruh karyawan tanpa kecuali diminta untuk mengungkapkan perasaaannya pada saat itu. Pengungkapan perasaan ini lebih mengarah pada harapan agar terjadi komunikasi yang baik dan mampu menciptakan keterbukaan yang bertanggungjawab.

Pemaparan dua materi yang disampaikan oleh Kepala STP ini diakhiri dengan tanya jawab dari peserta.

Setelah makan siang, agenda kegiatan dilanjutkan dengan sesi ke-2 bersama Dr. Arie Arum Wardhani, seorang pakar psikologi dari Universitas Gajah Mada, yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu Pemaparan yang mencakup mencakup Care, Creativity, Vision, Integrity, Professional, Leadership, Team Work serta kegiatan kedua adalah Games mengatasi Manajemen Konflik. Dalam menyampaikan pemaparannya yang berjudul Commitment to Good Personality and Professional, dipandu oleh moderator Chandra Liza, M.Sc. Dalam pemaparannya, nara sumber menyampaikan 18 kelompok faktor penyebab kegagalan dalam diri seseorang.

Sesungguhnya motivasi itu ada dalam diri setiap individu, yang dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk maju dan mewujudkan sesuatu. Motivasi yang didukung dengan kepemimpinan diri sendiri yang baik (leadership) serta kepribadian yang positif dapat menghasilkan sebuah komitmen untuk menjadi good personality yang menuju pada goal setting professional sesuai dengan values STP.

Kegiatan Outing dilakukan pada hari ke-2 dengan melakukan kegiatan Arung Jeram di Sungai Elo, yang dipandu oleh provider dari Cognesia Visi Traveline dibawah koordinasi Ibu Santi Kurniawati dan Silvian Handy. Sungai Elo terletak di Kabupaten Magelang dekat dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur kira-kira 35 menit dari Jogjakarta. Sungai Elo memiliki jarak sepanjang 12 km dan mempunyai jeram – jeram kelas II-III yang cukup menantang dan sangat menyenangkan dengan lama pengarungan lebih kurang 2,5 – 3 jam. Sungai Elo sangat cocok bagi karyawan yang belum pernah sama sekali atau pemula, karena tingkat bahayanya yang rendah. Di tengah-tengah pengarungan, kami berhenti di sebuah tempat istirahat untuk melepas sejenak dengan menikmati kelapa muda dan makanan ringan.

 

 

 

 

 

 

 

Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.

Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya.

Dengan kegiatan ini diharapkan seluruh karyawan dapat menjadi tim yang kompak, trampil dan berhasil mengatasi berbagai hambatan dalam pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

Sesi kedua hari kedua, bertempat di Kampung Ulu, Jalan Raya Borobudur, Magelang, kembali diisi oleh nara sumber Dr. Arie Arum Wardhani, dengan nama kegiatan Total Self Healing, menggunakan Sound Therapy Method & Aura Session. Materi Self Healing merupakan implementasi dari materi pada Sesi motivasi pada hari pertama. Waktu pelaksanaan 2 – 2,5 jam dilakukan secara bersamaan, yang mana seluruh peserta diminta untuk melakukan refleksi diri mengenai hal-hal yang dirasakan saat ini, permasalahan apa yang dirasakan dan bagaimana solusi pemecahannya menurut pribadi demi pribadi.

Kegiatan hari kedua, dilanjutkan dengan kunjungan ke home industry Batik SOGAN di desa Rejodani, tempat pembuatan batik mulai dari penggambaran di kain, pencelupan, pewarnaan sampai dengan proses penjahitan bahan kain menjadi barang jadi. Kemudian ke home industry Salakka Jogja di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km 8.5, yang menghasilkan aneka produk dari Salak, seperti dodol, bakpia, keripik dan brownies. Peserta mendapat penjelasan tentang proses usaha, management usahanya dan produksinya, serta stakeholder yang selama ini membantu proses usahanya. Kegiatan hari kedua diakhiri dengan kunjungan ke pusat penjualan khas Yogyakarta Dagadu di Alun-alun.

Hari ketiga yang merupakan hari terakhir di Yogyakarta, diisi dengan kegiatan kunjungan ke Sentra Bakpia 25, Pasar Beringharjo dan sekitarnya, pembuatan aneka kerajinan perak di HS Silver Kota Gede dan terakhir ke home industry Coklat Monggo di daerah Purbayan, Kota Gede, Yogyakarta.

Kegiatan Meeting dan Outing sudah berakhir, seluruh karyawan STP kembali melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tetap memelihara rasa kebersamaan dan motivasi dari dalam diri untuk menjadi pribadi yang mempunyai komitmen positif untuk mencapai visi dan misi STP. STP di dadaku, STP kebanggaanku.

 

 


I Love Tree and Its Branches

Aku suka melihat pohon, terutama pohon besar dengan akar atau ranting yang unik, seperti yang ini, yang ada di depan restoran Citere Resort Hotel, Pangalengan

atau yang seperti ini, yang aku temui di depan restoran Hotel LPP Garden, Yogyakarta,

Keduanya unik bukan ?


Yuuk Main Air….Brrrr

Anak siapa yang tidak suka main air ? Anak-anak pasti suka main air, dingin sekalipun, mereka makin betah main di air. Lihat betapa puasnya mereka bermain air di kolam renang di Citere Resort Hotel, Pangalengan, walaupun dinginnya air menusuk tulang….brrrr….

 


Dapur Bungalow No 10

Dapur adalah tempat kita berkumpul. Dapur juga tempat melakukan berbagai aktivitas bersama. Dan dapur di bungalow ini asik banget, suka banget, sayangnya bahan perbekalan untuk masak memasak tidak banyak kami bawa. Sebenarnya sudah tahu kalau ada dapur, tapi ga nyangka kalau sudah lengkap sama tabung gas full dan peralatannya.

Nah ini dia dapurnya, dapur di bungalow no 10 Citere Resort Hotel….buat ngumpul pas lagi kedinginan dan kelaparan, juga bercanda-canda…heee

 


Bungalow No 10

Kami mencari informasi jauh-jauh hari merencanakan kepergian kami ke Pangalengan. Sempat browsing mencari hotel yang layak melalui internet dan bertanya-tanya kepada teman. Karena aku tidak mau keluarga dan terutama anak-anak terlantar tidak dapat penginapan. Dan pilihan kami jatuh kepada Hotel Citere Resort, yang ternyata benar merupakan pilihan yang tepat.

Menuju lokasi, memerlukan waktu sekitar 2 jam dari Bandung, mungkin karena hari itu hari Senin maka ada beberapa titik kemacetan kami temui, mulai dari Kopo, Soreang, Banjaran dan akhirnya Pangalengan. Kami bersyukur sekali kelelahan dan rasa penasaran kami terbayarkan dengan hotel yang cukup baik dan sesuai untuk anak-anak. Karena tidak terlalu ramai, ada beberapa pilihan bungalow yang bisa kami pilih, dan pilihan kami jatuh pada Bungalow No 10, yaitu bungalow dengan 2 kamar, ruang tamu, dapur dan ruang makan serta perapian dan 1 kamar mandi didalam.

Letaknya strategis, kami bisa parkir mobil di depan bungalow, dekat dengan kolam renang dan yang terpenting, kami dapat view yang bagus, pandangan mata kami tidak terhalang oleh apapun, demikian pula asupan oksigen yang baru dan segar bebas leluasa memenuhi paru-paru kami yang kotor, oleh polusi udara sebelumnya.

Oh ya karena dilengkapi dengan dapur dengan tabung gas terisi penuh, juga galon air yang penuh, dan peralatan dapur, maka kita sebenarnya bisa memasak, asal membawa perbekalan. Kami sempat membeli beberapa bahan makanan untuk dimasak esok harinya.

Singkat cerita, Resort Hotel ini nyaman, man, ada fasilitas untuk memancing, taman bermain untuk anak-anak dan kolam renang, juga restoran yang makanannya enak dan disajikan dengan porsi yang pas.

Yuk coba menginap di Citere Resort Hotel, Pangalengan.